Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harap jalan pelan-pelan

Presiden walesa berhasil merampingkan jumlah partai di parlemen, tapi terwujudnya sebuah pemerintahan yang kuat tampaknya masih sulit

2 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA bukan pendukung komunis, tapi apartemen dan sebuah mobil yang saya miliki diperoleh pada zaman komunis,'' kata Janusz Grysz, seorang buruh yang memberikan suaranya untuk Partai Aliansi Kiri Demokratik, seperti dikutip koran International Herald Tribune. Pernyataan Grysz tadi mewakili kemuakan warga Polandia terhadap kebijaksanaan reformasi ekonomi yang digenjot pemerintah pimpinan Perdana Menteri Hanna Suchocka sebelumnya. Mungkin itu pula yang menyebabkan dua partai bekas komunis, Aliansi Kiri Demokratik dan Partai Petani, menduduki tempat teratas dalam pemilu di Polandia Ahad pekan lalu, yang diikuti oleh 27 juta pemilih. Aliansi Kiri meraih lebih dari 20% suara, Partai Petani lebih dari 15%, dan peringkat ketiga diduduki Uni Demokratik, partainya Hanna Suchocka, yang menjaring lebih dari 10% suara. Sedangkan partai baru yang didirikan tokoh Solidaritas Lech Walesa, yakni Kelompok Nonpartai Pendukung Reformasi atau singkatan nama aslinya BBWR, menduduki posisi paling buncit, hanya meraih lebih dari 5%. Perlu diketahui, yang ingin dicapai Presiden Walesa dari pemilu yang dimajukan ini adalah perampingan jumlah partai di parlemen. Untuk ini ia berhasil: dari 29 partai, kini yang diwakili di parlemen hanya 6 partai. Tapi perampingan di parlemen tak lalu berarti harapan kedua Walesa terwujud, yakni sebuah pemerintahan yang kuat. Dari 460 kursi di parlemen, Aliansi Kiri meraih 173 kursi, Partai Petani 132 kursi, Uni Demokratik 69, Persatuan Buruh 42, Konfederasi untuk Polandia Merdeka 24, dan BBWR 20 kursi. Meski hanya harus mencari partai yang memiliki 58 kuris atau lebih, Ketua Aliansi Kiri, Alexander Kswaniewski, kini cukup pusing. Paling aman tentu saja menarik Partai Petani. Tapi ini akan menyebabkan jalannya pemerintahan terantuk-antuk dalam mengelola ekonomi. Soalnya, bekas salah seorang menteri muda semasa pemerintahan komunis itu telanjur menjanjikan kenaikan pensiun dan subsidi sosial dan kesehatan. Dan kalau Partai Petani masuk dalam pemerintahan, artinya harus pula menaikkan subsidi buat petani, yang memang dijanjikan dalam kampanye Partai Petani. Dari mana memperoleh uang untuk itu semua tanpa membahayakan keuangan negara dan tanpa memacu inflasi? Dan semua tahu, itu sangat membahayakan reformasi. Soalnya, meski kedua partai itu dulu pendukung Marxisme dan ekonmi sentralistis, kini mereka tahu untungnya menjalankan reformasi, meski dengan kritik. Mencoba berkoalisi dengan partainya Suchocka, mustahil. Sama- sama ingin meggelindingkan roda reformasi secara aman, dalam pemikiran dua partai ini, Aliansi Kiri dan Uni Demokratik, tak sejalan. Sebagaimana dijalankan oleh Suchocka, ia ingin reformasi dijalankan tuntas. Maka, ia memotong berbagai subsidi, bahkan mendevaluasi mata uang Polandia, zloty, sampai 5% terhadap dolar AS. Korban tentu saja berjatuhan di kalangan rakyat. Tapi waktu itu perdana menteri yang masih lajang ini yakin, terbentuknya ekonomi yang kuat memang harus melalui jalan sukar. Dan sebenarnya ia benar, setidaknya inflasi bisa ditekan. Sedangkan Aliansi Kiri ingin reformasi dengan sedikit korban, bahkan kalau bisa tanpa korban. Caranya, dilakukan pelan-pelan. Di luar kedua partai itu, Aliansi Kiri mesti menarik masuk sedikitnya dua partai, untuk mencapai jumlah kursi lebih dari 231. Ini sulit. Partai Buruh mau berkoalisi hanya bila Uni Demokratik juga bergabung. Sedangkan kedua partai sisanya, seandainya dua-duanya bersedia berkoalisi dengan Aliansi Kiri, belum juga mencapai jumlah suara cukup untuk menjadi mayoritas Konfederasi untuk Polandia Merdeka dan BBWR, total, cuma punya 44 suara, masih kurang 14 suara yang diperlukan untuk mencapai jumlah minimal yang disyaratkan. Jadi, jauhkah harapan Kswaniewski untuk duduk sebagai perdana menteri? Mungkin memang jauh. Justru, Partai Petani punya kesempatan mendudukan orangnya sebagai kepala pemerintahan baru. Berdasarkan pol belum lama ini, tentang siapa yang layak menjadi perdana menteri, Waldemar Pawlak, Ketua Partai Petani, mendapat 19% suara. Kswaniewski hanya memperoleh 7%. Pawlak memang bukan orang baru di percaturan politik Polandia. Juni tahun lalu, ketika krisis terjadi di pemerintahan Perdana Menteri Jan Olszewski, Presiden Walesa menunjuk Pawlak untuk menggantikan Olszewski. Tapi sebulan kemudian ia ditarik kembali oleh Walesa karena Pawlak tak berhasil mendapat dukungan yang cukup untuk membentuk koalisi. Walesa kemudian menunjuk Hanna Suchocka. Walhasil, siapa pun nanti yang menjadi perdana menteri, ia hanya akan kuat sejauh bisa menjalankan reformasi yang agak longgar dengan korban sesedikit mungkin. Ada yang bilang itu bisa dilakukan, terutama bila panen tahun ini sukses besar. Andi Reza Rohadian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus