Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tamu dari yugo

Presiden yugoslavia, peter stambolic, akan berkunjung ke Indonesia. diduga akan membicarakan masalah perdagangan dan soal nonblok. (ln)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REPUBLIK Federal Yugoslavia setiap tahun mengganti presiden setelah tokoh besar Josip Broz Tito pergi (Mei, 1980). Kini Petar Stambolic dari negara bagian Serbia sedang mendapat giliran jadi presiden. Sebelum dunia dapat mengenal namanya dengan baik, masa jabatan Stambolic akan berakhir. Mei nanti presiden baru akan tampil. Tapi nama Petar Stambolic, mudah-mudahan, tidak akan gampang dilupakan di Indonesia. Pekan depan dia ditunggu di Jakarta untuk kunjungan resmi selama 5 hari. Sambil membalas kunjungan Presiden Soeharto (1975), Presiden Stambolic diduga akan mengadakan serangkaian konsultasi menjelang KTT Nonblok di New Delhi, 11 Maret. Mengenai soal Nonblok, Indonesia-Yugoslavia sebetulnya tidak mempunyai perbedaan pandangan. Bagi Yugoslavia kali ini yang lebih penting tampaknya ialah hubungan perdagangan. Tahun 1978, hubungan perdagangan Indonesia-Yugoslavia masih bernilai US$ 86,4 juta. Kemudian volume perdagangan bilateral itu kian mengecil, bahkan nyaris lenyap sama sekali akhir-akhir ini. Berkata seorang diplomat Yugoslavia di Jakarta: "Perusahaan (negara) kami sangat berharap untuk memenangkan tender (dalam proyek pembangunan) Indonesia." Maka presiden yang berambut putih dan jangkung itu akan diikuti pula oleh sejumlah orang bisnis Yugoslavia. Perdagangan Yugoslavia kini cenderung condong ke Timur. Partner dagangnya yang terbesar adalah Uni Soviet. "Kami tidak mempunyai banyak pilihan," ujar seorang diplomat Yugoslavia, sementara banyak negara Barat menjalankan proteksionisme. Hasil industri dan pertanian Yugoslavia tidak mungkin bisa bersaing di pasaran Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Ekonomi Yugoslavia turut terpukul oleh resesi. Utangnya (sebagian besar dari Barat) sudah mencapai US$ 17 milyar. Uang dinarnya mengalami inflasi sampai 40%. Karenanya Yugoslavia mengadakan kebijaksanaan "kencangkan ikat pinggang" sejak 1980. Toko-toko besar (swasta) di Jalan Knez Mihajlova di Beograd tetap memajang barang mewah, tapi kini tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Yugoslavia. Sedangkan di Centroprom -- toko serba ada milik pemerintah -- barang kebutuhan hidup seperti kopi, mentega dan sabun cuci semakin langka. Kalaupun ada, harganya kini naik mengikuti inflasi. Tentu saja masyarakat sosialis yang telah terbiasa dengan benda-benda Barat ini "merasa" lebih prihatin. Dari masalah ekonomi yang serba sulit ini sering lahir berbagai masalah. Pernah ada keresahan musim semi di Kosovo, misalnya, setahun setelah Tito pergi. Asal muasalnya sekelompok mahasiswa memprotes karena makanan kantin menjadi hambar dan keadaan asrama memburuk. Kerusuhan April 1981 ini mengakibatkan 9 orang meninggal, 250 lainnya luka-luka dan ribuan lagi diadili. Kosovo adalah bagian dari Serbia, salah satu dari enam republik yang mempunyai otonomi penuh dan desentralisasi. Kosovo mempunyai penduduk sekitar 2 juta, di antaranya 75% terdiri dari bangsa yang berasal dari Albania. Dan Albania, tetangga, suka menghasut gerakan separatis di Kosovo yang termiskin dibandingkan dengan daerah lainnya dalam Yugoslavia. Kasus etnik di Kosovo ini memang bukan satu-satunya. Pernah juga terdengar di tahun 1976 slogan "Hidup Republik Kroatia." Keadaan Yugoslavia sudah agak suram ketika masih hidup Josip Broz Tito. Betapa pun suram keadaannya, Yugoslavia masih terbilang makmur (pendapatan nasionalnya US$ 2.100 per kapita tahun 1979, naik dari US$ 200 tiga puluh tahun sebelumnya) di antara barisan negara sosialis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus