Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bukan zaman neo-nazi

Akhirnya resmi organisasi berideologi neo-nazi dilarang di jerman. satu organisasi dinyatakan terlarang, sepuluh yang lain tengah diselidiki.

12 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA pemerintah Bonn habis kesabarannya. Pemerintah Jerman tak lagi mau menoleransi anak-anak muda berambut cepak itu. Lihat saja Michael Peters, seorang pengangguran berusia 25 tahun. Ia melemparkan bom molotov ke apartemen orang Turki di kota kecil Molln, dan ia lari ke telepon umum di dekat kantor polisi, belum lama ini. Dari sana ia hubungi pemadam kebakaran, "Ada kebakaran di Jalan Ratzeburg. Heil Hitler!." Empat puluh delapan menit kemudian, giliran Lars Christiansen menelepon pemadam kebakaran. "Ada kebakaran di Jalan Muhlen. Heil Hitler!" Dan pemadam kebakaran menemukan mayat seorang wanita 55 tahun dan dua gadis kecil. Ketiganya orang Turki yang sudah tinggal di Molln bertahun-tahun. Hari berikutnya, polisi menggerebek apartemen yang diduga menjadi sarang para anak muda antiorang asing itu. Di apartemen tersebut banyak ditemukan lambang swastika, salinan propaganda neo-Nazi, rekaman lagu yang mengobarkan semangat antiorang asing, serta bahan peledak dan senjata api. Bahkan, di sebuah apartemen, ditemukan daftar orang yang akan dibunuh. Polisi juga berhasil menangkap belasan anggota neo-Nazi, yang mungkin bertanggung jawab -- atau setidaknya terlibat -- atas 1.900 aksi kekerasan terhadap orang asing, dengan korban 16 meninggal, selama tahun 1992. Puncaknya, Kanselir Helmut Kohl mengumumkan larangan terhadap kelompok neo-Nazi. Larangan pertama diberlakukan atas Front Nasional, yang beranggota 130 orang. Sepuluh kelompok lainnya sedang dalam penyelidikan. Tak mudah memang mengganyang neo-Nazi yang digolongkan oleh pemerintah Jerman sebagai kelompok ekstrem kanan. Soalnya, konstitusi Jerman pasal 5 menjamin setiap warga negara untuk mendirikan organisasi, sepanjang tidak memiliki senjata. Dan sebelum penyatuan Jerman, para pengikut neo-Nazi lebih suka bermabuk-mabukan, diiringi ingar-bingar lagu-lagu punk, yang liriknya diubah menjadi pernyataan kebencian terhadap orang asing, sambil berpekik "Heil Hitler." Baru setelah Jerman bersatu, ketika beban ekonomi makin berat bagi pemerintah Bonn, aksi kekerasan neo-Nazi meningkat. Para anak muda di wilayah Timur Jerman mulai bermimpi tentang hidup yang nyaman di wilayah Barat. Namun, kenyataannya, mimpi itu tak mudah digapai. Dan mereka melihat para pendatang, khususnya dari Turki, Rumania, dan Yugoslavia, mendapat santunan dari pemerintah. Maka, mereka turun ke jalan-jalan melampiaskan kebenciannya. Ketika aksi kekerasan meningkat, pemerintah juga tak segera mengambil tindakan keras karena pelaku umumnya masih tergolong remaja belasan tahun. Pemerintah lebih suka menurunkan polisi antihuru-hara sekadar mencegah aksi kekerasan yang lebih luas dan hanya menangkap para pentolannya. Akibatnya, para remaja itu tak punya rasa takut lagi untuk menyerang orang-orang asing. "Kegagalan penegakan hukum terjadi di pemerintah negara bagian dan di pemerintah pusat," kata Michael Wolffsohn, guru besar sejarah di Munich. Sebenarnya gagasan neo-Nazi di Jerman sudah muncul pada tahun 1946. Cikal bakalnya adalah orang-orang yang yakin bahwa gagasan Nasionalisme Sosialis akan berkembang lagi. Mereka berkumpul di bawah kelompok kecil seperti Legiun Pertama, Korps Pembebasan Jerman, ataupun Persaudaraan Jerman. Organisasi serius pertama yang berdiri adalah Partai Demokrat Nasional, pertengahan tahun 1960. Partai ini sempat mempunyai anggota 25.000 orang dan menerbitkan buletin Deutsche Nachriten atau Berita Jerman yang menyebar-luaskan gagasan Nasionalisme Sosialis. Namun partai ini menolak aksi kekerasan. Aksi kekerasan pertama terhadap orang asing, yang diduga bersumber dari paham neo-Nazi, terjadi tahun 1980. Saat itu dua orang Vietnam di Hamburg dibunuh oleh kelompok neo-Nazi Deutsche Aktionsgruppen. Kelompok lain yang terkenal dengan aksi kekerasannya adalah Actiongemeinnschaft Nationaler Sozialisten yang dipimpin Michael Kuhnen, yang sempat mengungsi ke Paris dan menerbitkan majalah Front Baru. Sejak itu, makin banyak kelompok neo-Nazi berdiri, kecil-kecil dan saling berhubungan. Baru pada bulan Oktober 1983 mereka unjuk gigi pada pemerintah Jerman Barat, ketika semua pengikut neo-Nazi berbondong-bondong menyaksikan pertandingan sepak bola antara orang Turki dan Jerman. Mereka sempat menyerang para pekerja imigran Turki yang juga menonton pertandingan, sebelum 3.000 polisi diturunkan. Tapi beberapa tahun berikutnya tak ada lagi aksi yang besar. Itu yang tampaknya membuat pemerintah Jerman tak langsung menindak tegas neo-Nazi era 1990-an. Setidaknya, pemerintah masih ingin melihat seberapa serius ancaman anak-anak muda penenggak alkohol itu. Kini terbukti ancaman makin serius. Reaksi tak cuma di Jerman, tapi Kabinet Israel dan presiden terpilih Amerika Serikat, Bill Clinton, pun minta neo-Nazi ditindak tegas. Yang lebih serius, ancaman terhadap orang asing itu juga berarti ancaman atas investasi asing di Jerman. Sembilan perusahaan Jepang yang diundang Menteri Ekonomi Jerman, Juergen Moelleman, membatalkan rencana kunjungan dua hari ke Jerman. "Mereka takut akan mendapat ancaman dari skinhead," kata juru bicara kementerian ekonomi. Itulah gerombolan neo-Nazi yang reputasinya paling brutal. Liston P. Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus