MASALAH pemogokan, pembajakan pesawat terbang, demonstrasi
untuk "roti dan kemerdekaan", ransum daging atau tersendatnya
arus listrik-semua itu bukan hal yang aneh lagi di Polandia
akhir-akhir ini. Juga keharusan antre memperoleh makanan sudah
jadi rutin. Dan antre ini sering dijadikan lelucon.
Contoh: Suatu hari, seorang Polandia kesal sekali melihat
presidennya jadi boneka dari negara "beruang merah". "Saya akan
membunuhnya," katanya. Dan pergilah dia ke Istana Belweder,
tempat presiden itu berada. Tak berapa lama, dia kembali dengan
lesu. Kenapa? "Ternyata di sana antreannya juga panjang. Dan aku
sudah bosan antre," ceritanya pada temannya.
Lelucon tersebut, menurut wartawan TEMPO Toeti Kakiailatu, suatu
gambaran betapa merosotnya martabat orang partai. Berikut ini
laporannya sekembali dari Gdansk:
Paling Bahaya
Kota pelabuhan ini, yang menghadap ke Laut Baltik, berpenduduk
tidak lebih dari 2 juta. Di Gdansk inilah gerakan Solidanosz
(Solidaritas) lahir. Presiden Henryk Jablonski dan Ketua Partai
Komunis Polandia (PUWP) Stanislaw Kania merestuinya tahun lalu.
Tapi Solidaritas, gerakan serikat buruh yang ingin bebas, kini
semakin : merisaukan pimpinan PUWP.
Kongres Solidaritas I baru saja berlangsung di Gdansk. Gedung
olahraga Olivia didatangi oleh 892 delegasi dari 38 wilayah.
Salah satu hal dari kongres itu yang membuat marah Moskow (dan
mendapat kecaman keras dari Tass, kantor berita resmi Soviet)
ialah ajakan Solidaritas kepada rekan-rekannya di negara Eropa
Timur lainnya, agar juga mendirikan pergerakan yang sama. Koran
Angkatan Darat Polandia, Zolnierz Wolnosci, memperingatkan
Solidaritas "telah bermain politik yang paling berbahaya."
Solidaritas memang nyaris tersapu. Bersamaan dengan kongresnya,
latihan perang-perangan berlangsung di Laut Baltik dan bagian
Polandia yang berbatasan dengan Uni Soviet. Latihan Pakta
Warsawa ini dianggap terbesar setelah Perang Dunia II. Koran
Solidarnosz memperingatkan lewat sejumlah foto serbuan Soviet ke
Cekoslowakia tahun 1968.
September ini, di penghujung musim panas, taman-taman penuh
dengan kembang di beberapa bagian kota Warsawa. Banyak orang
duduk santai di taman. Dan kehidupan malam dengan stritease
atau disko tetap saja berlangsung seperti biasa. Tak begitu
terasa suasana tegang, jika betul ada ancaman Soviet. Tapi di
daerah pemukiman, penduduk tampak antre. "Untuk daging setengah
pon saja, saya harus antre satu jam," kata seorang wanita
setengah baya. "Dan lihatlah kupon-kupon ini," kata nyonya yang
lain, "tidak berharga sama sekali karena makanan di toko
kosong". Roti, gula, daging, garam dan tepung bisa didapat lewat
kupon. Kupon daging ada, tetapi dagingnya sendiri sering absen
di toko pemerintah.
Ketidakberesan dalam distribusi bahan makanan pokok ini membuat
Solidaritas makin menuntut partisipasi dalam pengelolaan semua
bidang industri. Manajemen dituntut supaya dipilih secara
demokratis, bukan diangkat oleh PUWP. Sementara ini pemerintah
setuju, asal itu menyangkut proyek kecil saja.
Jubir kantor Perdana Menteri, Jerzy Urban, berkata: "Kami
bersedia bekerjasama dengan rnereka. Pelajaran dari Solidaritas
kami anggap berharga sekali." Namun pemerintah ternyata tak bisa
memenuhi semua tuntutan Solidaritas. Terutama tuntutan akan
pemilihan bebas demokratis bagi anggota parlemen (Sejm).
Sementara itu, semakin banyak orang yang bangga mengenakan
lambang Solidaritas di dada. Jumlah anggota Solidaritas
diperkirakan 10 juta, di antaranya 40% kaum buruh. Dan cukup
banyak pengikut Solidaritas yang uga anggota PUWP. Bogdan Lis,
misalnya, anggota PUWP yang kini menjadi "otak penggerak"
Solidaritas.
Hubungan Solidaritas dan gereja tampaknya lebih erat. Gereja
selama ini dianggap jembatan penghubung yang baik antara
Solidaritas dan pemerintah. "Tetapi jangan lupa, kelompok
mayoritas yang tak bersuara," kata Urban. "Lebih baik kita
tunggu saja awal Oktober."
Solidaritas akan berkongres lagi, 3 Oktober. Salah satu acara
yang dianggap seru ialah pemilihan pimpinan baru (lihat Yang
Jemu Antre Daging). Salah seorang anggota panitia Kongres
berpendapat "Saya ragu Walesa akan terpilih kembali. Saingannya
ada sekitar 750 kandidat."
Sebetulnya kehidupan 33 juta penduduk Polandia tidak diramaikan
oleh soal Solidaritas dan pemerintahnya saja. Negara itu nyaris
bangkrut. Utangnya di akhir 1980 berjumlah US$ 23.000 juta.
Royal Institute of International Affairs di London menulis bahwa
tahun ini saja Polandia memerlukan dana US$ 10.000 juta. Jumlah
ini untuk melancarkan proyek pembangunan, impor bahan pangan dan
cicilan utang serta bunganya. Duapertiga dari jumlah utangnya
berasal dari bank-bank komersial negara Barat.
Di hampir semua sektor produksi, terjadi penurunan hasil. Gandum
harus diirnpor sebanyak 8 juta ton tahun ini, dan panen kentang
terburuk dalam dua dasawarsa terakhir. Produksi daging turun 25%
dari tahun 1979. Harga daging melonjak sampai 100% dan sering
toko pemerintah tidak mempunyai persediaan daging sama sekali.
Di "toko komersial" alias toko daging pribadi harganya jauh
lebih mahal daripada harga yang disubsidi pemerintah. Belakangan
ini bahkan pasta gigi dan silet cukur hilang dari pasaran.
Musim dingin nanti diduga lebih dingin bagi Polandia. Produksi
batubaranya enam bulan terakhir ini cuma 1,1 juta ton, dari 2,4
juta ton yang dijadwalkan. Sedang tentara sudah dikerahkan untuk
turut menggali batubara.
Korupsi juga menjadi salah satu sebab bobroknya situasi
Polandia. Hingga telah dibentuk semacam TPK (Tim Pengawas
Korupsi) yang dipimpin oleh Jenderal Moczar. Yang "kakap" dan
yang melibatkan gengsi partai juga ada, tapi tidak selalu
terungkap korupsinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini