Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Empat Orang Sahabat Itu

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sehari-hari, mereka bersahabat dan menjalani hidup dengan biasa. Beberapa hari sebelum bom itu meledak, mereka pamit kepada orang rumah untuk melancong ke ibu kota. Nyatanya mereka tidak pernah kembali. Cuma kabar buruk yang pulang ke rumah: mereka berempat telah meledakkan diri di jantung Inggris pada 7 Juli lalu.

Kabar itu pun datang dengan cara yang unik, Selasa pekan lalu. Pagi-pagi sekali, secara bersamaan rumah Shehzad Tanweer, Hasib Mir Hussain, dan Mohammed Sadique Khan, di Leeds, West Yorkshire, digerebek polisi. Ketika itu barulah keluarga mereka tahu kalau anak-anak itu bukan korban, melainkan pelaku.

"Peristiwanya cepat sekali. Tiba-tiba saja polisi sudah banyak. Warga kaget dan berhamburan ke luar rumah. Beberapa helikopter terbang rendah, berputar-putar," tutur Marzuki, dosen Universitas Riau yang tengah belajar di Leeds, yang kos dekat rumah Tanweer di Beeston.

Dua hari kemudian, berita menyusul ke rumah Lindsey Germaine di Aylesbury, Buckinghamshire, yang digeledah. Berikut profil singkat mereka.

Shehzad Tanweer, 22 Tahun Dia diduga meledakkan kereta bawah tanah di Liverpool Street yang merenggut nyawa enam orang. Pencinta kriket ini menyandang gelar sarjana olahraga dari Leeds Metropolitan University.

Keluarga Tanweer tinggal di Beeston, Leeds. Warga Inggris keturunan Pakistan ini lahir di Bradford, sebuah kota di West Yorkshire dekat Leeds. Sehari-hari dia bekerja di rumah makan cepat saji milik ayahnya, South Leeds Fisheries, yang cukup dikenal di daerah Beeston.

Pamannya, Bashir Ahmed, tidak percaya Tanweer melakukan hal nekat itu. "Dia sangat baik dan cepat akrab dengan siapa saja. Dia justru tipe orang yang akan mengutuk perbuatan semacam itu," ujarnya.

Menurut polisi, Tanweer yang menyewa mobil Nissan Micra di Leeds dan membawanya ke Luton pada hari Rabu, 6 Juli.

Hasib Mir Hussain, 18 Tahun >Hussain juga warga Inggris keturunan Pakistan. Dua tahun terakhir anak muda ini membuat heran para tetangganya. "Dia tiba-tiba jadi sangat alim," kata mereka.

Tapi tak ada yang menduga Hussain bisa terlibat aksi bom. Polisi percaya dialah yang meledakkan bus tingkat nomor 30 jurusan Hackney-Marble Arch di Travistock Square, menewaskan 13 orang.

Ketika kabar bom London tersiar hingga ke rumahnya di Holbec, Leeds, ibunya yang khawatir dia menjadi korban, menelepon Scotland Yard minta pertolongan. Dia juga memberikan foto Hussain. Nyatanya, Hussain malah dicurigai sebagai pelaku. Yang tersisa darinya hanya SIM (Surat Izin Mengemudi) dan kartu ATM (anjungan tunai mandiri) yang tercecer bersama serpihan bus.

Mohammed Sadique Khan, 30 Tahun Keluarga, teman, dan para tetangganya di Dewsbury, Leeds, tidak percaya pemuda keturunan Pakistan ini nekat meledakkan dirinya. "Dia sudah menikah dan memiliki anak perempuan yang baru berusia delapan bulan," ujar mereka memberi alasan.

Sejak tiga tahun lalu Khan bekerja sebagai asisten guru di Sekolah Dasar Hillside, Leeds. Khan dikenal baik dan dekat dengan anak-anak didiknya. "Anak saya tidak percaya gurunya terlibat, katanya 'tidak mungkin dia melakukan itu'. Saya terpaksa membeli koran dan menunjukkan kepadanya," ujar seorang orang tua murid.

Tapi polisi tetap berkeyakinan Khan telah meledakkan diri dalam kereta yang melintas di Circle Line, dekat Edgware Road, yang mengakibatkan meninggalnya tujuh orang.

Lindsey Germaine Secara resmi nama Germaine belum diumumkan sebagai pelaku. Meski demikian, polisi menduga orang keempat itu adalah Germaine, yang tinggal di Aylesbury, Buckinghamshire, sekitar 36 kilometer dari Luton.

Kamis pekan lalu, polisi telah melakukan penggeledahan forensik di tempat tinggal Germaine. Test DNA (deoxyribonucleic acid) dengan menggunakan sampel kontrol yang diambil dari rumahnya akan menjawab apakah kecurigaan itu benar atau tidak.

Warga Inggris kelahiran Jamaika itu dicurigai meledakkan kereta di dekat Stasiun King's Cross, yang setidaknya menewaskan 21 orang.

Philipus Parera (Independen/BBC/Times/Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus