Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Desa Kanker Mengepung Kota

Pertama kali pemerintah Cina mengakui keberadaan desa-desa kanker. Akibat industrialisasi masif yang membabi-buta.

3 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Xinglong pernah menjadi desa yang permai. Sesuai dengan namanya yang berarti sejahtera, masyarakat dan lingkungannya harmonis. Lingkungan bersih, udara segar, airnya jernih. Warga Xinglong menggunakan air dari Sungai Nanpan, yang melintasi desa, untuk mengairi hamparan sawah menghijau.

Anak-anak keluarga Wu—salah satu keluarga setempat—bersahabat dengan alam sejak kecil. "Ketika masih kecil, ia akan pergi dengan kakeknya untuk menggembala domba dan sapi," sang ibu mengenang anak tertuanya, seperti dilansir WeirdAsiaNews.

Keindahan salah satu desa di Yunan—provinsi kecil di barat daya Cina—itu mulai terkoyak sejak 2000. Tak lagi menggembala domba, anak tertua keluarga Wu meninggal pada usia 15 tahun akibat leukemia dan thymoma—tumor kelenjar thymus. Sapi-sapi mereka juga mati satu-satu tanpa sebab.

Sebuah pabrik yang dibangun pada 1998 di Xinglong membuang limbah kromium ke sungai. Akibatnya, ladang tak lagi subur, sungai tercemar, dan udara penuh polutan. "Kami tidak tahu bahaya limbah kromium sampai kami melihatnya di televisi," kata kepala keluarga Wu.

Kromium adalah logam berat yang jamak digunakan industri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kromium sebagai karsinogen—zat penyebab kanker—yang mematikan bagi manusia dan hewan bila digunakan dalam jumlah besar.

Dari pemantauan lembaga lingkungan Greenpeace, keasaman air Xinglong tercatat 200 kali lebih tinggi dari biasanya. Cukup bersentuhan langsung dengan airnya, kulit seseorang bisa gatal atau terbakar. "Kami tidak punya pilihan lain. Itu satu-satunya sumber kami," ujar seorang warga Xinglong.

Xinglong bersama ratusan desa di Yunan mendapat identitas baru sebagai desa kanker. Banyak warga dari desa-desa itu meninggal setelah digerogoti kanker. Risiko meninggal terserang kanker meningkat hingga empat kali lipat.

Di tempat lain, salah satu desa kanker yang diumumkan peneliti dari Dezhou University di Provinsi Shandong membukukan 80 dan 100 kematian selama lima tahun. Wilayah ini diteliti mulai 2008 dengan sekitar 1.200 jiwa terancam.

Pemerintah Cina akhirnya secara resmi mengakui keberadaan desa kanker tersebut setelah bertahun-tahun ditutup rapat-rapat. Awal pekan lalu Kementerian Lingkungan Hidup Cina merilis laporan yang khusus menyebut desa-desa kanker. Kementerian juga mengakui bahwa Cina menggunakan bahan kimia berbahaya yang dilarang di negara-negara maju.

Laporan tersebut merupakan penjelasan rencana kebijakan memetakan risiko bahan kimia terhadap lingkungan dan pengendaliannya selama periode lima tahun ke-12 (2011-2015). "Bahan kimia beracun telah menyebabkan keadaan darurat lingkungan yang terkait dengan air dan polusi udara," demikian tertulis dalam laporan.

Kementerian Lingkungan Cina sudah mengumpulkan daftar 58 jenis kimia yang akan dicari di seluruh wilayah desa kanker. Sebelum akhir 2015, Kementerian menargetkan bisa mengelompokkan daftar bahan kimia yang bisa dihilangkan dan sisanya untuk dikurangi.

Menurut seorang pegiat lingkungan, Wang Canfa, ini pertama kalinya frasa desa kanker digunakan dalam dokumen pemerintah. "Kementerian Lingkungan mengakui bahwa polusi menyebabkan kanker," kata Canfa, yang membuka pusat bantuan korban polusi di Beijing, seperti dikutip AFP.

Istilah desa kanker muncul di media-media Cina sejak 2009 setelah seorang wartawan investigasi, Deng Fei, menuliskan reportase berupa peta desa-desa yang dilanda dampak buruk polusi. Menurut petanya itu, sedikitnya 100 desa di 27 provinsi sudah masuk kategori desa kanker dengan angka kasus kanker di atas rata-rata nasional.

Para aktivis dan jurnalis pun menggunakan frasa desa kanker untuk menyebut desa-desa yang lokasinya dekat dengan saluran air atau taman-taman perindustrian yang persentase kankernya sangat tinggi.

Seperti dilansir BBC, sumber-sumber resmi, termasuk situs pemerintah dan stasiun televisi, menyebutkan adanya 241 lokasi desa. Sebagian besar terletak di dekat aliran sungai besar. Sejauh ini para pegiat lingkungan dan peneliti meyakini desa kanker kini sekitar 400 desa.

Berapa pun angka pastinya, pencemaran dan gangguan kesehatan sudah mengkhawatirkan. Kanker pun menjadi penyebab kematian tertinggi di daratan Cina dalam beberapa tahun terakhir. Satu dari tiap empat orang di Cina meninggal akibat kanker.

Angka kematian akibat kanker pun melonjak 80 persen dalam kurun 30 tahun terakhir. Mengutip laporan tahunan Pencatatan Kanker, koran China Daily menyebutkan sekitar 2,7 juta orang di Cina meninggal setiap tahun karena kanker.

Beberapa penelitian dan reportase menandaskan, tingginya angka kanker ini tak lepas dari industrialisasi membabi-buta yang merusak lingkungan. Andrea Pozzer, dokter dari Lembaga Kimia Max Planck di Jerman, menandaskan pesatnya laju perekonomian di Cina, juga India, berjalan seiring dengan peningkatan polusi.

Pada 2007, jurnalis BBC mengunjungi dusun kecil Shangba di Cina selatan, tempat seorang ilmuwan meneliti penyebab dan efek dari polusi di desa. Sang ilmuwan menemukan kandungan tinggi logam berat beracun dalam air. Kesimpulannya, ada hubungan langsung antara insiden kanker dan kegiatan pertambangan di daerah tersebut.

Akar masalahnya adalah pencemaran belum kunjung diatasi. Dua pekan lalu, China Daily melaporkan 40 persen sungai tercemar sangat serius dan 20 persen sangat beracun serta ada 1.700 kasus pencemaran air setiap tahun.

Sebagian publik Cina pun gemas melihat kerusakan kian parah tapi tindakan pemerintah belum terlihat signifikan. Dua pekan lalu, Deng Fei mengajak khalayak mem-posting sungai di kampung-kampung Cina melalui jejaring sosial untuk menunjukkan parahnya pencemaran. Sebelumnya, dia mengungkap aksi sebuah pabrik di Kota Weifang yang memompa air limbah melalui bawah tanah.

Pertengahan bulan lalu, seorang pengusaha, Jin Zengmin, sampai membuat sayembara berhadiah 200 ribu yuan atau sekitar Rp 300 juta bagi siapa pun yang mau berenang di sepanjang sungai utara Cina. Dia mengungkapkan ada sebuah pabrik sepatu karet membuang limbahnya ke sungai itu, selanjutnya daerah tersebut memiliki tingkat kasus kanker yang tinggi.

Jin mengunggah beberapa foto sungai di Kota Rui'an di timur Provinsi Zhejiang yang dipenuhi sampah. Dia juga menyelipkan kalimat menantang Kepala Kantor Lingkungan Hidup Cina Bao Zhenming untuk berenang di sungai dengan imbalan sama jika bisa bertahan 20 menit saja.

Tak lama kemudian, sebuah forum online menawarkan uang tunai senilai 300 ribu yuan atau setara dengan US$ 48 ribu bagi para pejabat Kementerian Lingkungan Hidup di Cangnan yang mau merenangi sungai berpolusi.

Pejabat Kota Rui'an, Chi, mengatakan pihaknya menghubungi Jin dan meluncurkan sejumlah agenda, termasuk menginstruksikan sejumlah wilayah untuk ikut membersihkan sungai dari sampah. Langkah ini diikuti penetapan sanksi jika ada yang membuang sampah di sungai lagi. "Kami akan berupaya mengontrol sumber polusi dari kegiatan industri," ujarnya.

Respons positif otoritas semacam itu dinilai angin segar oleh para pegiat lingkungan. "Pengakuan bahwa masalah ini ada sudah menjadi langkah pertama dan prasyarat bagi kita untuk benar-benar menyelesaikan persoalan," kata Ma Jun, aktivis lingkungan Cina, seperti dikutip BusinessInsider.

Selama ini pemerintah Cina menutup mata, bahkan memenjarakan demonstran antipolusi. "Saat ini pemerintah Cina lebih terbuka soal pencemaran lingkungan hidup. Isu dampak kesehatan bisa sensitif karena berpengaruh terhadap stabilitas," ucap Ma.

Harun Mahbub (AFP, AP, China Daily, WeirdAsia, Voice of America, Xinhua)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus