Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyerukan agar negara tersebut mengembangkan kemampuan militernya lebih lanjut setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menggunakan kekuatan jika Teheran tidak melakukan perundingan mengenai program nuklirnya, Al Jazeera melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara pada Rabu, 12 Februari 2025, setelah mengunjungi sebuah pameran di ibu kota negara yang menampilkan perkembangan sektor pertahanan terbaru, Khamenei mengatakan "kemajuan tidak boleh dihentikan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita tidak boleh puas," kata Khamenei. "Katakanlah bahwa kami sebelumnya menetapkan batas untuk akurasi rudal kami, tetapi kami sekarang merasa batas ini tidak lagi cukup. Kita harus terus maju."
"Hari ini, kekuatan pertahanan kita sudah dikenal luas, musuh-musuh kita takut akan hal ini. Ini sangat penting bagi negara kita," katanya.
Pernyataan tersebut muncul setelah perwakilan Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amir Saeid Iravani, mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pernyataan sembrono dan menghasut" dari Trump dan memperingatkan bahwa "tindakan agresi apa pun akan menimbulkan konsekuensi yang berat".
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB pada Selasa, Iravani merujuk pada wawancara media baru-baru ini dengan Trump, di mana pemimpin AS tersebut menyarankan bahwa menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir dapat dilakukan "dengan bom atau dengan selembar kertas".
"Saya lebih suka membuat kesepakatan yang tidak akan menyakiti mereka," kata Trump kepada Fox News pada hari Senin, dan menambahkan bahwa "Saya ingin sekali membuat kesepakatan dengan mereka tanpa mengebom mereka."
Ketegangan telah meningkat sejak Trump menjabat sebagai presiden pada Januari dan menerapkan kembali kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran karena kekhawatiran bahwa negara tersebut sedang berusaha mengembangkan senjata nuklir.
Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB, Iravani memprotes apa yang ia gambarkan sebagai "pernyataan Trump yang sangat mengkhawatirkan dan tidak bertanggung jawab".
"Pernyataan-pernyataan yang sembrono dan menghasut ini secara terang-terangan melanggar hukum internasional dan Piagam PBB, khususnya Pasal 2 (4), yang melarang ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap negara-negara berdaulat," kata Iravani dalam suratnya yang dipublikasikan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA.
Ia juga memperingatkan bahwa "setiap tindakan agresi akan memiliki konsekuensi yang berat, di mana Amerika Serikat akan memikul tanggung jawab penuh".
Teheran menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai dan menyangkal niat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Selama masa jabatan pertama Trump, yang berakhir pada 2021, Trump menarik diri dari kesepakatan penting yang telah memberlakukan pembatasan program nuklir Iran sebagai imbalan atas keringanan sanksi.
Teheran terus mematuhi kesepakatan tersebut - yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama - hingga setahun setelah Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai membatalkan komitmennya.
Iran juga telah mempercepat pengayaan uranium hingga mencapai kemurnian 60 persen, mendekati tingkat kemurnian senjata 90 persen, kata kepala pengawas nuklir PBB pada Desember.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 selama pemerintahan Biden tersendat.
Pada Jumat, Khamenei mengatakan bahwa seharusnya tidak ada negosiasi dengan AS setelah Trump menyarankan untuk mencapai "perjanjian damai nuklir yang terverifikasi" dengan Iran.
"Tidak ada masalah yang akan terselesaikan dengan berunding dengan Amerika," ujar Khamenei, mengutip "pengalaman" sebelumnya.
Awal pekan ini, Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga mempertanyakan ketulusan AS dalam mengupayakan perundingan dengan Teheran.
"Trump mengatakan bahwa ia ingin bernegosiasi, namun pada saat yang sama, ia menyetujui setiap konspirasi yang mungkin untuk membuat revolusi ini bertekuk lutut," kata Pezeshkian kepada mereka yang berkumpul di Teheran pada hari Senin untuk menandai ulang tahun ke-46 revolusi Iran.
Pilihan Editor: Iran Ampuni Dua Jurnalis Pengungkap Kematian Mahsa Amini