Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah foto meresahkan pemerintah Sri Lanka. Foto yang dikeluarkan Gerakan Pembebasan Macan Tamil itu menampilkan seorang pilot mengenakan seragam bertekstur kulit macan dalam warna putih biru: seragam angkatan udara Macan Tamil. Pilot itu berdiri bangga di depan pesawat Cek ”Zlin-143”.
Itulah pesawat milik Macan Tamil yang pada akhir Maret lalu dengan berani menjatuhkan bom ke Pangkalan Angkatan Udara Katanayake di utara ibu kota Kolombo.
”Adanya pesawat tempur itu menjadikan konflik meningkat,” ujar Iqbal Athas dari majalah militer Jane’s Defence Weekly. Macan Tamil diduga kini memiliki lima pesawat tempur. Inilah satu-satunya gerakan separatis di dunia—selain di Taiwan—yang memiliki kesatuan militer yang hampir sama dengan sebuah negara yang sudah resmi diakui.
Tak mengherankan bila muncul pertanyaan, dari mana Macan Tamil memperoleh dana untuk melengkapi mesin perangnya. Jawaban justru bergema dari mulut pejabat Kementerian Luar Negeri Inggris, Kim Howells, 2 Mei lalu. ”Pejabat intelijen membeberkan Macan Tamil melakukan pemalsuan (kartu kredit) dalam jumlah yang besar guna mencari dana bagi gerakannya,” ujar Howells.
Syahdan, seorang pegawai pompa bensin etnis Tamil pendukung Macan Tamil di Inggris tertangkap tatkala menggandakan kartu kredit dan nomor pin untuk mengeruk uang dari rekening bank pemilik kendaraan bermotor konsumennya.
Yang mencengangkan, dari pemeriksaan itu terungkap fakta bahwa perilaku kriminalnya itu telah mengalirkan sekitar 100 juta pound uang rakyat Inggris ke rekening bank Macan Tamil. ”Kami meminta masyarakat internasional membantu mengikis terorisme dengan menghentikan penggalian dana haram seperti ini,” kata gubernur bank sentral Sri Lanka, Nivard Cabraal.
Toh tudingan itu dibantah Macan Tamil. ”Itu tuduhan palsu. Kami sama sekali tak melakukan tindakan seperti itu,” ujar pemimpin politik Macan Tamil, S.P. Tamilselvan.
Di samping dengan jalan menggunakan kartu kredit palsu, diduga Macan Tamil juga mencari dana dengan jalan memeras warga Sri Lanka di perantauan. ”Di Inggris Macan Tamil banyak mengancam warga perantauan Tamil,” ujar Howells, pejabat Departemen Luar Negeri Inggris tadi.
Sekitar 600 ribu penduduk Tamil kabur ke luar negeri sejak meletus konflik militer antara Macan Tamil dan pemerintah Sri Lanka pada 1972. Separuh di antaranya menetap di Inggris dan Kanada. Berdasarkan laporan Human Rights Watch pada Maret 2006, Macan Tamil menggunakan cara intimidasi untuk memeras dana dari penduduk etnis Tamil yang hidup di kedua negara itu.
Di Norwegia cerita menjadi lebih rumit. Norwegia adalah tempat sekitar 10 ribu imigran Tamil bermukim. Norwegia adalah mediator pembicaraan damai antara Macan Tamil dan pemerintah Sri Lanka. Tapi pemerintah Sri Lanka selama ini menuduh pemerintah Norwegia memberikan peluang bagi tumbuhnya organisasi-organisasi pendukung Macan Tamil.
Pihak Sri Lanka menuding Macan Tamil menyembunyikan sosoknya melalui organisasi legal semacam Organisasi Rehabilitasi Tamil (TRO) dan Komite Koordinatif Tamil (TCC) di Norwegia. Organisasi itu memiliki massa dan diduga menjadi patner politik penting bagi partai politik Norwegia. Mereka bisa menerima jutaan kroner atas nama kegiatan kebudayaan atau kegiatan integrasi.
Tiga koran Norwegia dengan sirkulasi terbesar (Aftenposten, VG, Stavenger Aftenblad) pernah secara blak-blakan memuat laporan Norwegian News Agency (NTB) tentang bagaimana etnis Tamil di Norwegia setiap tahun bisa mengirim jutaan kronel untuk membiayai pasukan bersenjata dan polisi Macan Tamil.
Komite Koordinasi Tamil (TCC) mengakui adanya penghimpunan dana itu. ”Ya, kami mendatangi keluarga Tamil yang memberikan uang secara sukarela,” kata Vijayarooban Sivarajah, juru bicara TCC. Menurut Sivarajah, uang itu untuk membiayai infrastruktur Macan Tamil. ”Anda tahu, Macan Tamil punya infrastruktur, polisi, pengadilan, dan militer sendiri.”
Seorang sumber dari etnis Tamil anti-Macan Tamil mengungkapkan, bila penghasilan seorang etnis Tamil di Norwegia 250 ribu hingga 260 ribu kroner (Rp 375 juta hingga Rp 390 juta) per tahun, ia harus membayar 5.000 hingga 6.000 kroner (Rp 7,5 juta hingga Rp 9 juta) per tahun.
Jika suami-istri bekerja, mereka harus membayar 20 ribu Kroner (Rp 30 juta) per tahun. Menurut sumber ini, ada sekitar 7.000 etnis Tamil di Norwegia yang membayar 5.000 hingga 50 ribu Kroner per tahun. Jika setiap orang membayar 5.000 kroner, Macan Tamil bisa mengumpulkan 35 juta kroner (Rp 52,5 miliar) per tahun. ”Jika tak membayar, Anda ditudung melawan Tamil,” ujar sumber yang tak mau disebut namanya karena takut pembalasan Macan Tamil.
Bahkan, kata sumber lain, ada orang tua yang tak dapat membelikan baju hangat pada musim dingin untuk anak mereka pun masih dipaksa membayar uang bulanan kepada Macan Tamil. Jika ada yang berani membantah, Macan Tamil mengancam akan meneror keluarga mereka Sri Lanka.
Tapi anggota Partai Buruh Norwegia asal Tamil, Yogarajah Balasingham, membantah soal ancaman itu. Yogarajah Balasingham kini menjabat wakil Partai Buruh Norwegia di Dewan Kota Oslo. Ia mengaku memberikan 500 kroner (Rp 750 ribu) per bulan kepada Macan Tamil secara sukarela. ”Lebih dari 80 persen etnis Tamil di Norwegia mendukung Macan Tamil,” katanya. Menurut dia, bila ada orang yang merasa dipaksa menyumbang, seharusnya melapor ke polisi.
Kementerian luar negeri Norwegia bukannya tak tahu soal ini. Seorang stafnya, Eirik Bergesen, mengatakan kementeriannya mengetahui bahwa warga Tamil di Norwegia dipungut uang oleh organisasi Tamil. ”Tapi setahu kami itu untuk kepentingan sipil, bukan untuk militer,” ujarnya.
Raihul Fadjri (Asian Tribune, Asia Times Online, BBC, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo