Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dekrit sang mahabintang

Mikhail gorbachev diberi mandat dalam waktu 18 bulan untuk memperbaiki ekonomi uni soviet. gorbachev akan lebih condong pada konsep "500 hari"-nya shatalin. mengeluarkan dekrit untuk memenuhi bahan pokok.

6 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARLEMEN Soviet sekali lagi meno~batkan seorang mahabintang. Maksudnya, seorang dengan kekuasaan hampir tak terbatas. Siapa lagi bintang itu bila bukan Mikhail Gorbachev. Itulah akibat tak bisa dicapainya kata sepakat dalam parlemen untuk menentukan apakah konsep ekonomi kapitalistis yang disusun Shatalin yang akan diterapkan, atau rencana Perdana Menteri Ryzhkov yang setengah kapitalis setengah sosialis. Maka, Senin pekan lalu, dengan suara mayoritas, Gorby diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi Soviet dalam waktu 18 bulan. Terserah padanya untuk menerapkan konsep Shatalin, Ryzhkov, perpaduan keduanya, atau konsep yang lain. Para pengamat menduga, Gorbachev akan lebih banyak menoleh pada konsep "500 hari"-nya Shatalin, karena dalam perdebatan di parlemen -- hampir berlangsung dua pekan dan tanpa keputusan -- ia memilih konsep "500 hari". Tiga hari setelah memegang mandat, Kamis pekan lalu, Gorbachev mengumumkan sebuah dekrit ekonomi. Yakni, para menteri diberi kesempatan sebulan untuk menyediakan dana, barang, dan uang kontan untuk mendorong kembali diadakannya sejumlah kebutuhan pokok yang kini cenderung berkurang jumlahnya. Pabrik-pabrik yang menolak ambil bagian pada program ini bakal kena denda -- bisa sampai 50% harga bahan atau barang yang harus dihasilkannya. Bahkan dalam dekrit disebutkan Jaksa Agung diberi hak menuntut mereka yang dianggap menghalangi pelaksanaan dekrit ini. Terakhir, dekrit yang dibacakan di radio dan televisi ini menyatakan ancaman pada daerah yang tak bersedia membagi produksinya pada daerah lain. Tak disebutkan apa persisnya ancaman itu. Itulah rupanya antisipasi Gorbachev untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya di musim dingin yang segera tiba. Dikhawatirkan, bila toko-toko tetap kosong dan antrean roti makin panjang, kerusuhan mudah meledak ketika keluarga-keluarga di Soviet membutuhkan lebih banyak roti lebih banyak minyak bahan bakar di musim beku itu. Hampir enam tahun sudah perestroika digelindingkan. Tapi belum memberikan hasil. Sentralisasi ekonomi dalam sistem sosialis Soviet rupanya sudah demikian menggerogoti mekanisme produksi. Tak adanya kompetisi, ketidakpedulian pada kualitas produk, harga-harga yang disubsidi akhirnya bukan saja merugikan konsumen, tapi membuat seret jalannya perekonomian. Ketika secara setengah-setengah Gorbachev mulai memperkenalkan angin desentralisasi dan pemilikan pribadi -- misalnya para petani dibolehkan memilik tanah -- dengan tujuan menaikkan produksi, waktu itu optimisme muncul di mana-mana. Didukung oleh politik glasnost atau keterbukaan yang membuka kritik, muncullah tuntutan yang lebih. Terdengar suara-suara yang menuntut pasar bebas. Akibatnya, sebuah jalan turun kebangkrutan ekonomi. Sejumlah republik tak mau menjual produksinya ke republik yang lain. Padahal, sistem sentralisasi dibuat sedemikian rupa hingga daerah-daerah bergantung satu sama lain. Yang satu memproduksi gandum, misalya, yang lain daging dan buah-buahan. Inilah pangkal soal yang mengakibatkan kosongnya rak-rak toko selain sebenarnya, seandainya "barter" antardaerah itu berjalan, produksi pertanian dan industri serta barang tambang belum bisa memenuhi kebutuhan lebih dari 280 juta rakyat Soviet. Sementara itu, berhasilnya dekrit Gorby tampaknya bergantung pada satu hal mendasar. Yakni ada tidaknya kesadaran tiap republik untuk "barter". Kedengarannya ini ironis sementara ada kecendrungan pro-pasar bebas, dibutuhkan satu keterikatan ekonomi yang diatur dari pusat. Tapi, tanpa ini, toko akan tetap kosong, dan dalam jangka tertentu suatu "bencana ekonomi" bisa menimpa. Harapan tetap ada. Krisis Teluk menjadikan Barat lebih akrab dengan Soviet. Setidaknya sudah ada janji dari Amerika, Jerman Barat, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia untuk membantu Soviet. Baru janji, memang. ~Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus