Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dari Pedalaman Ke Kota

Menjelang pemilu, gerilyawan el salvador makin mengganas. empat wartawan belanda tertembak mati sewaktu meliput perang. Citra persiden duarte yang didukung militer, makin rusak. (ln)

27 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

API pemberontakan di pedalaman Salvador telah menjilat ke dalam kota. Selama dua pekan gerilyawan Marxis sudah menyulut Tecapan, Cuscatancingo, dan San Miguel. Terakhir San Salvador -- ibukota yang dihuni 335.000 jiwa. "Itu baru serangan permulaan," kata juru bicara gerilyawan. Mereka merencanakan serangan yang lebih berat menjelang pemilihan umum, 28 Maret. Sasaran utama gerilyawan sayap kiri di dalam kota adalah sarana komunikasi dan transportasi pemancar radio, kantor telepon, serta perusahaan bis. Di Tecapan, 80 km dari San Salvador, mereka bahkan sempat membakar gedung balai kota . Di San Salvador, suatu serangan pagi buta oleh gerilyawan pekan lalu sempat membuat Pemerintahan Jose Napoleon Duarte panik. Penyerang berhasil menduduki separuh kota, di bagian utara, selama dua jam. Mereka baru mundur setelah tank dan helikopter menembaki kota. Berita korban yang jatuh simpang siur. Juru bicara militer mengatakan pasukan pemerintah menewaskan 15 penyerang, sedang di pihak mereka cuma satu orang luka-luka. Menurut sumber lain, terbunuh delapan tenrara dan dua gerilyawan . Di Cuscatancingo, ketika gerilyawan menyerbu kora, sekitar 300 murid Sekolah Dasar (SD) terkurung di kelas masing-masing selama empat jam. Waktu pertempuran di awal pekan lalu itu, "Kami tiarap terus di lantai sampai pasukan pemerintah datang membebaskan," ujar seorang guru. Semua murid selamat, tapi gedung sekolah mereka bolong-bolong dihajar peluru. Kini SD tersebut ditutup untuk sementara. Duta Besar AS Deane Hinton juga melihat situasi menjelang pelaksanaan pemilu di El Salvador makin riuh dan panas. "Hujan di sini, dalam hari-hari mendatang, hujan peluru," kata Hinton. Gebrakan gerilyawan--terutama sejak Duarte memegang tampuk pemerintahan, Oktober 1979--telah meminta korban 30.000 penduduk, sebagian besar tak terlibat dalam kegiatan politik. Tiap tahun jumlah anak yatim piatu juga meningkat. Di Zaragosa, di sebuah gereja kecil yang diurus Pastor Kenneth Iyers, tercatat 180 anak yang kehilangan orang tua akibat perang saudara. Menurut presiden Costa Rica Luis Alberto Monge, kekuatan yang bertarung di El Salvador sebetulnya cuma dua kelompok Marxis dan tentara Gerilyawan sayap kanan bukan kekuatan yang diperhitungkan. Monge tak yakin perubahan drastis akan terjadi di El Salvador dalam waktu dekat. "Andaikata kaum gerilyawan menang tidak ada jaminan rakyat El Salvador akan mempunyai pemerintah demokrasi," katanya Berbicara pada pers di California pekan lalu, Monge menampilkan rakyat El Salvador jika di bawah rezim komunis sebagai lepas dari mulut harimau masuh ke mulut buaya. Tapi Ferman Cienfuegos, tokoh yan, disebut-sebut memimpin gerilyawan Marxis, dalam pidatonya di corong radio Venceremos, milik gerilyawan, mengatakan bahwa El Salvador akan damai bila sayap kiri memerintah. Ia menyebut pemilu yang diatur Duarte sebagai sandiwara belaka. Cienfuegos mengajak rakyat untuk memboikot. Aksi ke dalam kota, menurut gerilyawan, membuktikan pada masyarakat bahwa mereka bisa mengancam setiap orang yang aktif dalam pemilu. "Tak usah khawatir, " kata Duarte yang mencoba mengamankan pelaksanaan pemilu. Presiden Duarte, yang didukung oleh junta militer, optimistis bisa memenangkan pemilu. Tanda-tanda sementara memang begitu. Menurut pengumpulan pendapat umum, koalisi Duarre dengan Partai Kristen Demokrat akan merebut 31 kursi parlemen - lebih dari separuh jumlah yang diperebutkan. Sisanya terpecah di kelompok, yang satu sama lain juga tak akur, Konsiliasi Nasional, Aksi Pembaharuan, dan lainnya. Koalisi Duarte dengan Partai Kristen Demokrat sebetulnya bukan rezim tengah seperti diperkirakan pemerintahan Ronald Reagan. Rezim Duarte cenderung sosialis. Gagasan yang dijualnya dalam kampanye, dua minggu lampau, dekat sekali dengan Marxisme. Ia menginginkan pembaruan ekonomi lewat landreform dan perubahan sistem perbankan. Saingan kuat Duarte adalah Roberto D'Aubuisson, bekas mayor Angkatan Darat yang menjadi pemimpin sayap kanan. Dia tampil dengan gagasan memulihkan kembali oligarki tuan tanah bersama sekutunya dari militer. Ia juga menyatakan akan menumpas pemberontak tentu saja sayap kiri, bila terpilih sebagai penguasa di El Salvador. Presiden Reagan membantu rezim Duarte yang dianggapnya mampu mencegah El Salvador jatuh ke tangan komunis internasional. Kini hampir seluruh negara di Amerika Tengah menjadi merah. Terakhir Nikaragua yang, menurut tuduhan di Washington, telah menyelundupkan senjata untuk pemberon tak El Salvador. Selain bantuan uangnya,pemerintahan Reagan mengirim juga senjata dan penasihat militer. Di El Salvador saat ini bertugas 50 penasihat militer Amerika, sebagian besar perwira dan pilot helikopter. Tapi citra rezim Duarte di mata dunia semakin merosot, apalagi empat wartawan Belanda yang bekerja untuk jaringan televisi antara gereja, IKON, tertembak mati sewaktu meliput perang di desa Paraiso--70 km di utara San Salvador. Reporter Jacobus Andries Koster, 46 tahun, juru kamera Jan Johannes Willemsen, 40 tahun, reporter Jan Kuyper, 39 tahun, dan juru suara Hans Lo dewijk Ter Laag, 25 tahun, diduga ditembak pasukan pemerintah. Menteri Luar Negeri Belanda Max van der Stoel telah menugasi dubesnya untuk Meksiko ke San Salvador guna menyelidiki kasus terbunuhnya empat wartawan Belanda itu. Ia menyebut insiden ini sebagai persoalan serius. Reagan juga menyesalkannya. Departemen Hankam El Salvador mengatakan keempat wartawan itu tewas akibat peluru nyasar waktu terjadi kontak senjata antara pasukan pemerintah dengan gerilyawan. Ia memperingatkan agar pers berhati-hati mengadakan pertemuan dengan pemberontak. Koster dkk. memang meliput dari barisan gerilyawan. Duarte tak menghiraukan insiden ini. Ia tetap saja berkampanye tentang kebaikan pemerintahannya sementara pihak militer tetap mendukungnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus