Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ada yang baru dari jupiter

Berkembang lagi teori tentang kehidupan di angkasa luar, walaupun belum terbukti di mars, diduga jupiter punya samudra.(ilm)

26 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA dua pesawat ruang angkasa -- Viking I dan Viking II mendarat di Mars pada pertengahan tahun 1976, ternyata tidak ada penyambutan makhluk setempat. Kemudian semua eksperimen biologis yang dilakukan melalui peralatan pesawat itu ternyata berhasil negatif. Atau begitulah tampaknya. Namun para ahli sejak itu masih terus berdebat tentang ada atau tidaknya kehidupan di sana. Pimpinan tim ihlliawan proyek Viking, Gerald H. Sollen menyimpulkan, "Sekalipun reaksi kimiawi inorganik tampak cukup untuk menjelaskan hasil eksperimen di Mars itu, proses biologis tak dapat dikesampingkan begitu saja pada saat ini." Dua biolog dari Biosphere Inc., Gilbert Levin dan Patricia Ann Straat, yang turut menyusun eksperimen di Mars itu, menyatakan, "Kemungkinan bahwa kita telah menemukan kehidupan di Mars tetap merupakan kenyataan." Secara resmi proyek Viking itu sendiri menyatakan bahwa belum terbukti terdapat (atau tidak terdapat) kehidupan di Mars. Tidak Demikian Beberapa bulan lalu berkumpul di Universitas Maryland di AS sekitar 30 ahli dari berbagai disiplin seperti astronomi, biologi, fisika, kimia dan penerbangan ruang angkasa. Merekapun berpendapat bahwa tidak terdapat kehidupan di angkasa luar. Mereka secara umum menentang pendapat ilmiah yang terutama disponsori oleh Dr. Carl Sagan dari Universitas Harvard dan Dr. Frank Drake dari Observatorium Radio Astronomi Nasional. Kedua astronom ini berkeyakinan --karena terdapat demikian banyak bintang dalam jagad raya dan karena tatasurya yang menunjang kehidupan tampak sebagai bentuk yang umum terdapat -- bahwa kehidupan itu juga sesuatu yang umum dan luas tersebar. Dr. Michael H. Hart dari Universitas Trinity di San Antonio dan Dr. Sebastian Von Hoerner dari Observatorium Radio Astronomi Nasional di Greenbank terutama tampak sinis. "Kalau menuruti teori mereka," kata Von Hoerner, "mestinya alam semesta itu penuh sesak dengan kehidupan." Kalau memang begitu, menurut astronom ini mestinya sudah lama semua planet yang dapat dihuni termasuk Bumi, dikuasai oleh kehidupan luar angkasa itu. "Tapi nyatanya tidak demikian," katanya. Peserta konperensi ilmiah di Universitas Maryland itu juga sependapat bahwa tidak terdapat bukti ilmiah tentang kunjungan makhluk luar angkasa di Bumi dalam masa lampau. Semula beredar banyak fantasi, antara lain dari penulis H.G. Wells, yang membayangkan makhluk itu kecil, berwarna hijau dan bermata satu. Menurut Dr. James Oberg dari Pusat Ruang Angkasa Johnson di Houston, semua laporan tentang piring terbang (BETA -- Benda Terbang Anch menurut J. Salatun), dapat dijelaskan oleh kenyataan lain daripada kunjungan makhluk ruang angkasa. Dari Uni Soviet terdengar juga nada pesimis. Awal tahun lalu Dr. Joseph Schklovsky, astronom terpandang, berpendapat bahwa pengetahuan masa kini cukup untuk mendukung dugaan bahwa di alam semesta jumlah bintang tunggal -- seperti matahari -- yang berhasil melahirkan sistem planet, sangat terbatas. Sekalipun ada sistem planet semacam itu, katanya, tipis sekali kemungkinan bahwa terdapat kehidupan di situ. "Dengan peralatan yang kini kita miliki, mestinya kita sudah dapat menangkap isyarat radio dari sana kalau memang ada kehidupan intelegen. Tapi kenyataan ini tidak pernah ada," sambungnya. Toh di Amerika sejumlah ilmiawan sedang giat berusaha untuk mendapatkan dana $ 2 juta dari pemerintah, guna menunjang. Suatu program menangkap isyarat radio dari kebudayaan luar angkasa. Isyarat semacam itu tadinya diduga memakan waktu sampai jutaan tahun untuk sampai di bumi. Tidak semua pesimis dari Soviet itu. Dr. N.S. Kardashev, anggota tidak langsung dari Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet, yakin bahwa dalam beberapa dasawarsa mendatang, manusia pasti berhasil menangkap isyarat dari luar angkasa itu. Berusaha mengadakan hubungan dengan makhluk luar angkasa, menurut Kardashev, bukan suatu impian sains-fiksi tapi "suatu problem ilmiah." Usaha untuk menangkap isyarat dari luar angkasa sudah berlangsung selama 20 tahun lebih, terutama di Amerika Serikat. Di Uni Soviet peralatannya pertama kali didirikan dalam tahun 1968. Bahkan dalam tahun 1974 pernah diusahakan mengirim suatu berita ke arah segumpalan 300.000 bintang dekat perbatasan Bima Sakti, dari teleskop radio Aceribo di Puerto Rico. Usaha Soviet dalam hal ini akan ditingkatkan lewat teleskop radio yang baru di pegunungan Kaukasus utara. Tapi problem terbesar dalam komunikasi semacam ini adalah faktor waktu. "Bila kita mengirim berita, paling tidak harus menunggu 60.000 tahun untuk memperoleh jawabannya," kata Kardeshev. "Dan itu hanya mungkin bila di ujung sana ada yang sedang mengarahkan pesawat penerimanya ke arah kita." Kaum optimis mendapat dukungan Desember lalu dari beberapa data yang dikirim oleh Voyager II dari Jupiter. Richard Hoagland, konsultan pada Lembaga Ruang Angkasa Nasional AS, mengatakan "Penemuan Voyager II hampir memastikan bahwa Europa -- satelit Jupiter ketiga terbesar -- diliputi suatu lapisan es setebal 8 km yang menutup suatu samudra yang dalamnya mungkin sampai 90 km lebih." (Laut yang paling dalam di bumi hanya 11 km). Sebelumnya para ahli berpendapat bahwa Europa dilapisi es setebal 100 km. "Kalau memang ada air di sana, sangat besar kemungkinan bahwa terdapat bentuk kehidupan di bawah lapisan es itu," kata Hoagland lagi. Teorinya tentang ini ia tulis dalam majalah Star and Sky dengan judul The Europa Enigma dan terbit Januari ini. Matahari Miniatur Europa, salah satu dari 4 bulan utama Jupiter, dapat terlihat dengan teropong sederhana. Ahli bintang Galileo pertama kali menemukan ke-4 bulan itu dalam tahun 1610, dan sampai sekarang terkenal dengan julukan bulan-bulan Galileo. Pada gambar terakhir yang dikirim Voyager II ke Bumi, Europa tampak berlapis es yang kekuning-kuningan, dipotong oleh ribuan rekahan -- beberapa di antaranya bahkan selebar 50 km dan sepanjang 3000 km lebih. "Inilah bukti bahwa satelit itu bukan suatu bungkalan es sedalam 100 km seperti selama ini diduga," kata Hoagland. Menurut Hoagland, kehidupan di samudra Europa itu tidak hanya mungkin, bahkan pasti, karena pada satu waktu -- mungkin satu milyar tahun lalu kondisi memungkinkan samudra itu tidak diliputi es. "Jupiter pada suatu ketika merupakan matahari miniatur menurut konsepsi dini tentang pembentukan tatasurya," demikian Hoagland. "Masa itu hanya singkat -- sekitar beberapa juta tahun -- tapi dalam waktu yang singkat itu Europa disiram energi, mungkin sekaya yang sekarang mengalir ke bumi dari matahari." Jangka waktu itu cukup untuk menunjang terbentuknya berbagai jenis molekul yang kini diduga sebagai unsur asal kehidupan, seperti terbukti dalam ribuan eksperimen simulasi di bumi. Hoagland yakin bahwa Europa dan Bumi lahir pada saat yang sama, hanya nasib Europa telah ditentukan ketika sumber energinya, Jupiter, mulai meredup. "Europa mati di saat Bumi masih dalam tahap mendingin, menjelang saat samudranya terbentuk," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus