Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bujuk Rayu Bukit Zion

Pemerintah Israel menggenjot jumlah imigran lewat program kunjungan pemuda Yahudi ke Israel. Kawin campur mengancam identitas Yahudi.

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari-hari Ben Russell, 19 tahun, terasa lebih singkat di Israel. Seabrek kegiatan menantinya. Di waktu pagi, pemuda asal London ini tergopoh-gopoh membopong dua bayi ke tempat penitipan anak Kota Sefad di Galilee. Siang, bak seorang guru profesional dia mengajar anak-anak bahasa Inggris, atau bekerja dengan imigran Ethiopia.

Menjelang petang, calon mahasiswa Universitas Cambridge, Inggris, ini sibuk dengan para pelajar Arab. Tapi toh ia mengaku belum cukup mengenal Israel. "Saya ingin menghabiskan waktu di sini dan mengetahui negeri ini," katanya.

Di tempat lain, Robin Zebroitz, 23 tahun, suntuk mengajar anak-anak berenang dan bahasa Inggris. Gadis Yahudi asal Atlanta ini juga ikut repot membantu mengangkut tanaman ke green house di pusat permukiman imigran baru dari Ethiopia, Prancis, Afrika Selatan, dan Yaman. "Betul-betul fenomenal, pengalaman tak ternilai," ujar Zebroitz.

Russell dan Zebroitz adalah satu dari sekitar 5.600 pemuda Yahudi dari seluruh dunia yang datang ke Israel tahun ini untuk menghabiskan pakansi mereka dalam program "Masa" (perjalanan Israel) yang diluncurkan Perdana Menteri Ariel Sharon, akhir Mei lalu. Dalam acara peluncuran yang berlangsung di gedung teater Taman Nasional Beit Guvrin, selatan Yerusalem, itu sekitar 2.000 remaja Yahudi lulusan SMA di Amerika Serikat, Kanada, dan negara Eropa merayakannya dengan musik, dansa, dan mendengar pidato Sharon.

Masa adalah program ambisius pemerintahan Sharon untuk menarik minat sekitar 9 juta Diaspora Yahudi di seantero dunia menetap di Israel (aliya). "Hari ini kita mengambil langkah raksasa untuk hidup di Israel dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari hidup setiap orang muda Yahudi di seluruh dunia," ujar Sharon. "Hanya negeri Israel yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai Yahudi," tutur Sharon di hadapan peserta Masa. Sharon berambisi memboyong jutaan orang Yahudi lainnya ke Israel selama 15 tahun.

Program yang dikoordinasi oleh Jewish Agency for Israel (JAFI) itu merekrut pemuda Yahudi berusia 18 hingga 26 tahun untuk tinggal di Israel dalam program 10 hari atau selama setahun. Untuk itu, JAFI menyiapkan program bagi peserta Masa, berupa belajar bahasa Ibrani, kuliah di universitas Israel, konservatori musik, menjadi relawan di Kibbutzim (komunitas relawan Yahudi yang mempraktekkan kehidupan kolektif), bekerja dengan imigran dan anak muda miskin, hingga melakukan kerja profesional.

JAFI menganggarkan dana US$ 100 juta (Rp 980 miliar) per tahun ditambah US$ 100 juta sumbangan orang tua peserta. Targetnya, setiap tahun mereka bisa membawa 20 ribu pemuda Diaspora dalam kunjungan setahun penuh. Allan Hoffman, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan JAFI, berharap tinggal lebih lama di Israel menghasilkan tingkat pengalaman berbeda bagi pemuda Yahudi semacam Russell dan Zebroitz daripada hanya sebagai pelancong. "Anda memang dapat pengalaman luar biasa sebagai turis, tapi Anda hanya menjadi orang luar yang melihat ke dalam," kata Hoffman.

Program Masa sejatinya bukan barang baru, karena sudah berlangsung belasan tahun sebelumnya. Hingga kini sudah 85 ribu pemuda Diaspora mengikuti program ini, salah satunya Stanley Fischer, bekas orang kedua IMF yang pernah menukangi ekonomi Indonesia pada 1999. Fischer kini bermigrasi ke Israel.

Tapi baru kali ini pemerintah Israel menggelontorkan dana raksasa untuk program Masa. Pasalnya, Sharon cemas melihat perkembangan masyarakat Yahudi soal meningkatnya kawin campur, merosotnya keterlibatan anak muda Diaspora dalam kegiatan komunitas Yahudi, lunturnya identitas agama dan kultur Yahudi. Semua kemerosotan itu terjadi di lingkungan 8,4 juta kaum perantau Diaspora yang merupakan populasi terbesar dari 13 juta populasi Yahudi di seantero dunia.

Berdasarkan survei nasional populasi Yahudi pada 2000-2001, kawin campur meningkat 47 persen. Di AS, 80 persen pelajar Yahudi adalah anak hasil kawin campur. "Asimilasi sekarang menjadi bahaya terbesar," ujar Sharon. Bagi Sharon, kemurnian darah Yahudi perlu untuk mempertahankan identitas Yahudi, dan itu hanya bisa sepenuhnya diperoleh jika kaum Diaspora hidup dan mati di tanah yang dijanjikan: Israel.

Dengan program Masa ini, Sharon berharap pemuda Yahudi yang sudah berbau Amerika suatu ketika memutuskan hidup dan beranak-pinak di Israel. "Mereka akan menyadari Israel adalah tempat mereka harus hidup dan membesarkan anak mereka," ujar Sharon.

Pejabat Israel percaya, semakin lama tinggal di Israel adalah cara paling baik merekatkan identitas Yahudi dan komitmen terhadap negara Israel. Televisi Israel pun tak ketinggalan mendukung program Masa dengan membuat reality show yang menampilkan seorang pemuda Yahudi Diaspora yang kaya dan tampan diperebutkan 15 gadis Israel.

Sejauh ini, program Masa efektif menarik perhatian pemuda Diaspora. Buktinya, riset menunjukkan warga Yahudi yang pernah tinggal cukup lama di Israel saat usia belia punya kesempatan yang lebih tinggi untuk melakoni aliya, atau menjadi anggota aktif dan peduli dalam komunitas Yahudi sekembali dari Israel.

Riset juga membuktikan, 91 persen peserta Young Judea (program bagi lulusan SMA di utara Amerika untuk tinggal di Israel sebelum masuk universitas) menikahi Yahudi Israel. Sedangkan penelitian lain menunjukkan 40 persen peserta Masa akhirnya mengikuti aliya. "Saya terpesona dengan pengalaman saya tinggal di Israel," ujar Russell.

Raihul Fadjri (Jerusalem Post, Haaretz, Jewish Telegraphic Agency)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus