Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Emoh sanksi

Amerika belum berhasil mengajak sekutunya untuk melakukan sanksi ekonomi terhadap iran. nasib sandera amerika tetap terkatung-katung. (ln)

26 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB mereka yang disandera mahasiswa di Teheran masih akan terkatung-katung. Usaha pemerintah Carter untuk membebaskan mereka terakhir dicobanya lewat Dewan Keamanan PBB untuk menelorkan suatu resolusi yang akan mengenakan sanksi ekonomi bagi Iran bila 50 sandera Amerika itu tidak segera dilepas. Tapi itupun gagal lagi. Uni Soviet pekan lalu memveto usul resolusi itu. Menlu Iran, Sadeq Ghotbzadeh, menegaskan lagi bahwa Iran tetap akan menahan para sandera itu, mungkin untuk selama-lamanya. Kelompok mahasiswa yang menyandera itu masih terus dengan retorika -- menuntut pemulangan Syah Iran. Amerika Serikat bersama sekutunya tetap berusaha akan melakukan sanksi ekonomi terhadap Iran di luar persetujuan PBB. Tapi pemerintah Iran sama sekali tidak takut menghadapi ancaman sanksi itu. Di Teheran, Menteri Perminyakan, Ali Akhbar Moinfar, pekan lalu memanggil Duta Besar Jepang Tsutomu Wada dan memperingatkannya bahwa Iran akan menghentikan seluruh suplai minyaknya ke Jepang bila ikut-ikutan dengan AS dalam melaksanakan sanksi ekonomi. Seven Sisters Pernyataan Moinfar ini rupanya cukup mengagetkan pemerintah Jepang. Baru saja 12 perusahaan Jepang menandatangani suatu persetujuan pembelian minyak Iran sebanyak 530.000 barrel per hari untuk tahun ini. Suatu kenaikan 15 persen dibanding pembelian tahun sebelumnya. Berbeda dengan semasa Syah Iran berkuasa, Jepang kali ini membeli minyak tersebut secara hubungan langsung. Artinya, tidak melalui perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan seven sisters. Sebab itu pula seorang pejabat di Tokyo perlu menegaskan bahwa Jepang hanya akan setuju menggunakan sanksi ekonomi bila itu diputuskan oleh PBB. Dengan kata lain, Jepang barangkali satu-satunya negara sekutu AS yang tidak bisa diajak serta dalam menekan Iran. Karena 99% dari kebutuhan minyaknya datang dari impor, sedang 11% di antaranya disuplai oleh Iran. Suatu dilema memang. Presiden Carter telah mengirim pula Deputi Menlu, Warren Christopher, ke Eropa untuk melakukan pembicaraan mengenai sanksi ekonomi yang akan dilancarkan terhadap Iran. Tapi sekembalinya dari perjalanan itu pekan lalu, Christopher tak menyebut soal itu sama sekali. Dia hanya mengutarakan bahwa negara Eropa Barat akan mengikuti langkah AS dalam melaksanakan sanksi terhadap Rusia. Itupun tanpa menyebut nama-nama negara itu secara khusus. Rupanya sulit buat negara sekutu AS untuk mengambil langkah yang sama terhadap Iran. Karena bagaimanapun minyak masih punya kekuatan sebagai 'senjata politik'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus