Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hidup berkupon di polandia

Gerakan serikat buruh solidaritas semakin merisaukan pimpinan puwp. keadaan semakin merosot, untuk mendapatkan bahan makanan orang-orang harus antri dan barang belum tentu ada. (ln)

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASALAH pemogokan, pembajakan pesawat terbang, demonstrasi untuk "roti dan kemerdekaan", ransum daging atau tersendatnya arus listrik-semua itu bukan hal yang aneh lagi di Polandia akhir-akhir ini. Juga keharusan antre memperoleh makanan sudah jadi rutin. Dan antre ini sering dijadikan lelucon. Contoh: Suatu hari, seorang Polandia kesal sekali melihat presidennya jadi boneka dari negara "beruang merah". "Saya akan membunuhnya," katanya. Dan pergilah dia ke Istana Belweder, tempat presiden itu berada. Tak berapa lama, dia kembali dengan lesu. Kenapa? "Ternyata di sana antreannya juga panjang. Dan aku sudah bosan antre," ceritanya pada temannya. Lelucon tersebut, menurut wartawan TEMPO Toeti Kakiailatu, suatu gambaran betapa merosotnya martabat orang partai. Berikut ini laporannya sekembali dari Gdansk: Paling Bahaya Kota pelabuhan ini, yang menghadap ke Laut Baltik, berpenduduk tidak lebih dari 2 juta. Di Gdansk inilah gerakan Solidanosz (Solidaritas) lahir. Presiden Henryk Jablonski dan Ketua Partai Komunis Polandia (PUWP) Stanislaw Kania merestuinya tahun lalu. Tapi Solidaritas, gerakan serikat buruh yang ingin bebas, kini semakin : merisaukan pimpinan PUWP. Kongres Solidaritas I baru saja berlangsung di Gdansk. Gedung olahraga Olivia didatangi oleh 892 delegasi dari 38 wilayah. Salah satu hal dari kongres itu yang membuat marah Moskow (dan mendapat kecaman keras dari Tass, kantor berita resmi Soviet) ialah ajakan Solidaritas kepada rekan-rekannya di negara Eropa Timur lainnya, agar juga mendirikan pergerakan yang sama. Koran Angkatan Darat Polandia, Zolnierz Wolnosci, memperingatkan Solidaritas "telah bermain politik yang paling berbahaya." Solidaritas memang nyaris tersapu. Bersamaan dengan kongresnya, latihan perang-perangan berlangsung di Laut Baltik dan bagian Polandia yang berbatasan dengan Uni Soviet. Latihan Pakta Warsawa ini dianggap terbesar setelah Perang Dunia II. Koran Solidarnosz memperingatkan lewat sejumlah foto serbuan Soviet ke Cekoslowakia tahun 1968. September ini, di penghujung musim panas, taman-taman penuh dengan kembang di beberapa bagian kota Warsawa. Banyak orang duduk santai di taman. Dan kehidupan malam dengan stritease atau disko tetap saja berlangsung seperti biasa. Tak begitu terasa suasana tegang, jika betul ada ancaman Soviet. Tapi di daerah pemukiman, penduduk tampak antre. "Untuk daging setengah pon saja, saya harus antre satu jam," kata seorang wanita setengah baya. "Dan lihatlah kupon-kupon ini," kata nyonya yang lain, "tidak berharga sama sekali karena makanan di toko kosong". Roti, gula, daging, garam dan tepung bisa didapat lewat kupon. Kupon daging ada, tetapi dagingnya sendiri sering absen di toko pemerintah. Ketidakberesan dalam distribusi bahan makanan pokok ini membuat Solidaritas makin menuntut partisipasi dalam pengelolaan semua bidang industri. Manajemen dituntut supaya dipilih secara demokratis, bukan diangkat oleh PUWP. Sementara ini pemerintah setuju, asal itu menyangkut proyek kecil saja. Jubir kantor Perdana Menteri, Jerzy Urban, berkata: "Kami bersedia bekerjasama dengan rnereka. Pelajaran dari Solidaritas kami anggap berharga sekali." Namun pemerintah ternyata tak bisa memenuhi semua tuntutan Solidaritas. Terutama tuntutan akan pemilihan bebas demokratis bagi anggota parlemen (Sejm). Sementara itu, semakin banyak orang yang bangga mengenakan lambang Solidaritas di dada. Jumlah anggota Solidaritas diperkirakan 10 juta, di antaranya 40% kaum buruh. Dan cukup banyak pengikut Solidaritas yang uga anggota PUWP. Bogdan Lis, misalnya, anggota PUWP yang kini menjadi "otak penggerak" Solidaritas. Hubungan Solidaritas dan gereja tampaknya lebih erat. Gereja selama ini dianggap jembatan penghubung yang baik antara Solidaritas dan pemerintah. "Tetapi jangan lupa, kelompok mayoritas yang tak bersuara," kata Urban. "Lebih baik kita tunggu saja awal Oktober." Solidaritas akan berkongres lagi, 3 Oktober. Salah satu acara yang dianggap seru ialah pemilihan pimpinan baru (lihat Yang Jemu Antre Daging). Salah seorang anggota panitia Kongres berpendapat "Saya ragu Walesa akan terpilih kembali. Saingannya ada sekitar 750 kandidat." Sebetulnya kehidupan 33 juta penduduk Polandia tidak diramaikan oleh soal Solidaritas dan pemerintahnya saja. Negara itu nyaris bangkrut. Utangnya di akhir 1980 berjumlah US$ 23.000 juta. Royal Institute of International Affairs di London menulis bahwa tahun ini saja Polandia memerlukan dana US$ 10.000 juta. Jumlah ini untuk melancarkan proyek pembangunan, impor bahan pangan dan cicilan utang serta bunganya. Duapertiga dari jumlah utangnya berasal dari bank-bank komersial negara Barat. Di hampir semua sektor produksi, terjadi penurunan hasil. Gandum harus diirnpor sebanyak 8 juta ton tahun ini, dan panen kentang terburuk dalam dua dasawarsa terakhir. Produksi daging turun 25% dari tahun 1979. Harga daging melonjak sampai 100% dan sering toko pemerintah tidak mempunyai persediaan daging sama sekali. Di "toko komersial" alias toko daging pribadi harganya jauh lebih mahal daripada harga yang disubsidi pemerintah. Belakangan ini bahkan pasta gigi dan silet cukur hilang dari pasaran. Musim dingin nanti diduga lebih dingin bagi Polandia. Produksi batubaranya enam bulan terakhir ini cuma 1,1 juta ton, dari 2,4 juta ton yang dijadwalkan. Sedang tentara sudah dikerahkan untuk turut menggali batubara. Korupsi juga menjadi salah satu sebab bobroknya situasi Polandia. Hingga telah dibentuk semacam TPK (Tim Pengawas Korupsi) yang dipimpin oleh Jenderal Moczar. Yang "kakap" dan yang melibatkan gengsi partai juga ada, tapi tidak selalu terungkap korupsinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus