JEMBATAN Glienicke, di perbatasan Berlin Barat dan Berlin Timur, Selasa siang pekan lalu itu, kelihatan sepi. Yang tampak cuma beberapa prajurit Jerman Timur bersenjata berjaga-jaga, dan wartawan menyiagakan kamera foto dan video di sektor Jerman Barat. Kelengangan itu baru terusik ketika dua buah truk militer AS menggelinding masuk jembatan, dan kemudian disusul oleh sebuah bis kecil berwarna kuning dari wilayah Jerman Timur. Beberapa wajah tampak di balik jendela ketiga kendaraan itu. Tetapi kamera wartawan cuma merekam wajah seorang pria agak botak di bis kuning, yang dikawal polisi dengan sebuah sedan. Ketika bis mini itu berhenti tepat di garis kuning merah lantai jembatan, yang merupakan perbatasan resmi kedua negara, pemeran utama drama ini keluar dengan tersenyum. Dialah Dr. Anatoly B. Shcharansky, 38, ahli komputer berdarah Yahudi, yang dikenal sebagai tokoh pembangkang di Uni Soviet. Untuk sikapnya itu, Shcharansky, yang berjidat lebar ini, terpaksa menebusnya dengan 8 tahun penjara, dan hampir separuh dilewatinya di kamp kerja paksa. Dan, Selasa siang itu, keinginan Shcharansky menjadi warga Yahudi merdeka menjadi kenyataan begitu Duta Besar Israel untuk Jerman Barat menyerahkan paspor baru kepadanya. Avital, istri Shcharansky, menyaksikan peristiwa itu dengan mata berkaca-kaca -- tanda haru. Betapa tidak. Perjuangannya membebaskan Shcharansky, yang dipisahkan penguasa Rusia sehari setelah perkawinan mereka pada 1978, tak sia-sia. Dan, kini, Shcharansky disambut bagai pahlawan di Israel. Presiden Ronald Reagan meneleponnya sebagai tanda sukacita, dan PM Israel Shimon Perez memeluknya di bandar udara Tel Aviv. Tak cuma Shcharansky yang mendapatkan kebebasan di Jembatan Ghenicke, hari itu. Empat spion Barat dan empat spion Timur juga saling dipertukarkan. Konon untuk pembebasan orang itu, pihak Barat juga harus membayar US$ 2 juta. Dan, soal pembayaran sejumlah dana sebagai prasyarat pembebasan spion Barat, yang ditangkap pihak Timur, memang bukan hal baru. Itu sudah dimulai sejak 1970-an. Adalah di Jembatan Glienicke, yang membentang di atas Sungai Havel, Pilot Francis Gary Powers berjalan menuju alam bebas pada 1962. Ia, yang jatuh bersama pesawat pengintai U-2 setelah ditembak Rusia, ditukar dengan mata-mata andalan Soviet Rudolf Abel. Juga Juni lalu, jembatan sepanjang 128 m ini menjadi ajang pertukaran empat spion komunis dengan 25 warga Eropa Barat, yang ditahan Jerman Timur, atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata. Maka, Jembatan Glienicke dikenal sebagai "jembatan para spion". Tapi bukan berarti Shcharansky adalah spion Barat seperti tuduhan penguasa Soviet untuk menghukumnya. "Saya bukan mata-mata, sekalipun kenal banyak wartawan dan diplomat Barat," kata Shcharansky. Tak kurang dari Presiden Jimmy Carter mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Shcharansky bukan mata-mata AS, ketika tokoh ini diadili Rusia pada 1978. Usaha Carter ternyata tak membawa hasil. Shcharansky tetap dinyatakan pengadilan bersalah, dan dihukum 3 tahun penjara serta 10 tahun kerja paksa. Tuduhan atas dirinya adalah membocorkan rahasia negara terhadap pihak asing, yaitu menerangkan pekerjaan para pemohon izin imigrasi ke Israel. Sebagai juru bicara masyarakat Yahudi-Rusia, yang ingin bermukim di Israel, Shcharansky memang banyak memanfaatkan para wartawan Barat untuk mendapatkan perhatian dunia atas nasib mereka. Perhatian dunia memang merupakan celah harapan bagi kelompok yang sering disebut dengan istilah refusenik ini. Sebab, pemerintah Soviet menganggap mereka sebagai pembangkang. Dan, penguasa Soviet tidak pernah memberi ampun pada pembangkang. Adanya sekitar 10.000 tahanan politik di penjara maupun kamp kerja paksa Soviet membuktikan penguasa Rusia tak main-main dengan mereka yang berani melawan pemerintah. Kenyataan itu ternyata tak membuat Shcharansky gentar. Lulusan jurusan fisik Moscow Institute ini tetap menganggap kebebasan sebagai hak yang harus diperjuangkan. Untuk itu, ia mengorganisasikan demonstrasi di Kremlin, dan aktif dalam ke lompok Moscow-Helsinki Watch Group, kelompok tak resmi yang memantau ketaatan Soviet terhadap ketentuan hak asasi manusia seperti termaktub dalam Perjanjian Helsinki, 1975. Maka, tak heran kalau segala kegiata Shcharansky selalu dikuntit dinas rahasia KGB. Kepopuleran Shcharansky, yang, antara lain, disebabkan kefasihannya berbahasa Inggris, pembicaraannya yang penuh humor, dan keberanian menyebabkan diriny dianggap sebagai ancaman. Terutama setelah Soviet merasa kegiatan Shcharansky menyebabkan semakin buruknya citra negara itu di dunia. Lalu KGB pun ditugasi menciduk Shcharansky. DARI inilah lembaran hitam Shcharansky, yang mengaku sempat didekap dalam sel soliter selama 400 hari. Selama 130 hari terus-menerus, ketika makanan cuma diberikan setiap dua hari, mereka harus pula menahan dinginnya udara di luar sel 15 menit setiap hari. Tak heran kalau berat Shcharansky menyusut menjadi hampir 50 kg. Semua itu ternyata tak mematahkan semangatnya. Tapi, tidak berarti nasib para refusenik lainnya akan sebaik Shcharansky. Sejak 1968, sudah sekitar 650 ribu kaum Yahudi diizinkan meninggalkan Soviet. Tapi, setelah rekor izin pada 1979 sebanyak 51.320 orang, pemerintah Rusia memperketat pemberian izinnya. Tahun 1984, misalnya cuma 896, dan tahun lalu ada sedikit kenaikan: 1.140. Ketatnya pemberian izin diduga karena pemerintah Soviet khawatir minat beremigrasi akan menular ke kelompok etnis lainnya. Sebagai negara yang mempunyai banyak kelompok etnis, hal ini tentu bisa membahayakan keutuhan negeri. Walau demikian, pihak refusenik tak berputus asa. Pelepasan Shcharansky diharapkan merupakan suatu awal. Berita terakhir menulis kemungkinan ibu Shcharansky, Ida Milgrom, 77, akan menyusul menambah harapan sang putra. Juga bagi sekitar 365 ribu pembangkang yang masih terkatung-katung di negeri Soviet. Akankah para refusenik ini nantinya bakal menggeser warga Palestina dari tanah air mereka? Siapa tahu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini