Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Raja narkoba paling berbahaya setelah Pablo Escobar, Dairo Antonio Usuga alias Otoniel, ditangkap oleh angkatan bersenjata Kolombia selama operasi di daerah pedesaan di wilayah Uraba Kolombia, provinsi Antioquia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Operasi penangkapannya melibatkan lebih dari 500 anggota pasukan khusus Kolombia dan 22 helikopter, kata para pejabat pada Sabtu, Reuters melaporkan, 25 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat ditangkap, Otoniel mengatakan "kalian berhasil mengalahkan saya."
Dairo Antonio Usuga, 50 tahun, digambarkan Kolombia sebagai pengedar narkoba paling berbahaya di dunia.
"Ini adalah pukulan terbesar terhadap perdagangan narkoba di negara kita abad ini," kata Presiden Kolombia Ivan Duque. "Pukulan ini hanya sebanding dengan jatuhnya Pablo Escobar pada 1990-an."
Pemerintah Kolombia mengatakan pada Ahad berjanji untuk mengekstradisi dia segera ke Amerika Serikat.
Imbalan Besar untuk Informasi Keberadaannya
Otoniel dituduh mengekspor ratusan ton kokain setiap tahun, sementara Presiden Ivan Duque mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia juga bertanggung jawab atas pembunuhan petugas polisi, perekrutan anak di bawah umur, dan pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Kolombia telah menawarkan hadiah hingga 3 miliar peso (sekitar Rp11 miliar) untuk informasi mengenai keberadaan Otoniel, sementara pemerintah AS telah memberikan hadiah sebesar US$5 juta (Rp71 miliar) untuk membantu menemukannya.
Kedua hadiah itu akan dibayar, kata Menteri Pertahanan Kolombia Diego Molano, sambil menggambarkan Otoniel sebagai "jenis penjahat yang paling buruk".
Pemimpin Kartel Narkoba Clan del Golfo
Otoniel naik menjadi pemimpin kelompok perdagangan narkoba Clan del Golfo, atau Klan Teluk, setelah menjalankan tugas sebagai gerilyawan sayap kiri dan kemudian sebagai paramiliter.
Clan del Golfo menguasai 12 dari 32 provinsi Kolombia, dan memiliki sekitar 3.800 anggota, menurut informasi yang diberikan oleh polisi nasional Kolombia.
Otoniel memperdagangkan antara 180 ton dan 200 ton kokain setahun dengan Clan del Golfo, dan bertanggung jawab atas kematian lebih dari 200 anggota pasukan keamanan Kolombia, kata Kementerian Pertahanan Kolombia.
Clan del Golfo juga terlibat dalam penambangan ilegal, kata pihak berwenang. Pemerintah juga menuduh kelompok itu mengancam dan membunuh tokoh masyarakat di seluruh negeri.
Dairo Antonio Usuga David atau Otoniel, pemimpin tertinggi klan Teluk sekaligus gembong narkoba dikawal oleh tentara militer Kolombia di dalam helikopter setelah ditangkap di Turbo, Kolombia 23 Oktober 2021. Pemerintah Kolombia sempat menawarkan uang hadiah setara Rp11,3 miliar untuk informasi mengenai keberadaan Otoniel. Colombian Defense Ministry/Handout via REUTERS
Dikhianati Anggotanya Sendiri
Kepala polisi Kolombia, Jenderal Jorge Vargas, mengatakan banyak informasi yang mengarah pada penangkapan Otoniel berasal dari anggota Clan del Golfo.
"Banyak orang Clan del Golfo mengkhianatinya," kata Vargas kepada Reuters.
Meskipun Duque mengatakan penangkapan Otoniel mewakili akhir dari Clan del Golfo, direktur Analisis Risiko Kolombia Sergio Guzman mengatakan seorang pemimpin baru pasti akan menunggu untuk mengambil alih.
"Ini masalah besar karena dia gembong narkoba terbesar di Kolombia," kata Guzman, menambahkan bahwa penangkapan itu tidak akan mengubah dasar-dasar perdagangan narkoba.
"Otoniel pasti akan diganti," ujarnya.
Pihak berwenang Kolombia meluncurkan Operasi Agamemnon pada 2016 ketika mereka bekerja untuk mendekati Otoniel, membunuh dan menangkap puluhan kaki tangannya, mengejar keuangannya, dan memaksanya untuk terus bergerak, menurut polisi.
Pada tahun 2017, sebuah video di mana Otoniel mengumumkan niatnya untuk tunduk pada keadilan diterbitkan, tetapi rencana itu tidak pernah membuahkan hasil.
Pada bulan Maret, polisi Kolombia dan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA) menangkap saudara perempuan Otoniel, Nini Johana Usuga, yang diekstradisi ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan terkait dengan perdagangan narkoba dan pencucian uang.
REUTERS