Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Imelda dan tiga ribu pasang sepatu

Perlengkapan rumah tangga keluarga marcos & 3.000 pasang sepatu imelda dipamerkan di malacanang. imelda dikenal pemboros. mereka mulai tak betah di pengasingan. bbrp negara menolak menerima mereka. (ln)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIMANA rasanya bila Anda mempunyai 3.000 pasang sepatu? Tak terbayangkan, memang. Tapi ini benar-benar ada. Pemiliknya: Imelda Marcos, 54, istri bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos, yang digulingkan akhir Februari lalu. Sepatu warna-warni berukuran 8 1/2, sekitar seribu gaun mahal, lima ratusan BH, berbotol-botol minyak wangi mahal, dan masih banyak lagi perlengkapan rumah tangga milik keluarga Marcos lainnya sejak pekan lalu dipamerkan di Istana Malacanang. Barang-barang tersebut tampaknya sengaja dipajang, agar keserakahan Imelda dapat dipamerkan lebih nyata pada mata dunia. Seorang anggota Kongres AS, Stephen Solarz, sampai geleng kepala melihat barang-barang yang dipamerkan itu, sehingga Solarz, yang dikenal anti-Marcos itu, minggu lalu mengumumkan "ensiklopedi korupsi" setebal 2.300 halaman. Dokumen yang disita petugas pabean AS dan Marcos ketika ia mengungsi ke Hawaii membuktikan, Marcos telah menggunakan dana US$ 10 milyar bagi kepentingan diri sendiri. Di dalam dokumen itu, misalnya, disebut Marcos telah menggunakan dana inteligen US$ 1,5 juta, untuk membiayai perjalanan safari istrinya Imelda ke Kenya dan berbelanja ke New York. Suatu hari, misalnya, ketika Imelda berada di Waldorf Towers, New York, ibu negara itu menghamburkan ratusan dolar kepada petugas hotel itu dan pernah menghadiahkan sebuah arloji merk Cartier pada seorang penjaga pintu. Tak hanya itu. Imelda yang dikenal royal pernah menghabiskan US$ 5 juta dalam dua minggu di New York, kemudian US$ 3,5 juta lagi di Roma dalam beberapa minggu, yang diakhiri dengan membeli beberapa lukisan Michelangelo seharga US$ 43,5 juta. Itu belum seberapa, Ibu Negara Filipina yang senang disebut Superma'am -- sanggup menghabiskan US$ 12 juta dalam sehari. Uang sebanyak itu dipakainya membeli seperangkat perhiasan berlian di Swiss. Dari dokumen Solarz itu diketahui bahwa Marcos menjadi salah seorang penyumbang kampanye Reagan pada 1980, ketika Reagan belum menjadi Presiden AS. Reagan bersama Carter menerima sumbangan masing-masing US$ 50.000, yang dibuktikan kebenarannya dengan keterangan Dr. Leonilo Malabed seorang kawan dekat Marcos, yang menjadi perantara antara kedua pemimpin negara tersebut. Setelah Reagan terpilih menjadi Presiden AS, Imelda pun tak tinggal diam. Dia pernah memberi imbalan sejumlah uang bagi penjaga lift sebuah hotel, untuk mengatur agar Nancy dan Ronald Reagan dapat bersama-sama dengan dia dalam satu lift. Ibu negara yang pernah memimpikan dirinya menjadi ibu mertua Pangeran Charles dari Inggris ini tidak tanggung-tanggung dalam membekali ketiga anaknya. Anak tertua, Imee Marcos Manotoc, diberi kekuasaan mengontrol manajemen tiga stasiun televisi Filipina. Namun, karena kurang pengalaman, ketiga stasiun itu tak sanggup membayar sewa satelit Palapa milik Indonesia, dan menunggak utang Rp 4,2 milyar. Menantu Imelda, Gregorio Araneta, dibelikan sebuah perusahaan bis Pantranco. Uang pembelian sebesar US$ 39 juta, hasil pinjaman dua bank pemerintah Filipina, ternyata hingga kini masih belum dibayar. Sementara itu, anak bungsunya, Ferdinand Marcos Jr., didudukkan sebagai Presiden Direktur Philcomsat, sebuah perusahaan telekomunikasi di Filipina. Namun, si bungsu membawa lari US$ 500.000, tiga minggu sebelum ayah ibunya hengkang dari Malacanang. Perbuatan keluarga Marcos ini tentu saja membuat berang para pendukung Marcos di Ilocos Norte -- tempat kelahiran Marcos yang tetap membela dan tak mau menyalahkan Marcos. "Ini semua gara-gara Imelda. Dia bagai seorang setan perempuan di belakang Marcos," ujar seorang pejabat di sana. Tuduhan itu sebenarnya cukup beralasan. Imelda tampaknya memegang peranan penting di belakang Marcos, dalam kebijaksanaan politik, baik dalam negeri maupun luar negeri, apalagi dalam soal uang. "Marcos itu sederhana kok. Dia hanya punya sepasang sepatu selama tiga tahun dan sebuah baju barong Tagalog yang itu-itu juga," ujar Farinas, salah seorang pembantu dekatnya. Nasib keluarga Marcos dan 40 pengikutnya masih belum berketentuan hingga awal pekan ini. Imelda dan suaminya sudah mulai tak kerasan tinggal berlama-lama di Hawaii, karena banyaknya publikasi yang menyudutkan mereka, dan sikap para tetangga yang tak bersahabat. "Imelda tak sudi dikungkung di sini seperti seorang istri Napoleon yang dikurung di Elba," ujar Gubernur Honolulu Frank Fasi. Imelda konon berkcinginan kembali ke Filipina, "bila keadaan sudah normal kembali," tulis koran Manila The Evening Post. Menurut koran itu, Ny. Marcos telah menelepon seorang penjaga salah satu rumahnya di Provinsi Leyte dan mengatakan ia merencanakan untuk pulang dan tinggal di sana seumur hidupnya. Rupanya, mereka mulai merasakan tidak nyamannya tinggal di negara yang bukan tanah airnya. Sementara itu, beberapa negara, seperti Singapura, Indonesia, Jepang, Marokko, Meksiko, dan Spanyol, setelah pembicaraan panjang, menolak menerima mereka. "Kita menjauhkan diri dari sikap yang menyulitkan hubungan dengan sesama negara ASEAN," kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja memberi alasan. Pemerintah Panama, yang sudah didekati Washington, masih mempertimbangkan kedatangan kelompok orang Filipina yang terbuang itu meski pada mulanya telah menolak mereka. Banyak orang Panama yang menentang pemberian izin tinggal buat Marcos. "Akan menimbulkan skandal baru lagi bagi Panama," kata Ketua Partai Demokrasi Kristen Panama, memberi alasan. Panama pernah menerima Syah Iran, ketika digulingkan pada tahun 1980, sete!ah AS dan Meksiko menolak menerima raja itu. Didi Prambadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus