Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kelompok Advokasi AS Klaim Ada 100.000 Mayat di Kuburan Massal di Suriah

Kuburan massal di Suriah diduga berisi korban kekejaman eks Presiden Bashar Al Assad.

17 Desember 2024 | 17.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Abo Khaled, berjalan melewati lokasi kuburan massal dari pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah, setelah al-Assad digulingkan, di Najha, Suriah, 15 Desember 2024. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala organisasi advokasi Suriah yang berbasis di Amerika Serikat pada Senin mengatakan terdapat kuburan massal di luar Damaskus yang berisi jasad. Diperkirakan sedikitnya 100.000 orang dibunuh oleh mantan pemerintahan presiden yang terguling, Bashar Al Assad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mouaz Moustafa mengatakan dalam wawancara telepon dari Damaskus yang dilansir dari Reuters, bahwa kuburan massal di al Qutayfah, yang terletak 40 kilometer di utara ibu kota Suriah, adalah salah satu dari lima yang telah diidentifikasi selama bertahun-tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seratus ribu mayat adalah perkiraan paling konservatif dari jumlah jenazah yang dikubur di lokasi tersebut," kata Moustafa, kepala Satuan Tugas Darurat Suriah. "Itu perkiraan yang sangat, sangat, sangat, hampir tidak adil dan konservatif."

Moustafa mengatakan bahwa ia yakin ada lebih banyak kuburan massal selain kelima lokasi tersebut. Kuburan massal itu tak hanya untuk korban yang merupakan warga Suriah, juga terdapat warga negara AS, Inggris, dan warga negara asing lainnya.

Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan telah terbunuh sejak 2011. Saat itu Bashar Al Assad melakukan tindakan keras atas protes terhadap pemerintahannya. Krisis di Suriah pun berkembang menjadi perang saudara berskala penuh.

Bashar Al Assad dan ayahnya Hafez, yang menjabat sebagai presiden sebelumnya, dituduh oleh warga Suriah, kelompok hak asasi manusia dan pemerintah lain melakukan pembunuhan di luar hukum. Mereka disebut melakukan eksekusi massal di dalam sistem penjara yang terkenal kejam di negara itu.

Bashar Al Assad berulang kali membantah bahwa pemerintahannya melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Ia menggambarkan para pengkritiknya sebagai ekstremis.

Duta Besar Suriah untuk PBB Koussay Aldahhak tidak segera menanggapi permintaan komentar. Ia memangku jabatan tersebut pada bulan Januari saat Assad masih berkuasa. 

Kepada wartawan pekan lalu, ia mengatakan sedang menunggu instruksi dari otoritas baru. Ia mengatakan akan terus membela dan bekerja untuk rakyat Suriah.

Moustafa tiba di Suriah setelah Assad terbang ke Rusia. Pemerintahan Assad runtuh usai serangan kilat oleh pemberontak yang mengakhiri lebih dari 50 tahun kekuasaan tangan besi keluarganya.

Ia mengaku khawatir lokasi kuburan tidak aman. Menurut Moustafa, kuburan perlu dilestarikan guna melindungi barang bukti untuk penyelidikan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus