Dari balik sel berjeruji yang sempit di penjara federal Supermax di Florence, Colorado, tak banyak yang bisa disaksikan Timothy James McVeigh. Selama enam tahun terakhir, ia melalukan waktu dalam kamar berukuran 2x3 meter dengan membaca kliping koran, menulis surat, serta menonton televisi hitam-putih berukuran mini di sudut selnya. Tatkala ia dipindahkan ke penjara Terre Haute, di Negara Bagian Indiana, beberapa waktu silam, pria berusia 33 tahun ini kian terisolasi dari dunia luar. Pengadilan federal Amerika Serikat (AS) menjatuhkan hukuman mati kepada McVeigh untuk kasus pengeboman Kota Oklahoma pada 1995, yang menewaskan 168 orang. Di Terre Haute, nyawa pria muda itu seharusnya ditamatkan?atas nama hukum?di ujung sebilah jarum suntik pada Rabu pekan ini. Namun pengumuman mendadak dari Jaksa Agung AS John Ashcroft, Jumat silam, tiba-tiba membuat nyawa McVeigh bertambah panjang tiga pekan lebih.
Acara suntik mati itu ditunda pada 11 Juni. Menurut Ashcroft, penundaan ini diperlukan untuk memberi kesempatan pada tim pembela McVeigh mengecek kembali sejumlah materi investigasi FBI--biro penyelidik federal AS. Materi tambahan itu baru muncul pada Kamis lalu dan tim pembela perlu mengeceknya dahulu sebelum hukuman mati itu dilaksanakan. Presiden AS George W. Bush mendukung keputusan Ashcroft: "Saya amat yakin Jaksa Agung telah membuat keputusan tepat," ujar Bush.
Namun, Terre Haute telanjur ramai oleh aliran wartawan dan pengunjung dari seantero negeri. Polisi berseliweran di mana-mana. Para agen FBI disebar di sudut-sudut kota. Terletak 121 kilometer sebelah barat daya Indianapolis?ibu kota Negara Bagian Indiana?Terre Haute memiliki penjara dengan fasilitas hukuman mati. Itulah alasan pengadilan fe-deral memindahkan terhukum McVeigh ke tempat itu. Untuk mengantisipasi banjir massa, polisi menyediakan dua taman kota untuk keperluan mereka berdemo.
Pro dan kontra terhadap vonis cabut nyawa ini sempat menaikkan suhu musim panas di AS pekan-pekan ini. Apalagi pengadilan fe-deral baru menjatuhkan kembali jenis hukuman ini setelah 38 tahun. Tapi McVeigh sendiri tampaknya tenang-tenang saja. Ia menantang pengadilan federal agar kematiannya diberitakan secara terbuka untuk publik: "Selama ini kita mempertontonkan eksekusi di negara lain. Ironis bahwa kini kita takut memperlihatkan bahwa Amerika menerapkan hukuman yang sama," ia menjawab wawancara tertulis Fox News.
Siapakah Tomothy McVeigh? Pria ini dijatuhi hukuman mati dengan 11 dakwaan?termasuk tuduhan menewaskan delapan agen federal dalam tragedi di Kota Oklahoma, 19 April 1995. Sepak terjang McVeigh menewaskan 168 orang?19 di antaranya anak-anak. Wajah McVeigh yang polos dan bersih membuat orang sulit percaya ia seorang pembunuh yang berbahaya. Namun, riwayatnya menunjukkan McVeigh sudah akrab dengan kekerasan sejak kecil.
Berasal dari keluarga kelas pekerja, McVeigh telah menghadapi perceraian orang tuanya pada usia 10 tahun. Anak sulung dari tiga bersaudara itu kemudian menetap bersama ayahnya di Pendleton, New York. Selepas SMU, ia mengambil kursus komputer dan menjadi sopir sebelum mendaftar di Angkatan Darat AS. Di bidang baru ini, McVeigh cepat saja menguasai kemahiran menggunakan senjata dan bahan peledak. Ia sempat dikirim ke Perang Teluk dan pernah menyabet penghargaan Bronze Star dan Combat Infantry Badge.
Toh, McVeigh tak puas menjalani kehidupan militer. Ia kembali ke Pendleton dan bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan. Sejak periode ini McVeigh mulai gemar pada kekerasan dan memusuhi pemerintah. Ia akrab dengan kelompok paramiliter, organisasi antipemerintah, serta mulai berjualan senjata. Tapi aktivitas bisnisnya berakhir pada 19 April 1995, tatkala ia meledakkan Murrah Building di Kota Oklahoma?sebuah perbuatan yang menggegerkan Amerika dan membuat mata dunia terbelalak. Dan jejak-jejak berdarah dari luka lama itu belum juga pulih.
Menjelang eksekusi--sebelum berita penundaan itu ke luar--sanak keluarga para korban telah berbondong-bondong ke Terre Haute untuk ikut "merasakan kematian McVeigh itu dari dekat". Ayah seorang putri yang tewas dalam tragedi itu berkata: "Saya ke kota ini hanya untuk memastikan bahwa si jahanam itu betul-betul sudah berlalu." Ia tiba di Terre Haute, Indiana, menjelang akhir pekan silam bersama serombongan warga dari Negara Bagian Oklahoma. Sementara itu, di Kota Oklahoma, warga kota sibuk menghitung mundur hari-hari menjelang eksekusi dan menantikan saat jarum suntik beracun menancap di urat nadi James Timothy McVeigh.
Purwani Diyah Prabandari (WP, Reuters, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini