Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Turun ekspornya, turun surplusnya

Kunjungan PM Jepang, Nakasone ke AS, membicarakan masalah pertahanan jepang dan perdagangan antar kedua negara, jepang didesak supaya mengurangi lagi surplusnya. (ln)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM penanggalan Jepang, dia lahir pada Tahun Kuda, umadoshi. Kalau sifat kuda menandai kecepatan geraknya, begitulah Yasuhiro Nakasone bertindak. Segera setelah dia dipilih November lalu untuk memegang jabatan perdana menteri, Nakasone memutuskan untuk mengunjungi Amerika, mencoba menyelesaikan perselisihan kedua negara di bidang perdagangan dan pertahanan. Dan dia melengkapi diri dengan sejumlah tindakan yang dapat melunakkan sikap Amerika sebelum dia terbang ke Washington. Sekarang, Nakasone bertindak lebih jauh. Dia akan membubarkan Diet, parlemen, dan merencanakan pemilihan umum tahun ini dalam usahanya memperkuat pertahanan Jepang. (Pasal 9 dari Konstitusi Jepang membatasi kekuatan angkatan bersenjatanya. Dalam pengertian umum di Jepang sekarang, kekuatan militernya tidak boleh melebihi 180.000 orang). Keputusannya itu diambil hanya tiga hari setelah Nakasone kembali dari kunjungannya pekan lalu ke Washington. Soal pertahanan Jepang menjadi salah satu masalah utama pembicaraannya dengan Presiden Reagan dan pejabat tinggi Amerika lainnya. Nakasone tidak dapat mengubah sesuatu dalam Konstitusi Jepang kalau tidak mendapat mayoritas duapertiga jumlah suara dalam kedua majelis parlemen. Partainya, Liberal Demokrat (LDP), hanya menguasai 285 dari 511 kursi di Majelis Rendah, dan 135 dari 252 kursi di Majelis Tinggi. "Partai tidak bermaksud mengubah Undang-undang Dasar untuk meningkatkan kekuatan Pertahanan Diri (Jepang)," kata seorang juru bicara LDP. "Kami berusaha mengadakan amandemen karena UUD membatasi Jepang dalam mengekspor senjata, persenjataan, ataupun teknologi militer." Jepang bermaksud mengekspor teknologi militernya yang mutakhir ke Amerika. Dan ketika berbicara dalam konvensi partai hari Ahad itu, Nakasone mengkampanyekan suatu Konstitusi bebas. "Ini akan menjadi saat yang paling penting bagi partai dan negeri dalam 38 tahun sejarah Jepang sejak perang," kata Nakasone. Pemerintahnya akan melengkapi angkatan perang dengan persenjataan paling mutakhir. Tapi tanpa "senjata ofensif", seperti pesawat pengebom jarak jauh. Bagi partai oposisi, rencana Nakasone itu malah bisa membawa Jepang ke arah bencana. Berkata seorang juru bicara partai Sosialis Jepang (JSP), kelompok politik terbesar kedua di negeri itu: "Kami akan menentang (rencana itu sekuat-kuatnya, karena kami percaya pemerintahan Nakasone membawa Jepang ke arah militerisme." Di luar negeri, sejumlah negara yang nonkomunis pun, menentang rencana pembinaan militer Jepang itu. Terbayang lagi kelakuan Bala Tentara Kerajaan dalam Perang Dunia II. Menurut keputusan pemerintah Jepang akhir tahun lalu, militernya dapat tambahan 6,5% dalam anggaran belanja 1983, yang mulai berlaku April. Tanpa kenaikan itu pun, Jepang sudah menjadi negara ke-8 terkuat militernya di dunia. Untuk mengurangi kekhawatiran para pemimpin Asia, Nakasone menjajaki kemungkinan mengunjungi negara ASEAN akhir April atau pekan pertama Mei. Ketika Nakasone berada di Washington, menurut wawancara koran Post, perdana menteri itu ingin menjadikan Jepang sebuah "kapal induk yang tak tertenggelamkan". Kantor berita Tass memperingatkan bahwa kebijaksanaan semacam itu akan "menjadikan Jepang sasaran dalam suatu pukulan balasan." Empat pulau dari gugusan Kuril, yang direbut Uni Soviet dari Jepang dalam Perang Dunia II, kini dilaporkan dikawal oleh divisi berkekuatan 14.000 orang. Uni Soviet juga dilaporkan telah mengganti skuadron MiG-17 dengan skuadron MiG-21 yang lebih mutakhir sebanyak 12 pesawat di Pulau Iturup, atau Etorofu, menurut versi Jepang. Di Laut Cina Selatan, Rusia mengerahkan satuan tugas berkekuatan 10 kapal yang melakukan rendezvous di Teluk Cam Ranh dan Da Nang, di Vietnam. RRC malahan menuduh Soviet telah mulai membangun sebuah pangkalan angkatan laut lain di Pulau Con Son, sekitar 130 km sebelah tenara Vinh Loi di Vietnam. Bagi pemerintahan Nakasone, ada dua tugas pertahanan yang penting: Memblokade armada Pasifik Soviet di laut Jepang dengan menguasai tiga selat yang strategis (mencakup Laut Cina Selatan, laut sekitar Kuril dan Kamchatka), dan pertahanan terhadap "infiltrasi" atau "penetrasi" pesawat pengebom jauh Soviet yang dikenal dengan nama Backfire. Bukan soal pertahanan saja yang dibicarakan Nakasone dalam kunjungan empat harinya di Washington. Soal lain yang tidak kurang pentingnya adalah perdagangan antara kedua negara. Neraca perdagangan Amerika dalam tahun 1983 diperkirakan akan menderita defisit sebesar US$ 75 milyar, terbesar sepanjang sejarah negeri itu Suatu kenaikan dari sekitar US$ 45 milyar dalam tahun 1982, dan US$ 20 milyar dari desifit perdagangan itu adalah dengan satu negara, Jepang. Amerika bersama Kanada, dan 10 negara Masyarakat Ekonomi Eropa (yang tahun lalu menderita defisit US$ 10 milyar dalam perdagangan dengan Jepang), menuntut supaya Tokyo lebih membuka pintu impornya. Washington khususnya menuntut supaya Jepang memperbesar quota impor daging dan jeruk dari Amerika, dan agar melunakkan persyaratan impor rokok buatan Amerika, pemukul bola baseball dari logam, dan mengurangi hambatan impor lainnya. Jepang didesak juga supaya menahan diri dalam ekspor mobilnya ke Amerika agar tahun ini tidak melebihi jumlah 1,68 juta unit. Tetapi, seperti kata Menteri Perdagangan Jepang, Sadanori Yamanaka, "Kami memahami keadaan Amerika, tapi kami bukanlah suatu negara yang mau diperintah-perintah. Kami tidak memaksa orang Amerika membeli mobil Jepang." Selama dua tahun terakhir ini, Jepang memang sudah lebih membuka pasarannya bagi barang impor. "Sejak Mei lalu Jepang sudah mengurangi tarif secara cukup besar atau menghapuskan sama sekali, atau meliberalkan sekitar 300 jenis barang," kata Nakasone. Usaha ke arah itu masih dilanjutkan, katanya. Menurut Kementerian Keuangan Jepang pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak 1952, ekspor negeri itu tahun lalu jatuh, 8,7%. Surplus perdagangannya dengan dunia tahun lalu juga jatuh menjadi US$6,88 milyar berdasarkan perhitungan Bea Cukai, dari US$ 8,74 milyar pada tahun sebelumnya. Ekspornya berjumlah US$ 138,85 milyar, turun 9,7% dari tahun 1981. Impor Jepang tahun lalu US$ 131,97 milyar, atau 7,9% lebih rendah dibanding tahun 1981. Tahun 1982, ekspor Jepang ke Amerika Serikat berkurang dengan 5,9% menjadi US$ 36,34 milyar. Impornya juga berkurang 4,5% menjadi US$ 24,16 milyar. Surplus perdagangan Jepang terhadap Amerika, menurut Kementerian Keuangan Jepang hanya US$ 12,18 milyar. Menurut Amerika, surplus Jepang itu US$ 20 milyar. Perbedaan ini disebabkan oleh sistem perhitungan mereka. Surplus perdagangan Jepang pada 1981, menurut kementerian itu, US$ 13,32 milyar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus