Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gloria Arroyo. Kita masih ingat tubuhnya mungil, wajah-nya imut-imut, dan sendi-ri-an mengha-dap-i kemarahan 30 ribu orang di distrik Makati, Me-tro Manila. Mereka mendesaknya mundur dari kursi presiden, Rabu pekan la-lu. ”Gloria enyah!” teriak mas-sa. ”Dia curang meraih ke-kua-saan dan sekarang ia ke--hilangan kepercayaan bang---sa,” ujar Franciso Delga--do, seorang tokoh baris-an penentang Arroyo dari Aliansi Politik Baru.
Tapi, si tubuh mungil Pre-siden Gloria Macapagal Arroyo bergeming. Arroyo tak ambil pusing dua Presiden Filipina tenggelam oleh ge-lombang ratusan ribu massa, ”people power”: Ferdinand Marcos pada 1986, dan Joseph Estrada pada 2001. Bahkan ia pun mengesam-pingkan suara sekutu lama-nya, bekas presiden Corazon Aquino, yang berseru: ”Sa-ya minta ia (Arroyo) ber----korban untuk menyela-mat---kan ne-geri kita dari keke-ras-an yang mengancam.” Ya, mungkin posisi Gloria ba---ru terancam ji-ka para pe-nentangnya mam-pu menam-bah jumlah peserta demonstrasi.
Inilah Filipina yang ge-rah. Kekerasan sa-ngat mung-kin terjadi karena kelompok opo--sisi akan mengerahkan massa yang lebih banyak -sa--at Arroyo menyampaikan- pi--dato tahunannya di Kong--res, pada 25 Juli. Oposisi, yang didukung kelompok- ki-ri militan, petani, dan ma-sya--rakat kelas bawah pen-dukung bekas presiden Joseph Estrada dan bekas ca-lon presiden Fernando Poe Junior, punya potensi me-nyulut kerusuhan.
Tapi harus diakui, posisi Arroyo masih aman de-ngan sikap netral uskup Katolik dan absennya kelompok kelas menengah dalam de-monstrasi. Kelas menengah Manila punya reputasi menumbangkan dua rezim pemerintahan. Selain itu, Panglima Ang--katan Bersenjata Filipina, Jenderal Efren Abu, telah me-merintahkan militer menjauh dari pusaran konflik dan tak akan melakukan kudeta.
Arroyo juga berupaya meredakan nafsu kelompok oposisi menggulingkannya dengan menyambut usulan bekas presi-den Fidel Ramos untuk mengamen-de-men- konstitusi, dari pemerintahan sis-tem presidensial menjadi parlementer. Sis-tem ini akan melucuti kekuasaannya se-laku presiden. Tapi kelompok oposisi justru curiga ini hanya akal-akalan Arroyo untuk meredam gejolak politik. ”Mereka berusaha membingungkan kami dengan mengubah konstitusi untuk tetap berkuasa,” ujar aktris Susan Roces, janda Fernando Poe Junior.
Oposisi curiga, dan se-ka-rang- menyiapkan jurus -la-in un--tuk-- mendepak Arro-yo de----ngan-- menggunakan im--peachment. Inilah jurus baru yang menimbulkan harap.
Bahkan Konferensi Us-kup Katolik merestui pro-ses impeachment. Termasuk membentuk komisi ke--be-naran un-tuk menyelidiki kebenaran tu-duhan opo-sisi bahwa Arroyo main curang untuk memenangi pemilu yang lalu.
Memang impeachment -a-k-an--- terhadang dengan jum-lah- mayoritas kubu Arroyo di Senat dan Kongres. Dibutuh-kan dua pertiga suara se-nator untuk menyatakan Pre--siden bersalah dan siap di-pecat. Oposisi berpikir panjang. Sementara proses impeachment bergulir, mereka juga memelihara perlawan-an di jalanan. Desakan ini di-harapkan bisa mengubah peta suara di parlemen. Saat ini Partai Liberal pendukung Arroyo sudah menyeberang ke kubu oposisi.
Proses impeachment yang panjang dan tak bisa di-duga itu adalah awal ketidakpasti-an, apalagi jika jumlah parti-si-pan demonstrasi jalanan membengkak. Di sinilah titik genting posisi Arroyo. Ke--tidakpastian ini mulai men--cemaskan kelompok -bisnis prestisius, Makati Business Club, yang akhirnya ikut meminta Arroyo mundur. Pasar pun mulai gagap bereaksi selama sepekan gejolak politik.
Tapi toh si mungil Arroyo tidak keder. Ia malah mengganti sejumlah menteri. Arroyo menunjuk Peter Favila, Ketua Bursa Saham Filipina, menjadi Menteri Perdagangan dan Tito Santos sebagai Menteri Perencana Ekonomi. Keduanya ber-tugas melanjutkan agenda reformasi ekonomi agar tetap berada di jalurnya saat sang Presiden bertempur mempertahan-kan kursinya. ”Gloria menunjukkan kemam-puannya mengelola ekonomi agar tak me-ngacaukan konflik di arena politik,” kata Jose Vistan, analis ekonomi Manila.
Raihul Fadjri (BBC, Guardian, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo