Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Diplomasi habib memberi harapan

Perundingan Israel-Libanon berjalan terus, mulai membicarakan masalah yang peka. Amerika mengusulkan agar stasiun peringatan dini/pengintai di puncak jabal barukh, ditangani oleh Amerika.(ln)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERUNDINGAN Israel-Libanon berjalan terus, sekalipun tersendat-sendat. Utusan khusus Amerika, Philip C. Habib, terbang bolak-balik antara Beirut dan Yetusalem mencarikan jalan tengah. Seperti dinyatakannya dua minggu lalu, sebelum meninggalkan Washington, "ada kepentingan yang mendesak untuk menyelesaikan soal Libanon agar kita bisa bergerak ke arah yang lebih luas mengenai perdamaian di kawasan itu." Gerakan ke arah itu juga ada di kalangan negara Arab. Sejalan dengan Usul Fez yang disetujui Liga Arab tahun lalu Arab Saudi mengirim wakilnya ke Damaskus. Putra Mahkota Abdullah dari Arab Saudi, yang juga jadi wakil perdana menteri, berada di ibukota Suriah itu 16 Januari. Dia dilaporkan ikut dalam usaha mempercepat penarikan mundur pasukan Suriah dari Libanon. Para perunding Israel-Libanon sendiri, menurut pengumuman Kementerian Luar Negeri Israel, pekan ini mulai membicarakan soal yang peka dalam acara mereka. Ini mencakup: pembentukan suatu wilayah keamanan di bagian selatan Libanon, hubungan timbal balik kedua negara, penarikan mundur pasukan asing dari Libanon, dan jaminan bagi keamanan Libanon. Empat subkomisi telah dibentuk untuk membicarakan keempat masalah itu. Satu soal yang paling mudah mereka selesaikan dalam pertemuan pekan lalu di Khalde, dekat Beirut, menurut sejumlah diplomat di sana, adalah "pembatalan keadaan perang" antara kedua negara. Tetapi penyelesaian tampaknya masih jauh, terutama soal wilayah keamanan antara 45 dan 50 km di bagian selatan Libanon yang dituntut Israel. Israel sejauh ini tetap ingin menempatkan tiga "stasiun peringatan dini" di Libanon Selatan, termasuk sebuah di puncak Gunung Barukh yang tingginya 1.980 meter di sebelah tenggara Beirut. Dari sana alat-alat pengintai dini dan radarnya akan dapat memonitor setiap gerakan pasukan asing yang masuk ke Libanon. Amerika mendesak Israel supaya membatalkan keinginan itu karena Suriah juga akan berkeras dengan stasiun serupa. Amerika mengusulkan suatu jalan tengah: Stasiun peringatan dini itu sebaiknya ditangani oleh Amerika. Ini sejalan dengan apa yang pernah ditempuh ketika Israel mengembalikan Gurun Sinai kepada Mesir. Stasiun di sana dialihkan pengawasannya kepada petugas sipil Amerika April lalu. Kalau usulnya diterima, dengan radar dan alat elektronika mutakhirnya di puncak Jabal Barukh, Amerika akan dapat memonitor bukan saja gerakan tentara Suriah, tapi juga setiap gerakan pasukan dalam suatu wilayah yang sangat luas -- dari Teluk Parsi sampai Spanyol! Ini berarti mengawasi plla gerakan militer di bagian selatan Uni Soviet, sambil Amerika melindungi perbatasan utara Israel. Soal stasiun ini jelas sekali menemui jalan buntu. Seperti kata Menlu Israel Yitzhak Shamir, setelah dua hari berunding dengan Habib, "Kita tidak membicarakan soal tentara Amerika. Kita membicarakan soal kehadiran sementara Israel." Israel sudah menduduki sebagian dari Libanon sejak tentaranya menyerbu negeri itu 6 Juni lalu untuk menghancurkan gerilyawan PL0. Habib tidak hadir dalam perundingan di Khalde ataupun Kiryat Shemona. Amerika diwakili oleh ketua perundingnya, Morris Draper, sementara Israel oleh David Kimche dan Libanon oleh Antoine Fattal. Perundingan masih dilanjutkan pekan ini, mungkin akan berlarut-larut. Namun, kata Menlu Libanon, Elie Salem, "diplomasi Habib membuat kita berharap perundingan ini akan selesai lebih cepat." Hambatan lain mengenai prngaturan keamanan di daerah perbata, Israel Libanon ialah menyangkut soal Mayor Saad Haddad beserta pasukan milisi Kristennya. Haddad, bekas perwira tentara Libanon yang memberontak, adalah sekutu lama Israel. Pemerintahan Begin ingin memasukkan Haddad ke dalam kerangka tubuh tentara Libanon. Beirut menolaknya. Soal lain yang tersendat-sendat adalah bentuk "hubungan timbal balik". Israel menghendaki kantor perwakilan di negara masing-masing dengan harapan kantor itu nanti menjadi kedutaan besar. Libanon menentang keras hal itu supaya terpelihara hubungannya dengan dunia Arab. Washington, yang akhir pekan lalu memanggil Habib pulang untuk konsultasi, rupanya memahami bahwa kepentingan Libanon akan lebih terjamin jika hubungannya dengan dunia Arab tetap erat. Mandat pasukan PBB yang berakhir pekan lalu telah diperpanjang lagi untuk masa 6 bulan atas permintaan Libanon. Sejak 1978 PBB menempatkan pasukannya, Unifil. Sebanyak. 6.300 orang dikumpulkan dari 10 negara sebagai penyekat antara Israel dan Libanon di suatu daerah sempit di bagian selatan Libanon. Sementara perundingan berpindah-pindah antara Khalde, dekat Beirut, dan Kiryat Shemona, kota perbatasan Israel Utara, pertempuran milisi Kristen dan golongan Islam Druz Libinon berlanjut terus. Sudah 100 orang yang tewas dalam 9 pekan terakhir sejak meledaknya bentrokan antara kedua kelompok itu di bagian utara Libanon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus