Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cina Tuding Barat Panasi Situasi Hong Kong

Legislator Hong Kong menilai komentar Beijing justru memicu kerusuhan lebih lanjut.

30 Juli 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Demo anti-RUU ekstradisi di Hong Kong, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEIJING - Juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau (HKMAO) pemerintah Cina, Yang Guang, menuding kalangan Barat sengaja memanasi situasi di Hong Kong. Meski tidak menyebut secara spesifik, Yang menyalahkan "orang-orang yang tidak bertanggung jawab" di Barat dengan harapan menimbulkan masalah dan mengganggu pembangunan Cina. "Upaya semacam itu akan gagal," ujar Yang dalam keterangan pers HKMAO di Beijing, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demo di Hong Kong memasuki pekan kedelapan. Kemarahan warga kepada polisi dan pemerintah Hong Kong terus meningkat sejak aksi unjuk rasa menolak legislasi anti-rancangan undang-undang ekstradisi pada Juni 2019. Demo memanas ketika para pendemo merangsek kantor perwakilan Cina di Hong Kong. Para pendemo merusak lambang nasional di kantor perwakilan Cina di Hong Kong, sehingga memicu kemarahan Beijing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketegangan meningkat pada Ahad dua pekan lalu, saat para anggota triad turun ke stasiun kereta bawah tanah di Yuen Long serta diduga memukuli para pengunjuk rasa, pejalan kaki, dan wartawan dengan tongkat. Polisi dituduh berkolusi dengan triad, tapi klaim itu dibantah.

Cina mengutuk protes anti-pemerintah di Hong Kong yang menyebabkan kerusakan pada supremasi hukum. Beijing kembali menegaskan dukungannya kepada pemimpin Hong Kong Carrie Lam dan polisi. Yang Guang menegaskan prioritas utama wilayah itu adalah pemulihan ketertiban sosial. Cina mengancam akan menggunakan kekuatan militer Cina, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), untuk mengatasi demo di Hong Kong. Menurut Yang, pemerintah Hong Kong dapat saja meminta garnisun PLA untuk membantu menjaga ketertiban di Hong Kong.

Hong Kong kembali dari Inggris ke pemerintahan Cina pada 1997 di bawah formula "satu negara dua sistem" yang menjanjikan kebebasan luas, yang ditolak oleh warga di daratan Cina. Sebagai bekas koloni Inggris, Hong Kong memiliki sistem hukum dan peradilan sendiri dari Beijing, kecuali urusan luar negeri dan pertahanan.

Belum ada komentar dari kalangan Barat terkait dengan tudingan tersebut. Meski demikian, Claudia Mo, legislator Hong Kong yang mendukung aksi demo, mengatakan komentar Beijing tersebut justru dapat memicu kerusuhan lebih lanjut. "Saya khawatir apa yang dikatakan di Beijing (akan) benar-benar membantu mengipasi api," ujarnya kepada BBC. "Mereka berusaha memecah belah Hong Kong."

China Daily, surat kabar yang dikelola pemerintah Cina, dalam tajuk rencananya, kemarin, mengisyaratkan adanya kekhawatiran Beijing yang makin besar. Menurut koran itu, aksi demo di Hong Kong bukan lagi penyampaian keluhan. "Itu sama dengan revolusi yang dipicu di Timur Tengah dan Afrika Utara. Elemen anti-pemerintah lokal berkolusi dengan pasukan eksternal menggulingkan pemerintah menggunakan teknologi komunikasi modern untuk menyebarkan desas-desus, ketidakpercayaan, dan ketakutan."

REUTERS | BBC | CHANNEL NEWS ASIA | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus