Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sekutu-sekutu yang tak satu

Nato gagal mengeluarkan suatu pernyataan bersama mengenai masalah intervensi uni soviet di afghanistan. (ln)

26 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU kampane jangka panjang di Afghanistan dipersiapkannya. Komando Tertinggi Soviet diberitakan sibuk mengirimkan suplai tambahan bagi keperluan pasukannya. Perlengkapan itu yang antara lain berupa senjata, tank dan peluru berangkat pekan lalu menuju wilayah Afghanistan yang masih gawat. Misalnya, di sekitar pegunungan Hindu Kush, wilayah timur laut Afghanistan, dan di sekitar Sungai Oxus yang dekat perbatasan Soviet. Sumber diplomat di Kabul menceritakan bahwa iringan-iringan kendaraan Soviet yang melalui daerah Hindu Kush telah diserang oleh gerilyawan setempat. Pertempuran itu, tentu saja, kelihatan tak berimbang. Meskipun jumlah gerilyawan cukup besar, tentara Soviet hadir dengan peralatan modern, jauh melebihi keperluan yang dibutuhkan untuk melawan kaum gerilya itu. Diduga Soviet bermaksud menyelesaikan secara cepat konflik antara kaum gerilya dengan pemerintah Babrak Karmal, sebelum kekuatan luar -- dari negara lain ikut melibatkan diri. Walaupun belum terlibat secara langsung, AS makin bersuara keras seperti terdengar dari Presiden Carter. Dalam wawancara teve NBC, Carter hari Minggu lalu mengatakan, "Kami sedang menjajaki kemungkinan membuka sarana penunjang gerakan armada laut dan udara kami di Teluk Parsi dan bagian utara Samudra Indonesia." Kemungkinan itu jelas disebutnya sebagai reaksi terhadap intervensi Soviet di Afghanistan. Tindakan militer AS akan segera terjadi, kata Carter, kalau keamanan Pakistan terancam. Pasukan Soviet dikhawatirkan akan merembes ke wilayah Pakistan dengan alasan mengejar para gerilyawan. Carter memperingarkan Soviet supaya segera menarik mundur pasukannya dari Afghanistan dalam waktu 1 bulan. Kalau tidak, katanya, Olympiade harus dipindahkan dari Moskow ke negara lain dan "saya tidak akan mendukung pengiriman kontingen AS ke Olympiade itu" jika tetap diselenggarakan di Moskow. Namun AS kali ini agak sulit untuk mengajak sekutunya bersatu dalam menghadapi Soviet. Bahkan sikap sekutunya kurang mendukung keputusannya tentang Olympiade ini. PM Masayoshi Ohira dari Jepang ketika berkunjung ke Australia pekan lalu, mengeluarkan suatu pernyataan bersama dengan PM Malcolm Fraser. Dalam pernyataan itu keduanya mengutuk tindakan intervensi Soviet di Afghanistan. Ohira juga mengemukakan dalam suatu jumpa pers di Canberra bahwa negaranya akan mengambil tindakan tertentu dalam menghadapi aksi Soviet tersebut. Namun dia tidak bersedia mengungkapkan langkah apa yang akan dlambilnya. Cuma secara tegas dia mengatakan bahwa Jepang menolak untuk ikut dalam pemboikotan Olympiade. Sementara itu negara-negara anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang bersidang di Brussel, Belgia, gagal untuk mengeluarkan suatu pernyataan bersama guna menanggapi peristiwa Afghanistan itu. Dr. Joseph Luns, Sekjen NATO dalam keterangannya kepada pers mengatakan, bahwa ke 15 negara anggota NATO itu akan mengeluarkan pernyataannya secara sendiri-sendiri terhadap aksi Soviet itu. Namun para utusan sepakat untuk tidak membiarkan tindakan Soviet itu lewat tanpa hukuman, kata Luns. Di balik 'ramainya' pernyataan kutukan terhadap Soviet itu, Pakistan kelihatannya masih tenang-tenang saja. Padahal Islamabad, ibukota Pakistan, hanva terletak 150 km dari perbatasan Afghanistan. Sampai awal pekan ini tentara Pakistan belum disiagakan. "Kami tidak mau menimbulkan panik di kalangan rakyat ataupun bangsa-bangsa lain di dunia," kata Presiden Zia Ul-Haq. Tapi perhatian terhadap Pakistan tampaknya semakin besar. AS telah menawarkan suatu bantuan sementara sebesar $ 400 juta kepada Pakistan, untuk keperluan ekonomi dan militer negara itu selama 2 tahun. Sedang Menlu RRC, Huang Hua yang berkunjung ke Islamabad pekan lalu makin mempertegas dukungan Cina terhadap Pakistan. Selama 13 tahun terakhir ini Cina telah memberi bantuan sebanyak $ 2 milyar. "Cina selalu bersama Pakistan dalam momen yang kritis," kata Jenderal Zia. Huang Hua dibawa melihat suatu kamp pengungsi Afghanistan di Azzakhel 25 km sebelah utara Peshawar, dekat perbatasan dengan Afghanistan. D situ dia ikut duduk di tanah dan mengobrol dengan para pengungsi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus