GLASNOST tampaknya tak akan berumur panjang. Majalah yang meminjam istilah populer glasnost, telah disita pemerintah Soviet, Kamis pekan lalu. Tepatnya lagi, edisi nomor 8 dan 9 yang dipersiapkan untuk bulan depan. Di situ secara terang-terangan diungkapkan tindakan Mahkamah Agung Uni Soviet, yang gencar memusnahkan dokumen peradilan. Dan dokumen itu mahapenting, karena merekam peradilan palsu di kala Stalin berkuasa, yang berakibat jutaan orang tak berdosa menemui ajalnya. "Saya mohon agar Sekjen PKUS segera menghentikan pemusnahan dokumen itu," demikian tulis Sergei Grigoryants, pemimpin redaksi Glasnost. Dia mengimbau agar para ahli sejarah diberi kesempatan mempelajari dokumen yang masih tersisa," agar Stalinisme tidak terulang." Diungkapkan juga bahwa pemusnahan dokumen sudah dimulai sejak tahun 1960, dan otaknya adalah dua Ketua Mahkamah Agung: AF Gorkine dan L.N. Smirnov. Dokumen yang diklasifikasikan "sangat rahasia" itu diambil dari arsip, kantor Mahkamah Agung, dan markas KGB lalu dipindahkan ke Arsip Sentral Negara. Perbuatan ini dilarang UU, lebih-lebih yang menyangkut dokumen khusus KGB -- terutama mengenai keputusan hukum tembak. Tak pelak lagi, Glasnost melancarkan kampanye de-Stalinisasi, suatu hal yang juga sudah diprakarsai oleh majalah berhaluan maju Ogonyek -- secara lebih taktis. Bukan tidak mustahil, Gorbachev sendiri akan menuju ke sana, tentu secara lebih terencana tanpa harus mengulang kesalahan yang dilakukan pendahulunya Nikita Khrushchev. Bisa dimengerti kalau kampanye semacam itu -- yang intinya menjatuhkan citra PKUS -- bisa jadi bumerang, setidaknya bagi kebebasan pers di sana. Ideolog partai Yegor Ligachev kini mengharuskan agar fokus pemberitaan diarahkan pada glasnost yang konstruktif. Sementara dua redaktur Glasnost diinterogasi -- untuk akhirnya dibebaskan kembali. Sapta Adiguna (Paris)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini