Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gadis 10 tahun di Pasar Maiduguri, Nigeria, itu terlihat biasa saja hingga sebuah bom meledak dari balik jilbabnya. Sebanyak 20 orang tewas dan setidaknya 18 luka-luka akibat peristiwa pada 10 Januari lalu itu. "Dia gadis kecil," kata petugas rumah sakit yang mengidentifikasi jasad gadis yang diduga pengebom itu kepada The New York Times pada hari yang sama. "Jasadnya tak bisa dikenali. Tapi, dari wajahnya, terlihat bahwa dia gadis muda yang cantik," ujar petugas yang tak mau menyebut namanya itu.
Sehari kemudian, kejadian serupa mengentak pasar di kawasan Postikum, Kota Yobe. Empat orang tewas dan 21 terluka dalam ledakan ini. Dua gadis yang diduga pembawa bom juga masih belia. Yang satu diperkirakan berusia 15 tahun dan seorang lagi baru menjelang 20 tahun.
Boko Haram, yang bernama resmi Jama'atu Ahlis Sunna Lidda'awati wal-Jihad, diyakini bertanggung jawab atas serangan itu. "Menggunakan anak-anak untuk membawa dan meledakkan bom bukan taktik baru Boko Haram, melainkan peningkatan serangan," ujar Elizabeth Donnelly, Asisten Kepala Program Afrika Lembaga Strategi Chatham House, seperti ditulis NBCNews, Sabtu dua pekan lalu. Dia menyebutkan taktik memanfaatkan anak-anak mempersulit identifikasi milisi Boko Haram.
Didirikan pada 2002, Boko Haram berfokus menentang pendidikan Barat. Sejak Inggris menguasai Nigeria pada 1903, memang ada resistansi terhadap pendidikan Barat di wilayah muslim. Penduduk menolak menyekolahkan anak-anaknya di "sekolah Barat". Dengan latar belakang ini, Mohammef Yusuf mendirikan Boko Haram di Maiduguri pada 2002. Karena itulah penduduk Maiduguri biasa menyebut mereka Boko Haram, yang dalam bahasa Hausa berarti "pendidikan Barat dilarang".
Yusuf membangun kompleks keagamaan, termasuk masjid dan sekolah Islam. Banyak keluarga muslim miskin dari penjuru Nigeria dan negara tetangga mendaftarkan anak-anaknya di sekolah itu. Yang tak luas diketahui, Boko Haram ternyata juga memiliki motif politik: mendirikan negara Islam. Sekolah ini kemudian dikenal sebagai tempat perekrutan pelaku serangan teror.
Sejak 2009, Boko Haram mulai menyerang kantor polisi dan pemerintah di Maiduguri, yang berkembang menjadi penembakan di jalan-jalan. Ratusan pendukung Boko Haram terbunuh dan ribuan penduduk kabur ke luar kota. Pasukan keamanan Nigeria akhirnya mengepung markas kelompok ini, lalu menangkap dan membunuh Yusuf, sang pemimpin. Jasadnya dipertontonkan di televisi nasional.
Ketika itu pasukan keamanan sekaligus menyatakan kelompok Boko Haram bubar. Rupanya, para pentolan kelompok ini bersatu kembali di bawah pemimpin baru, Abubakar Shekau. Pada 2010, Amerika Serikat mengkategorikannya sebagai teroris karena diduga terkait dengan jaringan Al-Qaidah.
Laporan Indeks Terorisme Global 2014 dari lembaga independen Institut Ekonomi dan Perdamaian yang berbasis di Sydney, New York, dan Oxford menyebutkan milisi Boko Haram berkisar 9.000 orang. Sebagian besar berasal dari etnis Kanuri, etnis mayoritas di tiga wilayah penguasaan mereka—Yobe, Borno, dan Adamawa. Sebagian besar dari etnis ini memiliki parut wajah dan logat Hausa yang membedakan dengan etnis Nigeria lain.
Ciri khas anggota Boko Haram adalah pria bersenjata yang menaiki sepeda motor, menyerang polisi, politikus, dan siapa pun yang mengkritik, bahkan penganut Islam dan Kristen. Mereka juga mengebom gereja, bus, bar, barak militer, markas polisi, hingga markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di ibu kota Nigeria, Abuja.
Boko Haram melengkapi diri dengan beragam senjata, dari yang kecil, senapan otomatis, granat, mortar, hingga bom mobil. Mereka memperolehnya dengan cara mencuri senjata milik militer Nigeria atau mengambil dari pasar gelap senjata di Afrika Tengah. Selain itu, kata John Campbell, Duta Besar Amerika untuk Nigeria 2004-2007, kepada NBCNews, "Ada tanda-tanda simpatisan di tubuh tentara Nigeria yang membiarkan pintu gudang senjata tak terkunci untuk Boko Haram."
Tak terhitung jumlah serangan Boko Haram terhadap penduduk kawasan timur laut dan tengah Nigeria. Salah satu yang menggegerkan dunia adalah penculikan 276 gadis sekolah pada April tahun lalu di Chibok. Hingga kini, 219 dari mereka masih hilang. Menurut Armed Conflict Location and Event Data Project University of Sussex, Inggris, pada 2014 aksi Boko Haram memakan korban jiwa 3.428 orang.
Kekejian itu belum seberapa. Menurut Laporan Amnesty International, serangan terparah terjadi selama empat hari sejak 3 Januari lalu, yang menewaskan 2.000 orang, menghilangkan ratusan orang, serta merusak 3.700 rumah di Baga dan Doro Gowon. Sebanyak 620 kerusakan terjadi di Baga dan 3.100 di kawasan dekatnya, Doro Gowon.
Daniel Eyre, peneliti Amnesty Internasional tentang Nigeria, mengatakan, dari semua serangan Boko Haram yang ia analisis, serangan itu merupakan yang terbesar dan paling menghancurkan. "Citra satelit menunjukkan besarnya kerusakan di dua kota yang salah satunya hampir terhapus dari peta dalam waktu empat hari," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis dua pekan lalu.
Shekau, melalui video 35 menit, mengklaim kelompoknya bertanggung jawab atas serangan pembuka tahun itu. "Kami yang memerangi orang-orang di Baga dan kami telah membunuh mereka dengan pembunuhan yang Dia perintahkan kepada kami dalam kitab-Nya," ujar Shekau, seperti dilaporkan kantor berita AFP dan dikutip BBC, Rabu pekan lalu.
Ia menyebutkan pembunuhan itu hanya puncak dari gunung es; masih ada pembunuhan-pembunuhan berikutnya. Shekau pun menantang pemerintah Nigeria dan tentara regional untuk menyerang kelompoknya.
Seolah-olah belum puas, pada 18 Januari lalu Boko Haram juga bergerak ke luar basisnya menuju hutan Sambisa, sepanjang perbatasan dengan Kamerun. Di sana mereka menculik 80 orang, menyerang desa-desa, menjarah, membunuh, dan membakar barang-barang milik warga sebagai peringatan agar tak bekerja sama dengan pasukan keamanan seperti yang terjadi di Maiduguri.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan menyatakan kawasan timur laut dalam keadaan darurat. Ia pun mengirim tentara ke wilayah itu. Namun, sejak 2009, tentara Nigeria kalah taktik, persenjataan, dan komando. Andrew Noakes, Koordinator Kelompok Peneliti Jaringan Keamanan Nigeria, mengatakan negara itu perlu sekitar 200 ribu tentara untuk memerangi Boko Haram. Padahal kekuatan pasukan sekarang hanya 30-40 ribu orang.
Kini negara-negara Afrika yang terancam Boko Haram tengah meminta restu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membentuk tentara multinasional. Menteri Luar Negeri Niger Mohamed Bazoum mengatakan negara-negara di kawasan Danau Chad telah sepakat dalam pertemuan di Niamey, ibu kota Niger, bahwa Uni Afrika akan menyampaikan resolusi ini ke PBB. "Nigeria mengambil tindakan militer, Kamerun memerangi Boko Haram, tapi menurut saya inilah saatnya kita memikirkan pembentukan kekuatan multinasional," kata Presiden Ghana John Mahama, seperti dikutip Reuters.
Negara Barat, seperti Amerika, Jerman, Prancis, dan Rusia, menyatakan siap mendukung perjuangan Afrika itu. Duta Besar Amerika Michael Stephen Hoza menjanjikan pelatihan tentara Kamerun dan pasokan peralatan perang. Duta Besar Rusia Nikolay Ratsiborinski menuturkan akan memberi bantuan kemanusiaan. Presiden Prancis Francois Hollande berujar, seperti dikutip Reuters, "Kamerun, Niger, Chad, dan Benin terancam. Ini berarti komunitas internasional tak bisa membiarkan dan harus mengambil tindakan yang efektif."
Atmi Pertiwi (BBC, The New York Times, NBC News, Al Jazeera, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo