DENGAN pengawalan ketat, bekas Senator Benigno Aquino kembali ke
tempat tahanannya di kompleks militer Fort Bonifacio, Metro
Manila. Selama 24 hari dia telah diizinkan tinggal bersama
keluarganya untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Semasa 'tahanan
rumah' itu Aquino -- yang sudah dijatuhi hukuman mati oleh
Mahkamah Militer Manila -- sempat membuat kejutan, terutama buat
kawan-kawannya dari kalangan oposisi.
Ceritanya dimulai ketika Presiden Ferdinand Marcos dalam suatu
wawancara khusus Bangkok Post 2 pekan lalu membeberkan usul
Aquino mengenai perlunya dibentuk 'Dewan Sesepuh' (Council of
Leaders). Dewan itu diusulkannya supaya beranggotakan tokoh
politik (termasuk yang beroposisi), militer dan agama. Menurut
Marcos, dewan itu akan memberi kesempatan yang sama dan adil
kepada kalangan oposisi untuk berpartisipasi dalam
pemerintahannya. Dan dia menyebut nama bekas senator itu sebagai
salah satu calon anggota di samping Loreno Tanada, seorang ahli
hukum, dan seorang pengacara, Jose Diokono, yang selama ini juga
dikenal kritis terhadap pemerintahan Marcos.
Isu Sentral
Namun kalangan oposisi melihat bahwa usul itu bersifat kompromis
dan hanya akan menguntungkan Marcos. "Itu akan membuat jelek
nama Aquino di kalangan oposisi dan memberi nama baik buat
Marcos," kata bekas Senator Jovito Salonga, salah seorang tokoh
oposisi.
Benigno Aquino, 47 tahun, yang biasa dipanggil Ninoy, rupanya
perlu menjelaskan usulnya itu secara terperinci. Dia mengadakan
jumpa pers di rumahnya walaupun dia dalam status tahanan. Dalam
dewan tersebut juga harus duduk mereka dari golongan ekstrim
kanan dan ekstrim kiri, katanya.
Aquino mengatakan bahwa dewan ini akan berfungsi sebagai pemberi
nasihat kepada pemerintah. Sehingga jalannya pemerintahan tidak
hanya ditentukan oleh satu orang. Dia juga yakin bahwa usaha ini
akan bisa mengakhiri 'keadaan darurat' secara damai dan
membangun kembali iklim demokrasi. Marcos sendiri menjanjikan
bahwa 'keadaan darurat' akan berakhir pada tahun 1983, sesudah
diadakan lagi pemilihan presiden.
Masalah 'keadaan darurat' itu yang dinyatakan berlaku oleh
Presiden Marcos sejak September 1972 tetap menjadi isu sentral
dalam pertarupgan politik di Filipina. Berbagai ekses, terutama
kesewenang-wenangan militer dalam menghadapi rakyat, telah
terjadi. Hal ini pernah dikemukakan Jaime Kardinal Sin, Uskup
Agung Manila, September tahun lalu.
Menjengkelkan
Karena itu pula, Kardinal Sin -- menjabat juga Ketua Konperensi
Uskup Katholik se-Filipina -- mendukung pembentukan dewan itu.
"Suatu pemerintahan transisi (sampai 1983 red) adalah begitu
penting sekarang ini karena tindakan kekerasan yang berlangsung
sudah sampai pada tingkat yang paling buruk," kata Kardinal Sin
pekan lalu. Dia menunjukkan contoh pembunuhan yang terjadi di
Mindanao, Filipina Selatan yang disebutnya "jauh lebih banyak
ketimbang semasa perang dunia ke-2."
Tapi mendengar namanya dicalonkan jadi anggota dewan itu,
Kardinal Sin rupanya lebih suka menolak. Dia memilih berjuang di
luar kekuasaan. Begitu pun dia menawarkan suatu jasa baik untuk
menjadi tuan rumah bagi pertemuan antara Marcos dan tokoh-tokoh
oposisi. Bahkan dia melihat bahwa kerukunan kembali Marcos dan
Aquino bakal menyelamatkan negara dari kemungkinan terjadinya
perang saudara.
Cuma di kubu Marcos suatu perpecahan mulai terbuka. Dalam suatu
jumpa pers pekan lalu, Marcos secara blak-blakan menyatakan
memecat Menteri Penerangan, Francisco Tatad, 40 tahun. Marcos
menuduh Tatad sebagai 'anak yang tak berguna' walaupun sang
Menpen dikenal sebagai pembantunya terdekat selama lebih 10
tahun. Tatad sangat tidak effisien, berulang-ulang gagal dalam
menjalankan departemennya, angkuh, suka memaksakan kehendak
tidak jujur dan korup, demikian Marcos.
Soalnya ialah Tatad terlebih dulu membuka front, memberikan
keterangan yang menjengkelkan pihak istana.
Mungkin tindakan Marcos yang pertama terhadap pembantu dekatnya
ini akan membuka kesempatan bagi tumbuhnya kembali kepercayaan
rakyat terhadap dia. Apalagi selama ini Marcos dianggap terlalu
membiarkan para pembantunya bertindak sewenang-wenang. Dan
pertanda ini juga berarti akan memperlancar jalannya usaha ke
arah rekonsiliasi sebagaimana yang ditawarkan Aquino.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini