ERA rezim Partai Komunis di Jerman Timur berakhir sudah. Pada pemilihan 400 anggota Volkskammer (parlemen), Ahad kemarin, hampir tak ada pemilih yang memberikan suara mereka untuk calon Partai Komunis. Suara terbanyak pada pemilu bebas pertama (dan terakhir, karena toh akan bersatu) tanpa diduga justru diraih oleh aliansi Partai Konservatif. Sebelum pemilu, hasil pengumpulan pendapat justru menyebut Partai Sosial Demokrat (SPD) yang bakal unggul. "Perdana Menteri Jerman Barat Helmut Kohl keluar sebagai pemenang dalam pemilu di Jerman Timur," kata seorang warga Berlin Timur setengah bercanda. Kohl memang menjanjikan bantuan ekonomi jika kekuatan aliansi menang. Ternyata, hasil penghitungan suara menunjukkan keinginan orang kuat Jerman Barat itu. Partai andalan dalam aliansi ini, Uni Demokrat Kristen (CDU), yang dijagokan Kohl, menjaring 40,9% pemilih. Mitra CDU, Uni Sosial Jerman (DSU) dan Kebangkitan Demokrasi (DA), masing-masing menyumbang 6,3% dan 0,88% suara. Kemenangan partai aliansi ini sekaligus mencerminkan keinginan mayoritas rakyat Jerman Timur untuk mempercepat proses penyatuan dengan Jerman Barat karena dalam masa kampanye lalu hanya kekuatan aliansi, terutama CDU, yang mengajukan program penyatuan kedua Jerman secepatnya, dan tanpa syarat. Tak heran bila program aliansi ini sempat diejek kelompok kiri sebagai "penjualan" Jerman Timur kepada Jerman Barat. Apalagi beberapa pekan sebelum pemilu, Kohl menolak permintaan bantuan US$ 15 juta yang diajukan Perdana Menteri Jerman Timur Hans Modrow. "Rakyat Jerman Timur ternyata lebih memilih orang yang menjanjikan duit banyak," ujar Oskar Lafontaine, Ketua SPD Jerman Barat. Lafontaine, calon lawan Kohl dalam pemilu Desember depan, mendukung SPD Jerman Timur, yang cuma berhasil meraih 21,8% suara. Sejak awal masa kampanye, memang sudah terlihat kekuatan politik di Jerman Barat berusaha mempengaruhi pemilu Jerman Timur. Diperkirakan sekitar US$ 20 juta dana mengalir dari partai-partai di Jerman Barat, yang menyebabkan banyak warga Jerman Timur merasa pemilu mereka diatur dari luar. Pemuka-pemuka politik Jerman Barat, termasuk Kohl, memang gencar berkampanye untuk mitra Timur mereka, dan sukses. Maka, banyak pihak mengkhawatirkan pengaruh berlebihan Bonn atas pemerintahan Lothar de Maiziere, Ketua CDU Jerman Timur. "Ada bahaya Barat akan mengontrol pemerintahan baru kami," kata Barbara Ruth, sejarahwati terkemuka Berlin Timur. Bisa jadi, Ruth benar. Segera setelah pengumuman kemenangan kekuatan aliansi, Maiziere langsung menyatakan keinginannya mengangkat ekonom dari Berlin Barat, Elmar Pieroth, sebagai menteri ekonomi. Pemilihan "orang luar" ini saja sudah menunjukkan bakal munculnya sejumlah masalah yang akan dihadapi kabinet Maiziere. Selain itu, kata Profesor Hans Dubrowsky, ahli ekonomi Jerman Timur yang jadi penasihat Komisi Moneter Jerman-Jerman, pemerintah baru akan menghadapi problem yang sama dengan pemerintah (komunis) lama. "Mereka harus bergerak dan bertindak jauh lebih cepat," tambahnya. Dilihat dari sudut penyatuan kedua Jerman (Kohl sudah menjanjikan reunifikasi tak akan lebih cepat dari 1991, dalam rangka menjawab kekhawatiran sejumlah pihak bahwa proses penyatuan akan berjalan terlalu cepat) langkah yang diambil Maiziere dapat dimengerti. Apalagi, Juni depan, proses reunifikasi Jerman akan dimulai dengan proses penyatuan moneter. Kekhawatiran bahwa Jerman Timur akan tergilas oleh kekuatan ekonomi Jerman Barat disadari Kohl. Karena itu, ia berjanji akan melindungi mereka dari "kejutan ekonomi", seperti pasar bebas, jika sistem kapitalis ini diberlakukan di Jerman Timur. "Tak satu pun akan kehilangan apartemen atau pekerjaan," kata Kohl. Selain itu, kabarnya, segera setelah pelaksanaan pemilu warga Jerman Timur akan langsung diberi jaminan sosial, seperti saudara-saudara mereka di Jerman Barat. Saat Kohl berusaha meyakinkan penduduk Jerman Timur akan jaminan masa depan mereka, di kandang sendiri ia menghadapi tekanan anggota CDU, partai Kohl, agar menghentikan bantuan khusus bagi warga Jerman Timur yang menetap di Jerman Barat. Langkah ini untuk meredam arus imigran -- setidaknya sampai perbaikan ekonomi dicapai Jerman Timur. Pada 1989 tercatat sekitar 340.000 imigran mengalir dari Jerman Timur. Tahun ini, sampai kuartal pertama saja sudah mencapai 130.000 orang. Tak heran jika dalam kampanye lalu, partai-partai yang ikut pemilu mengimbau warga Jer-Tim agar tetap tinggal di tempat, karena "bantuan Barat akan segera datang". Bagi Kohl, kemenangan aliansi konservatif di Jerman Timur sekaligus melapangkan jalan untuk memenangkan pemilu Jerman Barat mendatang. Lebih penting lagi, itu akan membuka jalan baginya jadi pemimpin pemerintahan Jermar bersatu. Alasan: figur saingan Kohl, Maiziere yang baru November silam mengambil alih pimpinan CDU Jerman Timur, terkesan tak berpengalaman, tak pandai berpidato, dan jauh dari karismatis. Dalam pemerintahan sementara Modrow, Maiziere menduduki pos Deputi Perdana Menteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini