Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sesudah Sadat, Tetap Resah

Keadaan Mesir setelah kematian presiden Anwar Sadat, Mubarak pengganti anwar sadat berjanji akan melanjutkan kebijaksanaan Sadat, kelompok penentangnya mulai mengancam dan mengacau.(ln)

24 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA tenang tampak di permukaan. Sekitar 9,5 juu pemilih Mesir dalam referendum menusuk lingkaran putih di kertas suara--tanda menyokong Husni Mubarak. Yang tidak setuju cuma 100 ribu suara. Dukungan melimpah itu sudah diperkirakan. "Mubarak adalah harapan kami sekarang ini," kata Jihan Sadat, janda Presiden Anwar Sadat, seusai referendum pekan lalu. Terpilihnya Mubarak sebagai Presiden ke4 Mesir tidak mengagetkan. Memang dia telah dipersiapkan oleh Sadat untuk menduduki jabatan tertinggi itu. Mubarak, waktu menjabat wakil presiden, sudah seringkali mewakili Sadat dalam peristiwa penting bagi Mesir. Bahkan da pernah ikut aktif menelurkan perjanjian Camp David untuk perdamaian Israel-Mesir. Tak heran Partai Demokrasi Nasional, yang kini berkuasa di Mesir, mencalonkan Mubarak sebagai kandidat tunggal. Tapi itu belum berarti semua sudah puas. Masih ada api dalam sekam, demikian laporan wartawan TEMPO di Kairo. Yaitu ada kelompok penentang, seperti Jenderal Saadeddin Shazli--bekas Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mesir yang dibuang Sadat dan sekarang menetap di Aljazair. Kelompok Al Aqsa -- grup yang mengaku bertanggungjawab terhadap pembunuhan Sadat--malah sudah mulai mengancam Mubarak. Jika Mubarak, menurut siaran pers Al Aqsa, tetap melanjutkan kebijaksanaan Sadat, seperti yang diucapkannya pada waktu pelantikannya sebagai presiden di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (14 Oktober), maka nasibnya akan sama dengan pendahulunya. Pemerintahnya, menurut Mubarak, memang tetap akan melanjutkan kebijaksanaan Sadat, baik dalam politik maupun. ekonomi. Perjanjian Camp David tampak akan dipertahankannya. "Sampaikan kepada rakyat Israel bahwa mereka tak usah khawatir mengenai kelanjutan Camp David," kata Mubarak kepada wartawan Israel. Jaminan serupa juga disampaikan Mubarak kepada Menteri Pertahanan Israel Ezer Weizman. Keduanya bertemu selama 45 menit sehari setelah Mubarak dilantik. Dan Weizman berkata: "Tidak satu orang pun harus merasa cemas. Sesudah 26 April malah semuanya akan berjalan lebih wajar lagi daripada sekarang." Tanggal 26 April 1982 adalah saat penarikan sisa pasukan Israel dari Gurun Sinai--daerah yang mereka rebut dari Mesir dalam Perang 1967. Adalah hal dalam negeri yang diduga masih akan merisaukan Mubarak. Terutama perasaan tak scnang dari kalangan Islam terhadap kaum Kristen Coptic sudah meluas. Sebagian besar birokrasi pemerintah terdiri dari orang Kristen Coptic. Presiden Sadat pernah mencoba menyenangkan hati umat Islam, dengan memberlakukan hukum Islam yang menghukum keras mereka yang meninggalkan agama. Soalnya, kata seorang pengamat Barat di Kairo, kalangan Islam ingin mencegah kembalinya orang Coptic yang sudah masuk Islam menjadi Coptic kembali. Memang banyak di antara mereka menjadi Islam untuk alasan perceraian atau perkawinan kembali. Dalam urusan itu tentu terlibat ma,salah pembagian kekayaan dan lain-lain, yang sangat merepotkan. Sadat tak berhasil menjalankan hukumnya, konon karena desakan Coptic dan opini dunia, termasuk orang Coptic di Amerika Serikat yang pernah mendemonstrasi Sadat di sana. Popularitas Sadat di kalangan Islam akhirnya merosot. Kalangan Islam itu justru bersekutu dengan Sadat waktu dulu menghadapi kaum komunis. Dalam dua tiga tahun terakhir, sikap kaum Coptic di bawah pimpinan Paus Shenouda III, yang kini ditahan, lebih konfrontatif. Seorang guru wanita Amerika yang mengajar di sebuah universitas di Kairo mencatat, misalnya, bahwa para mahasiswa Coptic yang dulu cukup sopan dalam mendengarkan kuliah tentang Islam, belakangan ini suka bersikap mencemooh. Ini berarti suatu generasi baru yang lebih sektaristis telah timbul. Mubarak, pengganti Sadat, lebih berhati-hati. Ia tak banyak bicara, tak pula ingin mengucapkan kata-kata yang menyakiti Islam seperti yang konon pernah dilakukan Sadat. Istri Mubarak juga berbeda, tidak seperti Ny. Jihan Sadat yang oleh orang Kairo dianggap 'kebaratbaratan'. Kairo memang sedang membarat, dan membuka pintunya ke Barat. Namun pemerintahan Mubarak juga melanjutkan penangkapan besar-besaran, seperti sebelum Sadat dibunuh. Kementerian Dalam Negeri hari Minggu, 12 hari sesudah Sadat dibunuh, mengumumkan sedikitnya 230 anggota kelompok Islam 'fundamentalis' ditahan. Mereka dituduh merencanakan pembunuhan dan merusak pelbagai instalasi polisi dan vital. Sejumlah senjata mereka disita. Mereka konon mengaku akan memperluas daerah pengacauan dari kota Assiut. Kota ini, yang dilanda kekacauan segera sesudah Sadat ditembak 6 Oktober, kini sudah normal kembali. Adakalanya seseorang gampang dituduh 'fundamentalis' seperti nasib Syekh Kisyik, seorang pengkhotbah buta. Ulama ini yang ditahan Sadat menjelang peristiwa 6 Oktober, sangat mengritik pemerintah dalam khotbahnya. Para pendengarnya demikian terpesona hingga memerlukan membawa pita perekam untuk mengabadikan suaranya. Mayo, suatu koran resmi di Kairo, memberitakan kaum pembangkang merencanakan 'revolusi gaya Khomeini', dan ingin menciptakan komite revolusi yang terdiri dari unsur milisi yang terlatih. Dari penjelasan pemerintah dan pemberitaan koran resmi itu nampak bahwa komplotan yang anti-Sadat lebih luas dari sekedar beberapa orang yang menembak Presiden Mesir pada hari parade itu. Koran Al Ahram malah memberitakan adanya pita rekaman rencana pembunuhan Sadat. Ketika ditunjukkan pada Sadat sebelum perjalanannya ke Mansoura (akhir September), presiden itu tak peduli. Ia tetap menolak nasihat pihak sekuriti agar tidak pergi ke Mansoura dengan mobil terbuka. Koran lainnya di Kairo menyebut unsur Islam lain dan organisasi Al Tafkir wal Hijra telah sepakat menyisihkan perbedaan ideologis mereka sementara waktu byat bertindak bersama menentang pemerintah. Sementara itu kalangan Ikhwanul Muslimin mengaku bahwa organisasi itu terlibat hanya dalam dakwah dan apa yang disebut mu'askar atau berkemah dengan, tentu saja, membicarakan soal agama. Dan ini juga bagaikan api dalam sekam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus