Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gaddafi Yang Makin Ditakuti

Pertikaian antara Sudan-Libya, sudan merasa sangat terancam, bantuan senjata Amerika dipercepat ke sudan. pengamat meramal Libya tidak menyerang sudan, karena ekonominya anjlok.

24 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WASHINGTON mempercepat pengiriman senjata Amerika ke Khartoum. Sebelum akhir tahun ini, sedikitnya 20 tank M-6O, 12 pucuk meriam 155 mm dan dua pesawat tempur F-5 Tiger bantuannya itu akan tiba di Sudan. Keputusan tersebut menyusul dua pesawat AWACS (Airborne Warning and Control System) yang dikirim AS ke Mesir 15 Oktober. Gawatkah situasi Sudan? Negeri itu gelisah terutama setelah Chad, tetangganya, dilanda perang saudara. Pengikut Presiden Goukouni Oueddei yang didukung lima ribu tentara Libya bertempur sengit dengan pasukan bekas PM Hissene Habre. Dengan dalih mengejar pengikut Habre, pesawat Libya (sejak pertengahan September mengebomi sejumlah desa di perbatasan Sudan. Desa Kolbous, misalnya, tiga kali dibom. Di Khartoum, menurut Presiden Sudan Mayor Jenderal Jaafar Numeiri, Libya juga melancarkan kegiatan subversif dengan membagi-bagikan uang dan menghambat distribusi pangan. Berulang kali Presiden Numeiri mengingatkan akan ancaman "invasi Libya" itu. "Kami kini siap mempertahankan diri," katanya di Kairo. Dalam bahasa militer, itu berarti Sudan akan mengambil inisiatif menyerang. "Pertempuran mungkin akan pindah ke dalam negeri Libya sendiri." Agak Goyah Mesir dan AS tentu saja berdiri di belakang Sudan. "Kami tak akan membiarkan anda sendiri," kata Menlu AS Alexander Haig pada Numeiri. Presiden Anwar Sadat--sebelum terbunuh--menyebut bahwa "setiap invasi Libya terhadap Sudan juga berarti invasi terhadap Mesir." Dari Kairo itu, Khartoum diamdiam menerima sejumlah persenjataan yang disalurkan lewat jembatan udara. Semula Washington juga menjanjikan suatu paket bantuan senjata -- konon termasuk pesawat pengebom mutakhir F-16 Fighting Falcon -- bernilai US$ 100 juta. Dengan stabilitas Mesir agak goyah, sesudah Sadat ditembak mati, Gedung Putih memutuskan mempercepat bantuan militernya. Sebagai imbalan, Sudan menawarkan pangkalan udara dan pelabuhannya dipakai AS jika terjadi pergolakan militer. Khartoum juga sedang menghadapi krisis ekonomi dan politik. Sekitar 300 ribu pengungsi dari Chad kini harus ditanggungnya. Tiga provinsi di wilayah Selatan (Bahr-el-Ghazal, Upper Nile dan Equatoria) menghendaki kawasannya dipecah jadi lima provinsi dengan otonomi pemerintahan lebih luas. Selain menghadapi infiltrasi bersenjata dari Libya, Presiden Numeiri juga harus menanggulangi gerakan bersenjata kelompok Ikhwanul Muslimin. Pertengahan September, sekitar 17 ribu orang yang dianggap akan mengacaukan keamanan ditangkap. Dari kota Omdurman juga diciduk sekitar 1.300 tersangka. Pekan lalu lebih tujuh ribu lainnya ditangkap lagi--kabarnya sebagian besar anggota bersenjata Ikhwanul Muslimin. Presiden Numeiri tampaknya mencurigai kelompok fundamentalis Islam itu akan membuat keonaran seperti di Mesir. Dia, seperti juga Presiden Mesir Husni Mubarak, tak ingin memberi kaum oposisi kesempatan bernapas. "Saya bersedia mati dan mengorbankan jiwa saya, jika perlu, demi unah air," kata Numeiri dalam rapat umum di Khartoum. Semua kemelut politik itu banyak menguras ekonomi Sudan. Dengan cadangan devisa US$ 3 milyar dan inflasi 50%, negeri itu kini mengharapkan kredit komersial US$ 500 juta secepatnya untuk menanggulangi kesulitan pangan. Dari Washington, Khartoum. tahun ini akan menerima bantuan ekonomi US$ 115 juta--tahun lalu US$ 100 juta. Kendati ekonominya sedang kurang sehat, Presiden Numeiri akhir September menggerakkan 25 ribu dari 70 ribu pasukannya menuju perbatasan dengan Chad. Di perbatasan sepanjang 1.400 km itu, pertahanan Sudan lemah sekali. Negeri ini tampak tertolong setelah AS mengoperasikan dua AWACS yang mengamati aktifitas pasukan Libya di perbatasan dengan Mesir dan juga Sudan. Presiden Numeiri juga mengancam akan mengirimkan pasukan berani mati untuk melenyapkan Presiden Libya Kolonel Muammar Qaddafi. Mungkinkah Libya mulai menyerang? Karena tekanan ekonomi, Kolonel Qaddafi mungkin akan menahan diri. Produksi minyaknya tahun ini anjlok dari 1,7 juta jadi 700 ribu barrel sehari. Di tengah membanjirnya minyak (glut) di pasaran dunia, Tripoli diduga tidak akan mampu mempertahankan tingkat harga US $ 40,53/ barrel. Karenanya pendapatan negeri itu dari sektor minyak tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai US$ 7 milyar--sedang tahun lalu US$ 22 milyar. Sejak Libya mencampuri persoalan dalam negeri Chad, sekitar seribu tentaranya tewas di sana. Dalam usaha memperkuat angkatan perangnya (kini 5 3 ribu anggota), Tripoli merekrut lagi sekitar 50 ribu wajib militer yang diamdiam ditentang kaum muda. "Tapi kami tak bisa menolak maupun mengkritik," kata seorang wajib militer seperti dikutip majalah Inggris Economist. "Jika protes, kami akan dipenjarakan." Sekitar tiga ribu penentang kebijaksanaan naddafi ditangkap dalam suatu pembersihan tahun lalu. Penjelmaan Setan Tapi dengan persenjataan yang dimilikinya (2.700 tank dan 500 pesawat tempur mutakhir), Kolonel Qaddafi bisa berbuat sesuka hatinya. Pertengahan Agustus, misalnya, dua pesawat tempur Sukhoi-22 Libya mencoba menembak F-14 Tomcat AS. Dalam duel udara singkat, dua Sukhoi-22 itulah yang justru rontok dihajar peluru kendali Sidewinder F-14. Sekalipun demikian, Kolonel Qaddafi ketika memperingati Revolusi Libya (1 September) masih juga menggelorakan semangat mengganyang AS. "Tuz . . . tuz . . . di Amerika (Enyah . . . enyah . . . Amerika)" sambut hadirin menimpali Qaddafi. Presiden Sadat pernah menggelari Qaddafi sebagai "penjelmaan setan, seratus persen sakit dan pelaku tindak kriminal paling jahat." Bekas Menlu Henry Kissinger paling benci melihat kelakuannya. Jika sejak awal Kolonel Qaddafi "dibereskan," katanya, "Presiden Sadat mungkin masih akan hidup sampai kini." Kepala negara Libya itu menganggap tindakannya benar. "Kami bukan komunis," ujarnya. "Kami, seperti Yugoslavia, adalah negeri nonblok." Dan dalam usaha menekan Libya itu, Senator Gary Hart menganjurkan agar AS "mau berkorban" menghentikan impor minyak (hampir 300 ribu barrel tiap hari) dari Libya. Dengan cara itu, dia menduga sumber keuangan Tripoli akan terpukul karenanya. Tapi Presiden Reagan menyangsikan keampuhannya. Sebab minyak itu, jika tak dibeli AS, tentu akan dijual ke negara Eropa Timur atau Uni Soviet. Dan Kolonel Qaddafi kini sedang berusaha mengurangi ketergantungan pada pemasukan devisa minyak bumi dari 60% menjadi 50%. "Tuz . . . tuz . . . fi betrol (Enyah . . . enyah . . . minyak)!" teriak rakyat Libya dalam suatu rapat menyambut tekad pemimpinnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus