Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Raksasa ritel Prancis Carrefour mengumumkan penutupan cabang-cabangnya di Oman pada Selasa, 7 Januari 2025, dalam pukulan terbaru yang diderita perusahaan ini karena kampanye boikot yang meluas, Middle East Eye melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita ini muncul beberapa bulan setelah jaringan toko ini mengumumkan penutupannya di Yordania, di mana para konsumennya dikenal sangat mengikuti kampanye boikot yang menargetkan perusahaan-perusahaan yang dituduh mendukung Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Carrefour tidak memberikan alasan di balik penutupannya, hanya mengatakan bahwa mereka akan "berhenti beroperasi" di Oman.
"Efektif 7 Januari 2025, operasi Carrefour akan dihentikan di Kesultanan Oman. Atas nama Manajemen dan Staf, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan Anda yang tak tergoyahkan selama beberapa dekade," demikian pernyataan perusahaan.
Menurut Middle East Monitor, ritel raksasa ini telah berganti nama menjadi Hypermax. Pengumuman ini mengikuti pengumuman serupa di Yordania, di mana Carrefour menutup pintunya pada 5 November tahun lalu, yang juga berganti nama menjadi Hypermax.
Gerai Hypermax dimiliki dan dioperasikan oleh Majid Al Futtaim (MAF) yang berbasis di Uni Emirat Arab, pemegang hak waralaba eksklusif untuk Carrefour di Timur Tengah dan Afrika Utara sejak tahun 1995.
MAF memperkenalkan hypermarket pertama Carrefour di Pusat Kota Dubai, Deira, dan berkembang menjadi lebih dari 465 gerai Carrefour di 14 negara.
Salah satu jaringan supermarket terbesar di Teluk, Carrefour, telah menjadi target utama dalam daftar perusahaan yang masuk dalam gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang dituduh memiliki hubungan yang kuat dengan Israel selama perang yang sedang berlangsung di Gaza.
BDS menempatkan kemitraan waralaba jaringan ini dengan dua perusahaan yang "aktif dalam usaha pemukiman ilegal Israel".
Menurut gerakan tersebut, kemitraan Carrefour dengan Electra Consumer Products dari Israel dan anak perusahaannya, Yenot Bitan, berkontribusi pada "apartheid, genosida, dan pelanggaran hak asasi manusia".
"Komite Nasional BDS Palestina memberikan penghormatan kepada para sekutunya di Oman dan rakyat Oman yang berkontribusi terhadap pencapaian ini," kata BDS di X. "Semoga keberhasilan ini menjadi kekuatan pendorong untuk meminta pertanggungjawaban lebih banyak lagi perusahaan atas keterlibatan mereka dalam kejahatan Israel, termasuk genosida, terhadap warga Palestina."
Kampanye boikot yang meluas terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BDS seperti Carrefour, Starbucks, Siemens, SodaStream, Expedia, Disney+, McDonald's, dan lainnya diyakini telah menyebabkan mereka setidaknya mengalami kesulitan keuangan, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pada Februari tahun lalu, saham McDonald's turun hampir 4% menyusul laporan bahwa perlambatan penjualan di Timur Tengah telah berkontribusi pada pendapatan kuartal keempat yang meleset dari estimasi, CNBC melaporkan.
Sebulan sebelumnya, CEO McDonald's mengatakan bahwa kampanye boikot ini merugikan penjualan di Timur Tengah, yang menyumbang 2 persen dari penjualan global perusahaan dan 1 persen dari pendapatan global sebelum bunga dan pajak.