Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Matinya Seorang Bayi

Meninggalnya seorang bayi bernama rossie akibat keteledoran petugas apotik setia budi yang memberikan garam oralit (merk etolit) melebihi dosis.

5 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR duka ini dimulai tanggal Mei yang baru lalu, ketika Moerilarso sepulang kantor menemukan badan anaknya itu panas. Yang agak mencemaskan lagi dia mencret-mencret sampai lima kali hari itu. Semula, keluarga Moerdiarso mengira anak mereka, Rossie, akan "bertambah kepintaran", seperti kepercayaan orang Jawa. Namun Moerdiarso tetap membawa anaknya itu ke dr. Rochani yang praktek di Jalan Guntur, Jakarta, dokter langganannya. Kepada ayah si pasien Rochani menyebutkan anak perempuan yang belum berumur setahun itu akan kena tanpnk. Lagi pula ada sedikit radang di tenggorokannya. Rochani kemudian menulis resep yang terdiri dari puyer racikan untuk menurunkan demam. Satu obat antibiotika merek Kaomycin dan satu lagi obat puyer racikan untuk menghentikan mencret. Seorang pembantu dikirim ke apotik Setia Budhi, tak jauh dari tempat tinggal Moerdiarso untuk menukarkan resep tadi. Begitu bungkusan obat tiba, Moerdiarso terperangah. Karena dia menemukan 15 bungkus Eltolit yang berisi garam oralit dengan rasa jeruk pemampat mencret. Padahal menurut pesan dokter dia hanya akan menerima 5 bungkus racikan garam oralit yang harus dihabiskan dalam 24 jam. Tiap bungkus diseduh dengan air 200 cc. Ia menjadi bimbang mengapa apotik menyuruh Rossie meminum 3 bungkus garam oralit merk Eltolit sekaligus. Apakah ini benar Untuk menghilangkan keraguan Moerdiarso menyuruh lagi pembantunya menanyakan ke apotik. Lampu Merah Asisten apoteker Rosyati dari apotik Setia Budhi yang menukar resep tadi, malah mengirim keterangan tertulis yang ditujukan kepada Nyonya Roslina (istri Moerdiarso). "Bila Nyonya Roslina ragu-ragu, boleh juga menyeduh 1 bungkus dengan 1 gelas air, asalkan dintinum sebanyak mungkin," tulisnya mantap. Dengan surat susulan dari asisten apoteker itu apalagi yang perlu diragukan. Sekitar jam 20.00 Rossie Virnavati meminum 3 bungkus bubuk Eltolit yang diaduk dengan air 200 cc. Menyedot cairan itu lewat dot, Rossie cuma bisa menghabiskan 150 cc. Ia pun muntah. Suhu tubuh si Rqssie bukann turull. Mencret-mencrethya juga tak mampat. Sekarang ia malahan jadi gelisah. Tak bisa tidur. Jam 3 pagi, sisa larutan garam oralit dengan merk Eltolit yang 50 cc dijejalkan kembali ke mulut Rossie. Ya Tuhan, kesem,uhan yang diharapkan bencana yang datang. Sejam setelah regukan terakhir, Rossie mengerang. Keningnya panas berkeringat. Kakinya yang mungil dingin. Wajahnya kaku. Matanya diam kosong dan dari mulutnya terdengar uara seperti orang ngorok. Di perutnya keluar bercakbercak merah. "Tampaknya mulai keluar," pikir sang ayah. Tapi ketika dari mulut Rossie keluar semacam busa ia pun bingung seribu keliling Akhirnya ia putuskan berangkat di pagi buta itu mencari rumah dr. Rochani di daerah Kramat. Sambil mengemudikan mobil ia masih mendengar dengkur Rossie. Sesampainya di rumah dr. Rochani, Moerdiarso diminta supaya langsung membawa anaknya itu ke Rumah Sakit Cipta Mangunkusumo. Di persimpangan menuju RSCM keluarga yang kemalangan itu terhenti karena lampu lalu lintas merah menyala. Rossie ketika itu tak ngorok lagi. Mungkin sudah tertidur, pikir ayahnya. Tapi ternyata itulah akhir hidupnya yang singkat. Sebab begitu sampai di RSCM dokter jaga Abidin menyatakan Rossie telah meninggal. Rossie, yang baru berusia 8 bulan itu dimakamkan di pekuburan Karct esoknya, 9 Mei. Sedangkan si ayah tak habis curiganya terhadap 3 bungkus Eltolit yang harus diminum sekaligus. Tiga hari kemudian dia ceritakan nasib malang anaknya itu kepada dr. Rochani. Dari pertemuan itu pula Moerdiarso mendapat keterangan yang bisa mendukung kecurigaannya bahwa anaknya itu mati karena ulah apotik. Resep yang diberikan dokter dibongkar lagi. Obat-obatan yang diminum Rossie dikumpulkan. Ternyata ada perbedaan yang cukup besar antara racikan garam oralit yang diberikan dokter dengan obat jadi yang diberikan apotik. Resep untuk racikan itu tertulis: NaCL 0,200 g, KCL 0,075 g serta bahan tambahan Bic Nat 0,150 g, Glukosa 1,00 g. Sebanyak 5 bungkus, diminum 1 bungkus dengan air 200 cc. Sedangkan garam oralit dengan merk Eltolit mengandung NaCI 0,66 g dan KCL 0,24 g sebanyak 15 bungkus. Aturan pakai minum 3 bungkus sekaligus dengan air 200 cc. Merusak Jantung Dengan mengikuti anjuran apotik itu terang dosis garam oralit meningkat jadi 9 kali lebih besar. Ini bisa menyebabkan keracunan. Kata sementara dokter bisa merusak jantung dan melumpuhkan ginjal. Dengan bukti-bukti berupa resep asli dan obat yang diberikan apotik, Moerdiarso kemudian mengadu ke LBH, juga kepolisian. "Saya tidak menuntut apa-apa dari kematian anak saya. Saya hanya minta agar supaya diambil tindakan hukum atas kecerobohan apotik yang mengganti resep," katanya. Belum ada yang ditindak tegas dalan salah obat yang mengakibatkan matinya seorang bayi ini. Apotik Setia Budhi dengan setia masih melayani tamu. Kepala Dinas Kesehatan DKI, dr. Soedarso baru memberi peringatan keras kepada apotik. Dan menskors asisten apoteker Rosyati selama 3 bulan. Rosyati dan apoteker Kolonel Drs. Surastomo sampai akhir pekan lalu belum berhasil ditemui TEMPO. Moerdiarso sendiri masih harus makan hati untuk meneruskan tuntutannya terhadap apotik yang dianggapnya ceroboh. Pihak kepolisian minta autopsi, tapi ia keberatan. "Setidaknya dari kesimpulan secara medis, farmakologis, 'kan bisa ditentukan bahwa dengan dosis tinggi itu mengakibatkan kematian," katanya kepada A. Muthalib dari TEMPO "Secara teoritis bisa diketahui. walaupun kami biasanya menganjurkan autopsi," sambut dr. Rochani pula. Berbagai kalangan, dokter maupun bukan menganggap kematian yang melibatkan kecerobohan apotik sudah sepantasnya naik ke pengadilan. Dan praktek-praktek penukaran resep yang bukan karena kekhilafan pun seharusnya mendapat pengawasan yang cukup. Belum sampai setahun pemudi Maisaroh gila karena kealpaan. Dan seka Rossie si cilik meninggal dibuatnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus