Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dalang asing demonstrasi

Demonstrasi anti pemerintahan zia ul haq, digerakkan oleh ppp dan mrd. zia menjanjikan pemilu sebagai pengalihan kekuasaan ke tangan sipil. (ln)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

API huru-hara di Pakistan makin marak. Orang-orang Punjabi, suku asal Presiden Zia Ul Haq, yang selama ini masih menahan diri mulai turun ke jalan. Di Lahore, ibukota Provinsi Punjab, pekan lalu, mereka bahkan tak takut-takut baku pukul dengan polisi. Korban yang jatuh tak disebutkan. "Ini satu bukti lagi bahwa rezim Zia tak disukai rakyat," komentar tokoh demonstran suku Sindi, Ghulam Murtaza Jatoi. Suku Punjabi merupakan mayoritas (65%) di antara 75 juta penduduk Pakistan. Munculnya demonstrasi antipemerintah di Lahore, dikabarkan digerakkan oleh kader Partai Rakyat Pakistan (PPP), terdorong oleh keinginan untuk mendengar pidato tokoh oposisi Malik Hakmeen Khan. Malik, teman dekat mendiang Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto, disebut-sebut akan membacakan pernyataan politik yang dikirimkan Nusrat Bhutto, janda bekas orang Nomor 1 Pakistan itu, dari tempat pengasingannya di luar negeri. Niat Malik itu keburu dicium polisi. Ia bersama sembilan pengikutnya langsung diciduk sebelum sempat membacakan pernyataan Nusrat. Tak disebutkan di mana Malik diamankan. Seruan Nusrat, sekalipun secara diam-diam, tetap sampai kepada massa PPP. Selang beberapa saat, sesudah Malik diamankan polisi, kader PPP langsung membagi-bagikan salinan pesan itu. Pernyataan Nusrat, antara lain, agar kaum intelektual, mahasiswa, dan wanita Punjab menyelamatkan Pakistan dari cengkeraman para jenderal yang dipimpin Zia. Di Hyderabad, kota besar kedua di Provinsi Sind, demonstran yang terdiri dari ibu-ibu, juga turun ke jalan. Mereka mengotong plakat-plakat menentang diberlakukannya hukum cambuk terhadap para demonstran yang ditangkap. Demonstrasi terjadi sehari sebelum Zia mengunjungi Hyderabad. Presiden Zia, yang tengah mengadakan lawatan di Provinsi Sind, basis PPP, menuduh negara asing mendalangi huru-hara yang terjadi di Pakistan. Ia tak mengungkapkan negeri yang menjadi dalang itu. Diduga India yang sudah lama tak akur dengan Pakistan. Di daerah basis PPP ini, Zia mendesak rakyat untuk menegakkan tertib hukum. Tentang pengalihan kekuasaan ke tangan sipil, menurut Zia, akan dilakukan secepatnya lewat pemilihan umum. Tapi, sebagaimana pidatonya menyambut hari kemerdekaan Pakistan, yang disampaikannya 12 Agustus, Zia tetap tidak menyebut jadwal pasti dari pemilihan umum. Reaksi kerompok oposisi? "Zia selalu mengibuli kami setiap saat. Bagaimana rakyat mau mendengar seruannya," kata Ashraf Abbasi, juru bicara pemerintah di zaman Bhutto. Ia optimistis rezim Zia akan tumbang sebelum 1983 berakhir. Perlawanannya terhadap rezim Zia, khususnya protes atas pemberlakuan UU Darurat dan pembekuan UUD 1973, diserukan oleh Gerakan Pemulihan Demokrasi (MRD) bertepatan pada ulang tahun ke-36 Pakistan. Ternyata seruan itu menggema luas -- terutama di Provinsi Sind yang menjadi basis Bhutto. Sejak MRD, wadah yang menampung delapan partai terlarang, bergerak, tercatat sudah puluhan demonstran yang terbunuh. Sampai pekan sllam, menurut sumber pemerintah, mereka yang tewas berjumlah 24 orang. MRD menyebut 41 orang. Sumber diplomat di Islamabad mengatakan angka yang disampaikan MRD lebih mendekati kebenaran. Sementara protes bermunculan di mana-mana, Gubernur militer Provinsi Sind, Letjen S.M. Abbasi, melaporkan hasil lawatannya ke beberapa tempat kepada Dewan Provinsi bahwa ia yakin demonstrasi akan segera berakhir. Kendati demikian, Jenderal Abbasi tetap akan mengerahkan 10.000 pasukan para untuk mengamankan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sind yang akan diselenggarakan 29 September. Tentang perimbangan kekuatan di antara calon, Abbasi yakin kelompok oposisi tak akan menang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus