Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno angkat bicara ihwal arah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika Serikat usai Donald Trump dilantik kembali sebagai presiden. Dia mengaku belum bisa berkomentar banyak soal hubungan Indonesia-AS ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ya, kami harus melihat dulu. Kami ini sekarang hanya mereka-reka saja kan. Jadi, tidak terlalu jelas arah foreign policy dia (Trump) seperti apa,” kata Havas dalam wawancara khusus kepada Tempo di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada Jumat, 17 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Jerman itu mengatakan kebijakan luar negeri Trump belum bisa ditebak pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dia juga belum bisa menduga apakah Trump akan berfokus pada Asia, Eropa, atau bahkan dalam negeri sendiri.
Berkenaan dengan itu, Havas mengungkit soal politik luar negeri mantan Presiden AS Barrack Obama ketika mulai menjabat pada 2009 lalu. Ketika itu, kata Havas, Obama mengambil kebijakan pivot to Asia, di mana AS mengedepankan hubungan dengan negara-negara di Asia.
Saat itu, Havas menuturkan, negara-negara di Amerika Latin dan Eropa merasa keberatan dengan langkah Obama itu. Bagi Obama waktu itu, Asia merupakan masa depan dunia sehingga AS membuka kantor di sejumlah negara Asia dan menempatkan diplomat khusus di sana.
Lebih lanjut, Havas menegaskan pemerintah Indonesia tetap mempersiapkan diri meskipun kebijakan luar negeri Trump belum terlihat jelas. Dia menilai kesiapan Indonesia sangatlah penting, terutama karena AS merupakan salah satu pasar terbesar bagi Indonesia.
Salah satu opsi yang bisa dilakukan Indonesia, sambung Havas, ialah merencanakan perjanjian kerja sama yang unik dengan AS. Menurut dia, kerja sama ini juga dapat dilakukan bersama negara-negara bagian AS, terutama untuk bidang perdagangan, pariwisata, investasi, dan teknologi.
Arah kebijakan luar negeri Indonesia secara detail dibahas dalam Majalah Tempo edisi khusus 100 hari kerja Presiden Prabowo yang terbit pekan ini.
Dalam laporan “Politik Luar Negeri di Bawah Komandan Prabowo”, Tempo mengungkap adanya dominasi Presiden Prabowo Subianto atas kebijakan dan diplomasi politik luar negeri. Sebagai presiden, Prabowo memiliki kecenderungan untuk enggan didikte dalam pengambilan keputusan untuk urusan luar negeri. Keputusan yang Prabowo ambil tanpa kajian matang tak jarang membuat kegaduhan di dalam negeri dan dunia internasional.
Pilihan Editor: