SUDAH lama PM tidak memberikan interpiu khusus," kata seorang
pembantunya. PM Lee Kuan Yew memang sibuk selalu, menghabiskan
harinya di Istana, tanpa mengenal jam kantor, dalam memimpin
pemerintah Singapura.
Namun pekan lalu PM Lee bersedia menyisihkan waktunya yang
berharga itu untuk menerima dua wartawan TEMPO, Amir Daud dan
Zulkifly Lubis. Wawancara ini berlangsung menjelang kunjungannya
ke Indonesia untuk berunding dengan Presiden Soeharto di
Yogyakarta pekan ini.
Ruang kerjanya di Istana itu kelihatan lega dan sederhana. Ada
beberapa lukisan di dinding. Ada anggrek di meja. Tidak ada
lemari pajangan. Dan, tentu saja, tidak ada tempat abu rokok. Di
situ PM Lee mempersilakan tamunya duduk dan menjawab pertanyaan
TEMPO.
Kami tertarik pada gagasan Anda menyiapkan kepemimpinan gcnerasi
kedua. Bagaimana pentingnya hal itu pada Singapura? Apa saja
masalah yang Anda lihat untuk mencapai penggantian yang lancar?
Negeri-negeri yang baru merdeka tidak punya tradisi dan sedikit
saja preseden untuk membantu mereka mengalihkan kekuasaan pada
pemerintah pengganti. Kalau pemerintahan sekarang di Singapura
tidak menangani masalah ini, kontinuitas mungkin jadi tak
menentu. Dalam sejarah Singapura, kaum komunis merupakan
kekuatan oposisi yang dominan, dan mereka galak dan kejam. Maka
orang muda yang cakap telah gembira menyerahkan saja soal
politik pada kaum garda lama (old guards) yang melawan kaum
komunis dan berhasil. Persoalan saya ialah meyakinkan mereka
bahwa kalau mereka tidak bersedia mengorbankan kesenangan dan
kebebasan pribadi dalam sukses karir dalam bisnis dan profesi,
masa depan Singapura akan terancam dan kehidupan mereka yang
tenang itu akan terganggu.
Anda tadi mengatakan perjuangan garda lama. Generasi muda tidak
mengalami semua itu. Apakah Anda mengira akan ada perbedaan
dalam gayakepemimpinan nanti?
Mereka akan punya gaya kepemimpinan yang berbeda bukan hanya
karena mereka tidak mengalami peruangan hebat melawan komunis,
tapi juga karena rakyat kami kini lebih terpelajar dan
permasalahan pun berbeda. Masalah besar tiga puluh tahun lalu:
Kesatuan bangsa, merdeka dari Inggris, bebas dari eksploitasi
kolonial, pendidikan dan kesempatan (kerja) bagi rakyat.
Semuaitu sudah lewat. Kami telah merdeka. orang muda mendapat
pendidikan. Dan rakyat punya pekerjaan. Persoalan kini ialah
bagaimana memperbaiki mutu pendidikan, dan bagaimana
meningkatkan ketrampilan kerja mereka.
Gaya pemerintahan harus berbeda karena pribadi mereka berbeda,
dengan pengalaman yang berbeda, yang menghadapi generasi yang
berlainan pula. Ketika kami menghadapi rapat umum dulu, 25 tahun
lalu, sebagian besar orang datang berkaki telanjang, dengan
singlet dan celana pendek. Sekarang, sedikit saja yang pergi ke
rapat umum. Mereka lebih suka melihatnya lewat televisi. Ini
suatu generasi orang Singapura yang lebih serbasama
(homogeneous), setelah menempuh persamaan pendidikan, dengan
aspirasi lebih tinggi dalam kehidupan. Terdapat solidaritas dan
kesatuan nasional yang lebih besar karena rakyat menyadari bahwa
karena pemerintah tidak membiarkan perbedaan rasial, agama,
bahasa dan kebudayaan memecah mereka, setiap orang telah meraih
manfaatnya dalam perjuangan menuju kehidupan yang lebih baik.
Apakah Anda mengira kepemimpinan generasi masa depan akan sama
gesit dan dinamiknya?
Mereka punya kemampuan, mereka punya dorongan, mereka memahami
kenyataan politik dan ekonomi, mereka punya tanggungjawab. Hal
yang belum diketahui ialah bagaimana mereka akan menanggapi
suatu krisis yang berat. Kita akan mengetahui pasti hanya bila
mereka berada di bawah tekanan berat.
Sebelum mereka diuji, kita tak akan tahu.
Dari apa yang saya lihat, saya yakin mereka tak akan gentar
begitu saja, juga tak akan mudah lari.
Ada beberapa kekhawatiran bahwa berhubung orang muda Singapura
tidak berminat pada politik, akan ada kesulitan dalam menyiapkan
mereka memegang kepemimpinan politik. Bagaimana anda
mengatasinya?
Dengan berjalannya waktu, soal baru dan keasyikan baru akan
muncul. Diskusi terbuka tentang soal ini diadakan agar rakyat
lebih sadar secara politis. Kaum muda melek huruf. Mereka baca
suratkabar dan mingguan Singapura dan asing. Perubahan dalam
situasi ekonomi, politik dan keamanan dunia makin cepat.
Singapura dan Asean akan terpengaruh oleh perubahan dalam iklim
internasional ini. Persoalan pokok ialah bagaimana mendapatkan
orang yang paling mengabdi dan terbaik untuk menghadapi
tantangan kepemimpinan itu.
PAP (People's Action Party) membina kader. Apakah kesulitan yang
dihadapinya dalam hal ini?
Pertama, sebagian besar orang yang rakap yang ingin kami peroleh
menyulai hidup tenang. Kedua, tanggungjawab kader baru kami
belum diuji seperti kami dulu melawan kaum komunis. Untuk tegak
dan berkelahi melawan komunis itu diperlukan keberanian dan
keyakinan. Kini kami tidak memiliki selektor otomatis ini.
Lagi-lagi kami akan mengetahuinya bila kami terlibat dalam
krisis besar.
Krisis apakah yang mungkin terjadi nanti? Bangsa ini akan makin
makmur--tak akan ada kekurangan.
Tak seorang pun bisa memastikan bahwa kami akan makin makmur.
Ekonomi dunia sedang awat: Pertumbuhan rendah, inflasi tinggi,
pengangguran tinggi, harga minyak ringgi. Laporan IMF terakhir
sangat pesimistis. Tersedia banyak hal yang mengagetkan bagi
siapa aja, termasuk Singapura. Kita hidup dalam masa sulit.
Beberapa kalanglm berpendapat bahwa kini tiba wahtunya bagi
Singapura menjadi suat negara donor. Pendapat Anda tentang ini?
Kami pernah mempersoalkannya dengan Bank Dunia dan IMF tahun
1978. Berdasarkan GNP per kapita, IMF telah menggolongkan kadni
bersama Yunani dan Portugal sebagai negara maju. Kami tidak
menyetujuinya. Setelah memeriksa statistik kami, para pejabat
IMF kemudian puas bahwa 18% dari Cross Domestic Product kami
adalah karena pendapatan dari investasi asing, upah yang
dibayarkan pada warganegara asing insinyur, manajer dan para
ahli lain di sini. Sekiranya kontribusi asing ini ditiadakan,
kami akan berada di bawah US$ 3.000 per kapita per tahun, di
bawah Yunani dan Porrugal. IMF mengakui bahwa kami belum
developed (negara maju).
Singapura, yang bangsanya sedang dibina, masih perlu dimengerti,
terutama oleh tetangganya. Apakah karakteristik yang ideal yang
Anda inginkan bagi bangsa Anda?
Karakteristik orang Singapura telah ditentukan oleh sejarah
kami, maupun oleh riwayat nenek moyang kami yang dari negeri
Cina, India, Malaysia dan Indonesia, ditambah dengan pengalaman
anak-cucu mereka yang lahir dan dibesarkan di Singapura. Kami
hanya dapat mencoba dan meningkatkan anugerah apa yang sejarah
limpahkan pada kami, misalnya, untuk membuat orang Singapura
bertabiat keras. berakal banyak, toleran, bisa menyesuaikan diri
dan berpikir praktis.
Apakah Singapura merasa sukar untuk bergaul dengan sesama
anggota Asean? Kesulitan bagaimana, jika ada, yang Anda alami?
Tidaklah lebih sulit ketimbang kesulitan yang mungkin partner
kami di Asean jumpai pada Singapura. Itu karena temperamen kami
berbeda: Orang Sinyapura cenderung untuk cepat-cepat dan tak
sabar. Kami telah belajar bahwa cara mencapai sesuatu di Asean
ialah dengan sabar, menyesuaikan diri dengan gaya kerja yang
berbeda. Dan sementara bersikap bisnis selama sidang bisnis,
kami telah menjumpai bahwa adakalanya lebih banyak bisnis
dicapai selama waktu kami santai dan omong-omong.
Apakah Asean bertumbuh cukup cepat seperti yang Anda telah
harapkan? Perlukah Asean menjadikan juga dirinya suatu aliansi
militer?
Dibanding dengan apa yang saya harapkan dalam Februari 1976
sesudah (konperensi) Puncak di Bali, perkembangan telah lamban.
Pada waktu Puncak kedua di Kuala Lumpur dalam Agustus 1977, saya
punya perspektif yang lebih obyektif tentang apa yang bisa
dicapai. Peristiwa bertumbuh cepat seperti saya perkirakan
sesudah Puncak di Kuala Lumpur.
Saya tidak sendirian dalam mempertimbangkan bahwa tidaklah perlu
bagi Asean untuk mendapatkan pengertian militer dalam kedua
pertemuan Puncak 1976 dan 1977. Sesudah perkembangan terakhir,
saya punya pikiran terbuka mengenai hal itu.
Bagaimana Anda melihat berlanjutnya kehadiran militer Vietnam di
Kampuchea? Vietnam, seperti dikatakan Menlu Nguyen Co Thach di
Jakarta baru-baru ini, tidak akan melintasi perbatasan Thailand.
Bisakah kita memegang ucapannya?
Selama pasukan militer Vietnam menduduki Kampuchea, akan ada
ancaman bagi keamanan Thailand dan Asean. Pendudukan Vietnam
atas Kampuchea hanya bisa selama ia mendapat bantuan ekonomi dan
senjata Soviet. Bahaya terdekat ialah bagi Thailand karena ia
harus menanggung pembalasan pasukan Vietnam di perbatasannya.
Bahaya jangka lebih panjang ialah suatu Vietnam yang dilengkapi
dengan lebih banyak pesawat terbang dan kapal perang Soviet,
yang mengancam seluruh kawasan Ini.
Tentang apakah ucapan Menlu Nguyen Co Thach bisa dipegang,
pasukan Vietnam telah menjawabnya.
Vietnam menyatakan masalah Kampuchea berkaitan dengan Cina, dan
bersedia keluar dari Kampuchea asalkan Cina meniadakan campur
tangannya. Apakah Anda berpendapat para anggota Asean secara
bersama atau terpisah harus mulai mengadakan tekanan pada Cina
dalam hal ini?
Masalah Kampuchea tidak berkaitan dengan Cina saja. Ia
menyangkut Vietnam dan Kampuchea, Vietnam dan Cina, Vietnam dan
Uni Soviet, dan, lebih penting dari segalanya, ia menyangkut Uni
Soviet dan Cina. Para anggota Asean harus secara bersama dan
terpisah mendesak ketiganya -- Cina, Vietnam dan Uni
Soviet--supaya jangan mengganggu rakyat Kampuchea agar mereka
sendiri dapat menyelesaikan persoalan mereka. Asean mensponsori
resolusi PBB, November 1979 yang meminta pasukan Vietnam supaya
mundur dari Kampuchea supaya memungkinkan rakyat Kampuchea
membentuk pemerintahan mereka sendiri.
Ada kesan orang di Jakarta bahwa Singapura lebih takut pada Uni
Soviet ketimbang supr powers lain. Kenapa? Apakah Anda
berpendapat para anggota Asean lain merasakan juga ketakutan
Singapura akan pengaruh Rusia?
Hanya ada dua super powr menurut istilah yang dimengerti umum
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Singapura tidak takut pada
Amerika Serikat. Ia tidak ingin menguasai Singapura ataupun
Asean. Sebaliknya, Uni Soviet berusaha jadi negara terkuat di
dunia dengan pengaruh terbesar di semua baglan dunla yang
strategis, termasuk Selat Malaka. Uni Soviet belum mendapatkan
sumber penghasilan ekonomi, perdagangan, investasi dan
pengalihan teknologi, yang dipunyai Amerika, untuk mempengaruhi
negeri Dunia Ketiga. Soviet membangun lebih banyak dan lebih
banyak kekuatan militer.
Saya telah membandingkan kesan saya tentang Uni Soviet dengan
para pemimpin Asean yang juga telah mengunjungi Uni Soviet. Saya
tidak semestinya bicara untuk para kolega saya di Asean.
Sekiranya pertanyaan Anda bermaksud mencakup Cina sebagai suatu
super power biarkanlah saya menambahkan bahwa saya berpendpat
kapasitas Cina untuk membuat tinkah buruk di kawasan Asean jauh
lebih sedikit ketimbang Uni Soviet. Cina sangat jauh di
belakang Uni Soviet dan Amerika Serikat, secara ekonomi maupun
militer, dan akan tetap di belakang setidaknya sampai 20 tahun
mendatang.
Kapasitas Cina untuk mengacau, setidaknya sampai 10 tahun
mendatang, terbatas pada penghasutan dan bantuan gerilya
pemberontqk komunis, dan gangguan kenakalannya yang langsung
menghimbau pada orang keturunan Cina, terlepas dari soal apakah
mereka warganegara sesuatu bangsa Asean yang merdeka. Cina
memerlukan bantuan orang Cina perantauan, terutama pengiriman
uang dan investasi mereka, untuk membantu usaha modernisasinya.
Brunei akan memperoleh kemerdekaannya tahun 1983. Apakah Anda
menduga akan terjadi sesuatu persaingan untuk mempengaruhi
Brunei, terutama dari pihak anggota Asean Singapura tidak
bermaksud untuk bersaing dengan anggota Asean lainnya untuk
mencari pengaruh di Brunei. Saya tidak membayangkan adanya
friksi antara sesama anggota Asean yang timbul dari kemerdekaan
Brunei.
Presiden Soeharto meminta saya ketika saya menjumpai beliau
dalam Juni 1978 supaya memberitahukan Sultan Brunei bahwa Asean
akan menyambut Brunei sebagai anggota. Saya menyampaikan
pandangan Presiden Soeharto pada Sultan itu ketika saya
menjumpai beliau dalam Maret 1979. Sultan itu mengucapkan
terimakasih atas pesan itu. Saya kira beliau tertarik oleh usul
tadi.
Karena Anda akan berjumpa dengan Presiden Soeharto di
Yogyakarta, bisakah Anda sebutkan beberapa pokok penting yang
ingin Anda kemukakan dalam pembicaraan nanti? Secara bilateral?
Secara regional?
Keuntungan pertemuan saya --empat mata -- dengan Presiden
Soeharto ialah diskusi kami berterus terang dan langsung.
Sebagian besar dari keasyikan kami sekarang ialah regional.
Sesudah pertemuan itu, mungkin akan pantas saya ceritakan pada
pers sebagian.
Bagaimana Anda menilai hubungan Singapura-Indonesia sekarang
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya?
Hubungan antara Indonesia dan Singapura duapuluh tahun lalu
bersahabat dan ramah ketika saya mengunjungi almarhum Presiden
Sukarno di Jakarta dalam bulan Januari 1960. Tahun 1963, ada
konfrontasi terhadap Malaysia, yang ketika itu meliputi
Singapura. Tahun 1966, konfrontasi diselesaikan. Salah satu sisa
masalah konfrontasi membuat hubungan tegang dengan pemerintahan
Presiden Soeharto yang baru dalam tahun 1968. Secara beransur
hubungan itu membaik karena kami punya persepsi lebih baik
tentang tujuan masing-masing. Saya mengunjungi Presiden
Soeharto di Jakarta dalam bulan Mei 1973. Kami saling mengenal.
Saya yakin kami mengerti jalan pikiran persoalan dan cara
mendekati persoalan masing-masing. Sesudah Puncak Bali dalam
bulan Februari 1976, hubungan kaulli nakin erat secara
bilateral dan dalam Asean.
Singapura mengatakan ia akan menunggu Indonesia dulu sebelum ia
sendiri membuka hubungan resmi dengan Cina. Apakah Anda mau
terus menunggu tanpa batas waktu?
Saya membuat hal sederhana dengan mengatakan apa yang saya
maksud, dan melakukan apa yang saya utarakan. Tidak akan ada
hubungan diplomatik dengan Cina sampai Indonesia memulihkan
hubungan diplomatiknya dengan Cina. Karena Cina memahami ini,
dslam bulan Maret 1979, Menteri Perdadagangan Luar Negeri Cina
Li Qiang, ketika berkunjung ke Singapura, mengusulkan suatu
perjanjian perdagangan. Kami membuat banyak amandemen atas
naskah usul mereka. Mereka membuat amandemen balasan. Desember
1979 Menteri Keuangan kami, Hon Sui Sen menandatangani suatu
perjanjian perdagangan dengan Menteri Li Qiang di Beijing. Dalam
bulan Februari, suatu tim pejabat Cina tiba di Singapura untuk
menyelesaikan detil tapi persoalannya tak selesai. Dalam bulan
Juni, tim pejabat kami pergi ke Beijing dan akhirya tercapai
persetujuan mengenai detil untuk membentuk dua Kantor
Hubungankomersial--satu di Singapura untuk Cina, dan satu di
Beijing untuk Singapura. Itu bukan berarti hubungan diplomatik,
dan Cina mengerti perbelaannya.
Bila Indonesia telah menramalkan hubungannya dengan Cina,
Singapura juga akan mengadakan hubungan diplomatik. Ada banyak
perubahan sebagai akibat hubungan diplomatik yang harus diamati
dalam banyak bidang.
Tapi kenapa Anda harus menunggu Indonesia terlebih dulu?
Kami telah memikirkan betul hal ini. Adalah demi kepentingan
nasional kami bahwa kami harus terakhir di Asean untuk menjalin
hubungan diplomatik (dengan Cina). Kami punya identitas sendiri
sebagai orang Singapura. Tapi selalu ada saja tersembunyi
kesangsian, kecurigaan, ketidakpastian dalam pikiran para
anggota Asean bahwa karena penduduk Singapura 75% keturunan
Cina, maka Singapura bisa gampang ditunggangi Cina, dan akan
memihak Cina.
Dengan menjadi terakhir ini, kami menonjolkan pada sesama rekan
Asean kami, dan pada Cina, bahwa kami sesungguhnya orang
Singapura. Cina tidak bisa melangkahi keputusan pemerintah
Singapura untuk pergi kepada orang Singapura keturunan Cina
supaya mereka mendesak pemerintah Singapura untuk mengubah
posisinya. Kami menunjukkan bahwa rakyat kami, terutama generasi
muda yang lahir dan dibesarkan di Singapura tidaklah gampang
terpengaruh oleh tekanan dan bujukan seperti itu. Mereka
berpikir sebagai orang Singapura. Ini pantas dicatat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini