DALAM penanggalan Jepang, dia lahir pada Tahun Kuda, umadoshi.
Kalau sifat kuda menandai kecepatan geraknya, begitulah Yasuhiro
Nakasone bertindak. Segera setelah dia dipilih November lalu
untuk memegang jabatan perdana menteri, Nakasone memutuskan
untuk mengunjungi Amerika, mencoba menyelesaikan perselisihan
kedua negara di bidang perdagangan dan pertahanan. Dan dia
melengkapi diri dengan sejumlah tindakan yang dapat melunakkan
sikap Amerika sebelum dia terbang ke Washington.
Sekarang, Nakasone bertindak lebih jauh. Dia akan membubarkan
Diet, parlemen, dan merencanakan pemilihan umum tahun ini dalam
usahanya memperkuat pertahanan Jepang. (Pasal 9 dari Konstitusi
Jepang membatasi kekuatan angkatan bersenjatanya. Dalam
pengertian umum di Jepang sekarang, kekuatan militernya tidak
boleh melebihi 180.000 orang).
Keputusannya itu diambil hanya tiga hari setelah Nakasone
kembali dari kunjungannya pekan lalu ke Washington. Soal
pertahanan Jepang menjadi salah satu masalah utama
pembicaraannya dengan Presiden Reagan dan pejabat tinggi Amerika
lainnya. Nakasone tidak dapat mengubah sesuatu dalam Konstitusi
Jepang kalau tidak mendapat mayoritas duapertiga jumlah suara
dalam kedua majelis parlemen. Partainya, Liberal Demokrat (LDP),
hanya menguasai 285 dari 511 kursi di Majelis Rendah, dan 135
dari 252 kursi di Majelis Tinggi.
"Partai tidak bermaksud mengubah Undang-undang Dasar untuk
meningkatkan kekuatan Pertahanan Diri (Jepang)," kata seorang
juru bicara LDP. "Kami berusaha mengadakan amandemen karena UUD
membatasi Jepang dalam mengekspor senjata, persenjataan, ataupun
teknologi militer." Jepang bermaksud mengekspor teknologi
militernya yang mutakhir ke Amerika. Dan ketika berbicara dalam
konvensi partai hari Ahad itu, Nakasone mengkampanyekan suatu
Konstitusi bebas.
"Ini akan menjadi saat yang paling penting bagi partai dan
negeri dalam 38 tahun sejarah Jepang sejak perang," kata
Nakasone. Pemerintahnya akan melengkapi angkatan perang dengan
persenjataan paling mutakhir. Tapi tanpa "senjata ofensif",
seperti pesawat pengebom jarak jauh.
Bagi partai oposisi, rencana Nakasone itu malah bisa membawa
Jepang ke arah bencana. Berkata seorang juru bicara partai
Sosialis Jepang (JSP), kelompok politik terbesar kedua di negeri
itu: "Kami akan menentang (rencana itu sekuat-kuatnya, karena
kami percaya pemerintahan Nakasone membawa Jepang ke arah
militerisme." Di luar negeri, sejumlah negara yang nonkomunis
pun, menentang rencana pembinaan militer Jepang itu. Terbayang
lagi kelakuan Bala Tentara Kerajaan dalam Perang Dunia II.
Menurut keputusan pemerintah Jepang akhir tahun lalu, militernya
dapat tambahan 6,5% dalam anggaran belanja 1983, yang mulai
berlaku April. Tanpa kenaikan itu pun, Jepang sudah menjadi
negara ke-8 terkuat militernya di dunia. Untuk mengurangi
kekhawatiran para pemimpin Asia, Nakasone menjajaki kemungkinan
mengunjungi negara ASEAN akhir April atau pekan pertama Mei.
Ketika Nakasone berada di Washington, menurut wawancara koran
Post, perdana menteri itu ingin menjadikan Jepang sebuah "kapal
induk yang tak tertenggelamkan". Kantor berita Tass
memperingatkan bahwa kebijaksanaan semacam itu akan "menjadikan
Jepang sasaran dalam suatu pukulan balasan."
Empat pulau dari gugusan Kuril, yang direbut Uni Soviet dari
Jepang dalam Perang Dunia II, kini dilaporkan dikawal oleh
divisi berkekuatan 14.000 orang. Uni Soviet juga dilaporkan
telah mengganti skuadron MiG-17 dengan skuadron MiG-21 yang
lebih mutakhir sebanyak 12 pesawat di Pulau Iturup, atau
Etorofu, menurut versi Jepang. Di Laut Cina Selatan, Rusia
mengerahkan satuan tugas berkekuatan 10 kapal yang melakukan
rendezvous di Teluk Cam Ranh dan Da Nang, di Vietnam.
RRC malahan menuduh Soviet telah mulai membangun sebuah
pangkalan angkatan laut lain di Pulau Con Son, sekitar 130 km
sebelah tenara Vinh Loi di Vietnam.
Bagi pemerintahan Nakasone, ada dua tugas pertahanan yang
penting: Memblokade armada Pasifik Soviet di laut Jepang dengan
menguasai tiga selat yang strategis (mencakup Laut Cina Selatan,
laut sekitar Kuril dan Kamchatka), dan pertahanan terhadap
"infiltrasi" atau "penetrasi" pesawat pengebom jauh Soviet yang
dikenal dengan nama Backfire.
Bukan soal pertahanan saja yang dibicarakan Nakasone dalam
kunjungan empat harinya di Washington. Soal lain yang tidak
kurang pentingnya adalah perdagangan antara kedua negara.
Neraca perdagangan Amerika dalam tahun 1983 diperkirakan akan
menderita defisit sebesar US$ 75 milyar, terbesar sepanjang
sejarah negeri itu Suatu kenaikan dari sekitar US$ 45 milyar
dalam tahun 1982, dan US$ 20 milyar dari desifit perdagangan itu
adalah dengan satu negara, Jepang.
Amerika bersama Kanada, dan 10 negara Masyarakat Ekonomi Eropa
(yang tahun lalu menderita defisit US$ 10 milyar dalam
perdagangan dengan Jepang), menuntut supaya Tokyo lebih membuka
pintu impornya. Washington khususnya menuntut supaya Jepang
memperbesar quota impor daging dan jeruk dari Amerika, dan agar
melunakkan persyaratan impor rokok buatan Amerika, pemukul bola
baseball dari logam, dan mengurangi hambatan impor lainnya.
Jepang didesak juga supaya menahan diri dalam ekspor mobilnya ke
Amerika agar tahun ini tidak melebihi jumlah 1,68 juta unit.
Tetapi, seperti kata Menteri Perdagangan Jepang, Sadanori
Yamanaka, "Kami memahami keadaan Amerika, tapi kami bukanlah
suatu negara yang mau diperintah-perintah. Kami tidak memaksa
orang Amerika membeli mobil Jepang."
Selama dua tahun terakhir ini, Jepang memang sudah lebih membuka
pasarannya bagi barang impor. "Sejak Mei lalu Jepang sudah
mengurangi tarif secara cukup besar atau menghapuskan sama
sekali, atau meliberalkan sekitar 300 jenis barang," kata
Nakasone. Usaha ke arah itu masih dilanjutkan, katanya.
Menurut Kementerian Keuangan Jepang pekan lalu, untuk pertama
kalinya sejak 1952, ekspor negeri itu tahun lalu jatuh, 8,7%.
Surplus perdagangannya dengan dunia tahun lalu juga jatuh
menjadi US$6,88 milyar berdasarkan perhitungan Bea Cukai, dari
US$ 8,74 milyar pada tahun sebelumnya. Ekspornya berjumlah US$
138,85 milyar, turun 9,7% dari tahun 1981. Impor Jepang tahun
lalu US$ 131,97 milyar, atau 7,9% lebih rendah dibanding tahun
1981.
Tahun 1982, ekspor Jepang ke Amerika Serikat berkurang dengan
5,9% menjadi US$ 36,34 milyar. Impornya juga berkurang 4,5%
menjadi US$ 24,16 milyar. Surplus perdagangan Jepang terhadap
Amerika, menurut Kementerian Keuangan Jepang hanya US$ 12,18
milyar. Menurut Amerika, surplus Jepang itu US$ 20 milyar.
Perbedaan ini disebabkan oleh sistem perhitungan mereka. Surplus
perdagangan Jepang pada 1981, menurut kementerian itu, US$ 13,32
milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini