PEMIMPIN tak selalu dilahirkan, tapi bisa juga dipersiapkan. Itu tampaknya akan dibuktikan Korea Utara. Kim Il Sung, yang sudah berkuasa di Korea Utara sejak 40 tahun lalu, makin pasti digantikan anaknya, Kim Jong Il. Rabu pekan ini parlemen Korea Utara menyelenggarakan sidang khusus membahas peralihan kekuasaan. Dan peralihan kekuasaan itu bakal berjalan mulus sesuai dengan rencana. Itu sebenarnya bukan berita baru. Sejak awal 1970-an orang tak bisa lagi melepaskan Kim Jong Il dari kepemimpinan Korea Utara. Ia kini selalu terlihat mendampingi ayahnya yang sudah berusia 81 tahun itu. Bahkan dalam sebuah wawancara dengan harian Washington Post, Kim Il Sung mengatakan, "Semua peristiwa di negeri ini adalah tanggung jawabnya." Dan "nya" itu adalah Kim Jong Il. Desember 1991 Kim Jong Il resmi ditunjuk sebagai komandan tertingi angkatan bersenjata Korea Utara. Jabatan itu makin disahkan oleh konstitusi baru Korea Utara, hasil sidang parlemen April lalu, yang menghapuskan pasal yang menyebut Kim Il Sung sebagai komandan tertinggi angkatan bersenjata. Para pengamat menduga sidang parlemen Korea Utara pekan ini akan menyerahkan jabatan Ketua Komite Pertahanan Nasional kepada Kim muda. Artinya, makin lengkaplah atribut Kim Jong Il sebagai calon pemimpin 22 juta rakyat Korea Utara. Kini tinggal 2 jabatan Kim Il Sung yang belum diserahkan: Presiden Korea Utara dan penafsir tunggal ajaran Marxisme dan Leninisme di Korea Utara. Kim Jong Il lahir di Gunung Paekdu, Siberia, tahun 1942 ketika ayahnya bergerilya melawan pendudukan Jepang. Ada mitos, ketika ia lahir terdengar suara menggelegar mengumumkan datangnya seorang jenderal yang menguasai dunia. Beranjak dewasa, Kim Jong Il bersekolah di Jerman Timur, Uni Soviet, dan Cina, sebelum menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Kim Il Sung di Pyongyang. Ia mulai aktif dalam politik Korea Utara pada 1973 ketika ditunjuk sebagai Direktur Propaganda, Agitasi, dan Organisasi. Dengan jabatan itu ia punya kekuasaan untuk membersihkan orang-orang yang dianggap menentang ayahnya. Ia kemudian makin gencar menyingkirkan kaum oposisi, setelah ia selamat dari suatu "kecelakaan" lalu lintas tahun 1978, dengan memimpin Tim Tiga Revolusi Penting, yaitu ideologi, budaya, dan teknologi. Hari kelahirannya, 16 Februari, dijadikan hari libur nasional. Pemerintah Korea Utara menyebutnya sebagai "si jenius dalam ideologi dan kepemimpinan". Tapi ini semua bukan tanpa masalah. Para pengamat menduga Kim Il Sung selama ini menunda-nunda peralihan kekuasaan karena anaknya tak punya karisma kuat. Di samping itu Kim muda juga tak punya teman di kelompok militer. Kim Il Sung pun khawatir anaknya yang kaku itu tak mau menerima perubahan-perubahan di dunia internasional -- yang ditandai dengan kekalahan komunisme. Itulah mengapa sidang parlemen April lalu mencoret kata Marxisme dan Leninisme dari konstitusi. Sebagai gantinya, gagasan juche atau berdikari makin banyak disebut dalam konstitusi itu. Yang lebih penting, konstitusi tak lagi menyebut "kemenangan sosialis di semua negara". Para pengamat menafsirkan penghapusan kalimat itu berarti hilangnya cita-cita pemerintah Korea Utara untuk menggulingkan pemerintah Korea Selatan. Dan itu ada hubungannya dengan gagasan Korea bersatu, yang jika tercapai barangkali tak akan disaksikan oleh Kim Il Sung. LPS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini