WALAUPUN masih merupakan teka-teki, orang di Beijing yakin bahwa
Ketua Hua Guo-feng berada dalam tahanan rumah. Setidaknya sebuah
sajak yang berjudul Selamat Jalan, Jabatan yang Abadi dimuat
oleh Harian Rakyat, pertengahan Desember. Isinya:
Jangan puja saya secara buta
Banyak kesalahan yang telah saya lakukan
Sekarang saya tetapkan untuk memindahkan kursi emas ini, yang
saya siapkan untuk kader: Jabatan yang abad
Sajak ini merupakan khas Cina bila menyerang seseorang secara
tak langsung. Sasarannya jelas, Ketua Hua yang ditunjuk sebagai
pewaris kekuasaan beberapa hari sebelum Mao Zedong wafat. Dan
belakangan ini pers Cina terus-menerus mengritik sistem jabatan
seumur hidup, yang pernah berlaku untuk Mao.
Serangan terhadap mendiang Mao yang semakin galak ini pada
dasarnya ditujukan kepada Hua. Namun mengenai sas-sus bahwa Hua
ditahan, Kementerian Luar Negeri RRC secara tegas membantahnya.
"Itu betul-betul menertawakan dan dibuat-buat," kata jurubicara
Kemlu. Tapi ketika ditanya di mana Hua sekarang, pejabat Kemlu
itu juga tak tahu. Ia terakhir muncul di depan publik, 27
November, ketika menyambut PM Rumania, Ilie Verdet.
Maka banyak peninjau berkesimpulan bahwa kejatuhan Hua hanya
menunggu waktu. Ada yang menduga Hua akan berhenti pada awal
tahun 1981, setelah pertemuan Sentral Komite Partai Komunis
Cina.
Menurut sebuah laporan, kritik terhadap Hua telah disebarkan
dalam bentuk dokumen yang berjumlah ribuan eksemplar. Dan kritik
itu meliputi berbagai kegiatan Hua semasa Revolusi Kebudayaan.
Juga ketika ia menjabat Menteri Keamanan Umum tahun 1972-76,
pada periode 'Komplotan Empat' yang dipimpin janda Mao, Jiang
Qing, masih berkuasa.
Konon, demikian sumber diplomatik di Beijing, sudah ada
persetujuan bahwa Hua akan mengundurkan diri asal
keterlibatannya tidak diungkapkan dalam proses pengadilan
'Komplotan Empat'. Bila Hua mengundurkan diri, kelompok Deng
Xiao-ping diduga akan semakin leluasa menjalankan program
modernisasi. Selama ini secara diam-diam Hua menolak sistem
insentif demi peningkatan produksi. Bahkan pernah ia
memperingatkan, "insentif materi seharusnya tidak menggantikan
tempat politik." Ini adalah gagasan Mao.
Ketua Hua Guo-feng, 59 tahun, yang baru September lalu
menyerahkan jabatannya sebagai PM kepada Zhao Ziyang, memang
sulit untuk membebaskan diri dari ajaran Mao. Sebagai pewaris
Mao, ia sulit untuk berbalik 180 derajat. Inilah yang
membedakannya dengan Deng, yang semasa Mao berkuasa sudah
melancarkan aksi oposisi. Bahkan dalam masa disingkirkan ia
sempat menyusun kekuatan secara diam-diam, dengan membina
sejumlah kader yang kemudian jadi penggerak modernisasi. Antara
lain, PM Zhao Ziyang dan Sekjen PKC Hu Yaobang.
Pembalasan
Santernya berita rencana pengunduran diri Hua ini tentu saja tak
bisa dilepaskan dari aksi de-Maoisasi yang dilancarkan kelompok
Deng. Seperti pernah dikemukakan Hu Yaobang dalam wawancara
Aug, suara resmi Partai Komunis Yunani: "Tak ada satupun yang
benar atau positif selama Revolusi Kebudayaan. Apa yang terjadi
adalah negatif," ujar Hu.
Hu Yaobang, 61 tahun, memulai karirnya dari bawah. Ia pernah
memimpin partai di tingkat distrik. Semasa Revolusi Kebudayaan
ia juga mengalami nasib yang sama dengan Deng, dicopot dari
kedudukannya. Dan ia rupanya sudah dipersiapkan a4an
menggantikan Hua. Namun 'pembersihan' terhadap kelompok Hua
mungkin agak berbeda dengan apa yang dilakukan 'Komplotan Empat'
di masa jayanya. Kalangan analis politik tidak begitu percaya
bahwa kelompok pragmatis ini akan menggunakan cara kekerasan.
"Mereka menginginkan lawan dicopot, tapi mereka juga memelihara
lingkungan yang stabil untuk melaksanakan program modernisasi,"
kata seorang pengulas politik. Dengan kata lain, kelompok Deng
mungkin tak akan melancarkan suatu Revolusi Kebudayaan yang
baru, hanya untuk membersihkan pendukung Mao. Buat mereka
pembalasan cukup pada satu orang. Yaitu Hua Guofeng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini