Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mirip punya nenek-nenek," gerutu Lisa Mikoliczyk, seorang perwira wanita tentang "dompet dinas"-nya yang khas Angkatan Laut Amerika Serikat. Berukuran mirip tas tangan, kotak, gembung, dengan hanya tiga pilihan warna: coklat, hitam, atau putih polos, dompet itu dianggap sangat tidak trendi untuk perempuan modern.
Keluhan Lisa Mikoliczyk seperti mewakili rekan-rekannya sesama perwira marinir wanita Amerika Serikat. Begitu bencinya mereka pada dompet malang itu sehingga para para perwira wanita tak ingin benda itu ikut ditemukan di tubuh mereka bila, misalnya, mereka gugur dalam tugas.
Meski sudah menjadi bagian dari seragam "Kowal" Amerika, mereka tetap tak menyukainya. "Memang dapat memuat banyak, tapi itu membuat dompet ini berukuran amat besar dan tidak trendi," kata Lisa Mikoliczyk seraya mengulang "kutukan"-nya.
Itu sebabnya, wanita itu amat girang begitu Angkatan Laut AS sejak Oktober ini mengizinkan para personel wanitanya mengganti dompet mereka. Ramai-ramai mereka berlari ke pasar untuk membeli "dompet sipil". Warnanya harus disesuaikan dengan baju seragam. Tapi itu pun sudah membuat mereka sangat lega. "Perubahan-perubahan itu sudah seharusnya, karena ini angkatan laut abad ke-21," Lisa memberi alasan.
Dompet sipil adalah satu dari sejumlah rekomendasi reformasi dresscode alias tata cara berbusana bagi marinir wanita dalam Angkatan Laut Amerika. Ini perubahan pertama sejak wanita terlibat resmi dalam korps itu di Amerika pada 1908.
Rekomendasi berawal dari sebuah survei yang digelar awal tahun ini. Lebih dari 40 ribu pelaut disodori daftar 33 pertanyaan. Yang mengejutkan, begitu dikembalikan, para petinggi urusan administrasi Angkatan Laut AS terperanjat karena menerima lebih dari 5.500 halaman yang justru tak termasuk dalam daftar pertanyaan.
Rupanya, para pelaut, terutama yang wanita, memanfaatkan benar survei itu untuk mengungkapkan unek-unek mereka. Hasilnya, bukan hanya soal dompet. Sebanyak 54 ribu personel wanita AL AS kini juga dibebaskan mengenakan seragam rok atau celana.
Seperti diungkapkan perwira senior Regina Adams, yang telah berdinas 19 tahun, bekerja di kapal dengan seragam rok sungguh membuatnya tersiksa. "Anda harus mengenakan celana karena harus naik-turun anak tangga dan sebagainya. Memakai rok amat tidak praktis," ujarnya.
Sementara itu, sebagian lain berpikir, apabila mereka diwajibkan selalu memakai celana, militer pasti berupaya membuat mereka maskulin. Karena itu, mereka juga akan mendesain ulang rok-rok itu agar lebih nyaman bagi setiap personel wanita AL yang masih ingin mengenakannya. Bonus lain adalah diizinkannya penggunaan telepon seluler, personal digital assistant (PDA), dan penyeranta. Syaratnya, peralatan itu tak boleh terlihat dari depan dan harus diselipkan di sabuk.
Para perwira cewek itu juga dipersilakan menggunakan berbagai jenis tas, bahkan mencangklongnya di pundak meski mereka sedang berseragam kerja formal. Selama ini, mereka harus menjinjingnya, lebih untuk menjaga citra kerapihan dan keteraturan militer.
Dengan rok sporty, tas "gaul" di pundak, dan ponsel terselip di dompet sabuk, pelaut wanita Amerika akan seperti bermetamorfosis. "Inilah yang ingin saya kenakan hari ini," ucap Tracey Jacson, perwira karier di bidang hukum yang bertugas di Norfolk. Dan "dompet nenek"meminjam istilah anak sekarang"ke laut saja", alias tak akan pernah disentuh kembali.
Wuragil (AP, Chicagotribune, Military.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo