Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hari terakhir, tuan smith ?

Mozambik menyatakan perang terhadap rodesia. pasukan kuba dan tank-tank rusia tampaknya mulai mengambil posisi. pemerintah kulit putih di rodesia di perkirakan akan berakhir. (ln)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Angola perang praktis selesai. Pasukan Marxis MPLA yang dibantu Uni Soviet dan Kuba menang, dan pengakuan diplomatik mengalir dari banyak penjuru. Tiba-tiba, bahaya perang mendekati Rodesia, negeri yang dikuasai minoritas kulit putih itu. Kepala Negara tetangga, Presiden Machel dari Mozambik menyatakan perang terhadapnya. Mozambik, yang diperintah oleh kaum Marxis kulit hitam berbatasan sepanjang 1300 Km dengan Rodesia. Pekan lalu, Presiden Machel menutup perbatasan itu. Bahkan akhir pekan lalu dikabarkan oleh sumber-sumber Barat bahwa pasukan Kuba dan tank-tank Rusia telah mendarat di Beira, sebuah pelabuhan Mozambik. Tapi di ibukota Rodesia, Salisbury, Menteri Pertahanan Van Der Byl menyatakan bahwa tak ada buktinya desas-desus itu. Tapi toh Van Der Byl dan Perdana Menterinya, Ian Smith, tak bisa anggap enteng ancaman Mozambik. Menurut Menteri Pertahanan itu sendiri, musuhnya terdiri dari 1000 gerilyawan kulit hitam di hutan-hutan Rodesia dan 4000 sampai 5000 tentara di Mozambik serta Tanzania. Maka kekuatan tentara Rodesia yang 4500 kini diperluas. Dan buat pertama kalinya di bawah rezim kulit putih itu orang-orang hitam diangkat jadi perwira. Apakah orang-orang hitam yang bakal jadi mayoritas dalam pasukan itu kelak akan serius berperang mempertahankan pemerintahan Ian Smith yang rasialis itu masih jadi pertanyaan. Apalagi Rodesia terpencil di benua hitam itu -- kecuali dalam hubungannya dengan Arrika Selatan yang juga rasialis. Pernyataan Mozambik misalnya segera dapat dukungan dari Presiden Kaunda dari Zambia: "Kami akan berdiri di belakang Mozambik". kata Presiden yang sebetulnya tergolong moderat dalam menghadapi pemerintahan-pemerintahan kulit putih itu. Juga Sekjen PBB, Kurt Waldheim, dikabarkan menyatakan simpatinya kepada Mozambik. PBB memang sejak hampir 10 tahun menyerukan sanksi ekonomi terhadap Rodesia. Bahkan Inggeris, pekan lalu menyatakan mendukung "sanksi ekonomi" yang dilakukan Mozambik. Inggeris memang sejak Rodesia memisahkan diri dari London, 11 Nopember '65 menyatakan sikap tak senang kepada Ian Smith. Desakan internasional macam itu yang menyebabkan Smith mencoba berunding dengan penduduk kulit hitam. Tapi dalam perundingan dengan Joshua Nkomo, wakil pihak hitam, tentang patisipasi penduduk pribumi dalam politik Rodesia, Smith bertele-tele. Ia bersedia melihat ikut sertanya kulit hitam dalam percaturan politik kelak -- 20 atau 30 tahun mendatang. Nkomo menuntut: 2 tahun saja. Dan perundingan gagal. Jelas bahwa langkah-langkah Uni Soviet dan Kuba dalam perang saudara Angola memberi semangat bagi gerilyawan hitam di Rodesia. Dalam perang saulara yang banyak dicampur-tangani luar itu, pasukan Kuba yang masuk membela MPLA berhadapan dengan antara lain, pasukan Afrika Selatan yang mendeking UNITA. Siapa tahu pasukan Kuba akan juga membantu gerilyawan hitam melawan pasukan Ian Smith kini? Bukankah almarhum Che Guevara, pahlawan revolusi Kuba, juga kabarnya bercita-cita ikut dalam perjuangan pembebasan bangsa Afrika? Ekonomi Tapi belum tentu segampang itu bagi Kuba. Banyak tentaranya yang gugur di dalam perang Angola. Meskipun campur tangan -- atau bantuan -- Uni Soviet sama sekali bukan mustahil buat melabrak Ian Smith sambil menanam pengaruh lebih kukuh di Afrika. Dan jika itu terjadi, hari-hari terakhir Ian Smith sudah boleh dihitung mulai sekarang. Soalnya adalah sampai sejauh mana Mozambik bisa bertahan dengan peperangan yang sudah dinyatakannya itu. Sampai pekan lalu, yang terjadi barulah penahanan 2 orang petugas kereta api Rodesia oleh pejabat Mozambik -- yang sebelumnya sudah menahan 18 orang Rodesia. Dan konflik yang terjadi selama ini memang berhubungan dengan pengejaran gerilyawan hitam ke dalam perbatasan Mozambik, oleh tentara Ian Smith. Untuk konflik yang lebih besar, banyak orang di Rodesia meremehkan kekuatan lawannya itu. Pernyataan perang Presiden Machel "khas politik gaya Afrika" kata seorang pejabat di Salisbury. Artinya, bila ekonomi dalam negeri lagi ruwet, alihkan perhatian rakyat ke luar negeri. Sebelumnya dikabarkan Mozambik minta Rodesia mengirim lehih banyak jagung, karena bahaya kelaparan di beberapa tempat, setelah gagalnya panen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus