Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Marcos merangkul-rangkul

Bekas senator benigno aquino dijatuhi hukuman mati mendapat liburan natal & tahun baru, benigno mengusulkan kepada presiden marcos untuk membentuk 'dewan sesepuh' yang berfungsi sebagai nasehat kepada pemerintah.(ln)

26 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN pengawalan ketat, bekas Senator Benigno Aquino kembali ke tempat tahanannya di kompleks militer Fort Bonifacio, Metro Manila. Selama 24 hari dia telah diizinkan tinggal bersama keluarganya untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Semasa 'tahanan rumah' itu Aquino -- yang sudah dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer Manila -- sempat membuat kejutan, terutama buat kawan-kawannya dari kalangan oposisi. Ceritanya dimulai ketika Presiden Ferdinand Marcos dalam suatu wawancara khusus Bangkok Post 2 pekan lalu membeberkan usul Aquino mengenai perlunya dibentuk 'Dewan Sesepuh' (Council of Leaders). Dewan itu diusulkannya supaya beranggotakan tokoh politik (termasuk yang beroposisi), militer dan agama. Menurut Marcos, dewan itu akan memberi kesempatan yang sama dan adil kepada kalangan oposisi untuk berpartisipasi dalam pemerintahannya. Dan dia menyebut nama bekas senator itu sebagai salah satu calon anggota di samping Loreno Tanada, seorang ahli hukum, dan seorang pengacara, Jose Diokono, yang selama ini juga dikenal kritis terhadap pemerintahan Marcos. Isu Sentral Namun kalangan oposisi melihat bahwa usul itu bersifat kompromis dan hanya akan menguntungkan Marcos. "Itu akan membuat jelek nama Aquino di kalangan oposisi dan memberi nama baik buat Marcos," kata bekas Senator Jovito Salonga, salah seorang tokoh oposisi. Benigno Aquino, 47 tahun, yang biasa dipanggil Ninoy, rupanya perlu menjelaskan usulnya itu secara terperinci. Dia mengadakan jumpa pers di rumahnya walaupun dia dalam status tahanan. Dalam dewan tersebut juga harus duduk mereka dari golongan ekstrim kanan dan ekstrim kiri, katanya. Aquino mengatakan bahwa dewan ini akan berfungsi sebagai pemberi nasihat kepada pemerintah. Sehingga jalannya pemerintahan tidak hanya ditentukan oleh satu orang. Dia juga yakin bahwa usaha ini akan bisa mengakhiri 'keadaan darurat' secara damai dan membangun kembali iklim demokrasi. Marcos sendiri menjanjikan bahwa 'keadaan darurat' akan berakhir pada tahun 1983, sesudah diadakan lagi pemilihan presiden. Masalah 'keadaan darurat' itu yang dinyatakan berlaku oleh Presiden Marcos sejak September 1972 tetap menjadi isu sentral dalam pertarupgan politik di Filipina. Berbagai ekses, terutama kesewenang-wenangan militer dalam menghadapi rakyat, telah terjadi. Hal ini pernah dikemukakan Jaime Kardinal Sin, Uskup Agung Manila, September tahun lalu. Menjengkelkan Karena itu pula, Kardinal Sin -- menjabat juga Ketua Konperensi Uskup Katholik se-Filipina -- mendukung pembentukan dewan itu. "Suatu pemerintahan transisi (sampai 1983 red) adalah begitu penting sekarang ini karena tindakan kekerasan yang berlangsung sudah sampai pada tingkat yang paling buruk," kata Kardinal Sin pekan lalu. Dia menunjukkan contoh pembunuhan yang terjadi di Mindanao, Filipina Selatan yang disebutnya "jauh lebih banyak ketimbang semasa perang dunia ke-2." Tapi mendengar namanya dicalonkan jadi anggota dewan itu, Kardinal Sin rupanya lebih suka menolak. Dia memilih berjuang di luar kekuasaan. Begitu pun dia menawarkan suatu jasa baik untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan antara Marcos dan tokoh-tokoh oposisi. Bahkan dia melihat bahwa kerukunan kembali Marcos dan Aquino bakal menyelamatkan negara dari kemungkinan terjadinya perang saudara. Cuma di kubu Marcos suatu perpecahan mulai terbuka. Dalam suatu jumpa pers pekan lalu, Marcos secara blak-blakan menyatakan memecat Menteri Penerangan, Francisco Tatad, 40 tahun. Marcos menuduh Tatad sebagai 'anak yang tak berguna' walaupun sang Menpen dikenal sebagai pembantunya terdekat selama lebih 10 tahun. Tatad sangat tidak effisien, berulang-ulang gagal dalam menjalankan departemennya, angkuh, suka memaksakan kehendak tidak jujur dan korup, demikian Marcos. Soalnya ialah Tatad terlebih dulu membuka front, memberikan keterangan yang menjengkelkan pihak istana. Mungkin tindakan Marcos yang pertama terhadap pembantu dekatnya ini akan membuka kesempatan bagi tumbuhnya kembali kepercayaan rakyat terhadap dia. Apalagi selama ini Marcos dianggap terlalu membiarkan para pembantunya bertindak sewenang-wenang. Dan pertanda ini juga berarti akan memperlancar jalannya usaha ke arah rekonsiliasi sebagaimana yang ditawarkan Aquino.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus