MENGHUKUM teroris dan menyulitkan Libanon adalah dua hal yang, membuat semangat Presiden Ronald Reagan berkibar-kibar sampai saat ini. Akibatnya, drama pembajakan TWA 847 tidak bisa dikatakan sudah berakhir dengan pemulangan 39 sandera Amerika ke tanah air mereka, 4 Juli berselang. Lagi pula, ada tawaran US$ 5 juta dari pemerintah AS bagi siapa saja yang berhasil menangkap dua pembajak TWA 847 itu. Ada pula maklumat departemen luar negeri AS, Selasa lalu, resmi menegaskan supaya pemerintah Libanon mengekstradisi dua pembajak sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam perjanjian pembajakan udara, yang juga ditanda-tangani Libanon. Sejak pembebasan sandera, tiada hari di Gedung Putih berlalu tanpa urusan pembajakan udara. Pertama-tama, AS melancarkan tindak balasan terhadap Libanon dengan mengucilkan bandar udara Beirut. Pelabuhan ini sebenarnya sudah lama sepi. Ia masih dinyatakan terbuka kendati kontrol atasnya bukan lagi di tangan pemerintah (yang sah) di Libanon tapi beralih ke tangan laskar Amal Syiah dan Druze. Sekarang, AS mengajak sekutunya, terutama negara-negara Eropa Barat, untuk menjauhi Beirut karena kota itu pusat pembajakan internasional. Inggris mendukung sikap AS, tapi banyak pesawat terbang dari negara lain di Eropa yang masih setia mengunjungi kota "teroris" itu. Tak urung badai protes membahana dari Beirut. "Banyak orang Amerika yang juga terbunuh, terculik, atau terluka di Amerika Selatan, Spanyol, dan Jerman Barat tapi Washington tidak bertindak terhadap negara-negara itu," ucap bekas presiden Libanon Camille Chamoun. Reaksi keras juga dilancarkan negara-negara Arab terhadap aksi pemboikotan AS. Liga Arab begitu pula. Sekjen Chedli Klibi menegaskan, AS harus menarik usaha pengucilan itu. Adalah Jihad Islami yang bersuara paling keras. Organisasi yang mengklaim berhasil melancarkan serangan bom mobil ke banyak sasaran AS di Libanon justru balik mengancam. Kata mereka, jika AS melancarkan tindakan balasan, maka Jihad Islami akan menghantui orang-orang Amerika di mana pun mereka berada. Sementara itu, Salim Salam, pemimpin MEA, perusahaan penerbangan Libanon, mengakui, penerbangan dua kali seminggu ke AS sudah dihentikannya. "Boikot AS itu menambah beban MEA," ujar Salam menyesalkan. "Sekarang saja kami sudah rugi US$ 160.000-190.000 tiap hari, sedangkan tugas kami semakin sulit." Perang urat saraf Libanon-AS berlangsung terus, sementara pesawat TWA yang dibajak masih nongkrong di bandar udara Beirut. Dan awal pekan ini - dengan alasan tidak puas terhadap program pemerintah pusat Libanon pemimpin Amal Syiah Nabih Berri berkonsultasi ke Damaskus, Syria. Begitu pula sejumlah tokoh Suni, Druze, dan Syiah lainnya. Tanpa menghiraukan keluhan Libanon, Senin ini, Presiden Reagan menyebut lima negara sebagai pendukung aksi teror. Dikatakannya, pemimpin lima negara itu adalah kombinasi yang aneh antara orang-orang sesat dan bajingan tulen - tipe mengerikan sejak berkuasanya Adolf Hitler. Reagan menyebut Iran, Libya, Korea Utara, Kuba, dan Nikaragua sebagai negara sponsor para teroris. Syria sama sekali tidak disebut-sebut. Komentar Joelle Kauffman, Jumat pekan lalu, ternyata ada juga kaitannya dengan boikot AS. Istri Jean-Paul, wartawan Prancis yang diculik di Libanon, menyatakan bahwa pengucilan bandar udara Beirut telah menggagalkan usaha pembebasan suaminya. Menurut Joelle, orang bersenjata yang menculik Jean-Paul dan ilmuwan Prancis Michel Seurat telah teragitasi karena sikap bermusuhan Reagan. "Salah-salah, mereka menolak membebaskan suami saya dan temannya itu," ucap Joelle khawatir. Ditegaskannya, para penculik semula sudah setuju akan membebaskan sandera, tapi berubah pendapat sesudah mendengar ancaman Reagan. "Saya sependapat bahwa teroris mesti dilawan," kata Joelle pula. "Tapi Reagan sudah mengingkari janjinya sendiri pada Amal Syiah. Semula Nabih Berri pun berjanji akan membebaskan Jean-Paul dan Seurat bersama 39 sandera Amerika. Rencana ini kemudian batal, karena akan dijadikan jaminan untuk pembebasan 300 tahanan Syiah yang masih tertinggal di penjara Israel, Atlit. Adapun presiden Syria Hafez Assad kabarnya menjadi tawar hati memperjuangkan pembebasan tujuh warga AS yang diculik di Beirut gara-gara sikap beringas Presiden Reagan. Lain halnya Derek Maitland, seorang produser TV di London. Ia menawarkan kepada para penculik Libanon sebuah acara TV sepanjang lebih dari tiga jam bila saja mereka bersedia membebaskan wartawan Inggris, Alec Collet. Tawaran itu dilontarkannya Senin malam, tak lama sesudah ia mendarat di Beirut bersama putri Collet. Belum diketahui bagaimana reaksi penculik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini