Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Titah yang keras itu dimaklumat-kan ke seantero Israel pada pekan lalu: ”Lakukan apa saja untuk meng-hentikan penyerangan ter-hadap pemukiman Israel.” Datang dari Perdana Menteri Israel Ariel Sha-ron, perintah itu ditujukan kepada mi-liter Israel. Sharon mengeluar-kan sab-danya seminggu setelah kelompok Hamas menembaki beberapa mobil Ya-hudi dengan roket di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Konflik yang sempat mendingin seusai kesepakatan penarikan mundur lebih dari 8.500 pemukim Yahudi dari Jalur Gaza pun kembali memanas. -Padahal, ketika disepakati pada Februari lalu, ada kompromi Israel-Pa-lestina untuk menghindari bentrokan senjata. Namun, akibat insiden penem-bakan ro-ket di atas, Israel menuduh Ha-mas telah memantik api. Sebaliknya, Ha-mas menuding kebijakan politik pe-me-rintahan Sharon yang menjadi pang-kal segala selisih ini.
Juru bicara Hamas, Mushir al-Mas-ri, menyatakan, serangan roket di atas merupakan pembalasan atas serbuan ten-tara Israel ke Nablus, Tepi Ba-rat, be-berapa waktu lalu. Serangan itu menewaskan seorang pemimpin Ha-mas. Sharon memerintahkan tentara-nya menyerang Tepi Barat setelah satu bom bunuh diri meledak di Israel, Se--lasa dua pekan lalu. ”Ketenangan su-dah tertiup angin, dan itu menjadi tanggung jawab Zionis,” ujar Al-Masri.
Namun, Israel belum sampai melakukan serangan besar-besaran. Sumber kan-tor berita Reuters di pemerintahan Israel membocorkan, melunaknya si-kap Sharon berkaitan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice pada akhir pekan lalu.
Rice memutuskan untuk berkunjung ke Israel dan Palestina secara men-da-dak beberapa saat setelah konflik me--letus. Washington khawatir ben-trok-an itu bisa menggagalkan kesepa-kat-an damai yang ditandai dengan pe-narikan mundur pemukim Yahudi dari Gaza, yang eksekusinya diundur menjadi 15 Agustus—tadinya direnca-nakan pada awal pekan ini.
Yang membuat semua pihak cemas, Sha-ron kadung melempar kata tidak akan menarik mundur warga Yahudi dari 21 pemukiman di Gaza selama Ha--mas masih menghujani pemukim-an Israel dengan roket. Sedangkan Ha--mas ditengarai sengaja melakukan itu guna menimbulkan kesan bahwa Yahudi mundur dari Gaza di bawah te-kanan senjata.
Dalam hal ini, Presiden Palestina Mah-mud Abbas yang paling gelisah. ”Sha-ron sengaja mengulur jadwal pe-na-rikan,” katanya. Dia buru-buru men---cari jalan keluar. Ahad dua pekan la-lu, setelah bertemu wakil pemimpin intelijen Mesir, Mustafa al-Buheri, Ab-bas mengumumkan akan meredam Ha-mas. ”Kami akan menghentikan se-rangan roket, apa pun risikonya.”
Aparat keamanan otoritas Palestina pun digerakkan. Hamas tak tinggal diam. Pertempuran sesama bangsa Pa-lestina tak terhindarkan, tapi Ha-mas ternyata bukan ”ayam sayur”. Di Desa Beit Lahiya dan Zietoun, utara Ko-ta Gaza, mereka berhasil memukul mundur tentara Abbas. Salah satu stra-tegi mereka adalah menyerang ru-mah-rumah para pemimpin militer -Pa-lestina.
”Hamas tengah mengirim pesan, sia--pa pun yang coba-coba menghalangi mereka akan dimusuhi sebagai in--dividu,” ujar pengamat inde-penden, Bassam Nasser, kepada BBC. Di luar du-gaan, gerakan Abbas ternyata mem-pro-vokasi konflik terbuka anta-ra Ha-mas dan Fatah, partainya almarhum Yasser Arafat. Sebagian besar aparat keamanan Palestina berasal da--ri sa-yap militer Fatah. Hamas lalu me--nyer-bu rumah pemimpin Fatah di Ga--za, Abdullagh Afrangi. Sedikitnya li-ma orang terluka. Ketegangan me-mun-cak.
Hingga Rabu pekan lalu, perselisih-an antara Hamas dan Fatah menyebab-kan dua orang meninggal dan puluhan luka-luka. Konflik Palestina versus Pa--lestina itu dilaporkan sebagai yang ter--buruk sejak 1990, tatkala polisi Pa---lestina menembak mati 12 aktivis yang berdemonstrasi di depan masjid milik Hamas di Gaza. Warga pun mu-lai mengkhawatirkan meletusnya pe-rang saudara.
Sufian Abu Zaidah, salah seorang pe-mimpin Fatah yang juga anggota kabinet Abbas, segera bertindak. ”Situasi te-lah terkendali,” katanya setelah ber-te--mu pemimpin Hamas. Hamas pun me-nanggapi. ”Ada kesepahaman an-ta-ra kami dan otoritas Palestina untuk kem-bali kepada kesepakatan gencatan sen-jata,” ujar Sami Abu Zuhri, salah se-orang petinggi Hamas.
Ketika Rice tiba untuk kunjungan dua hari ke Israel dan Palestina, Kamis pekan lalu, keamanan di Gaza be-r--angsur pulih. Hamas berhenti me-nye--rang pemukiman Israel setelah me---lon--tar-kan lebih dari seratus mortir se-la-ma hampir dua pekan.
Di Israel, keberhasilan Abbas me-ngen--dalikan situasi disambut hangat. Voting di parlemen, Rabu pekan lalu, me--nolak usul kelompok ultranasiona-lis Israel yang minta penarikan ditun-da. ”Kita mendapatkan bukti sekarang bahwa pemerintah, parlemen, dan juga masyarakat mendukung relo-kasi,” ujar Sharon lantang.
Toh hal itu tak meredakan hawa pa-nas di dalam negeri. Hanya beberapa sa-at setelah sidang parlemen usai, pu--luhan ribu warga Israel kembali ber--gerak menuju Blok Gush Khatif, se-buah lokasi di Jalur Gaza tempat Israel membangun 13 pemukiman Yahudi. Mereka bermaksud menghalangi eksekusi dari dalam.
Tapi aparat keamanan lebih sigap. Mendahului demonstran, 20 ribu personel disiagakan di perbatasan. Gagal menembus barikade, para demonstran memutuskan untuk tinggal sementara di Kfar Maimon, perbatasan Gaza dan Israel.
”Kami kira ini bukan saat yang tepat untuk masuk. Kami akan kembali dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Yang pasti, sekitar 10 ribu dari kami pasti akan berhasil mencapai Gush Khatif,” ujar pemimpin Dewan Pemukiman Yesha, Bentzi Liberman.
Untuk sementara, ketegangan mereda, namun bara api belum sepenuhnya padam. Pemerintah Israel masih kha-watir gerakan perlawanan yang di--pe-lopori kelompok ultranasionalis te--rus menguat dan membahayakan ke-amanan nasional. ”Mungkin proses relokasi akan kami percepat,” ujar Wakil Perdana Menteri Ehud Olmert, akhirnya.
Mereka kini gelisah menunggu pe-rintah Tel Aviv, karena semuanya masih terpulang kepada titah Ariel Sharon.
Philipus Parera (The Jerusalem Post/AP/BBC/Haaretz)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo