MINGGU siang yang lalu bintang penghibur adalah seorang nenek. Dan Titiek Puspa, siapa lagi, memang bukan cuma pencipta lagu dan penyanyi. "Orang biasa memanggil saya ini neli -- nenek lincah," kata nenek berusia 50 kurang satu itu, menghibur sekitar 2.000 penonton. Bergaun merah jambu, dengan lincah Titiek menciptakan suasana, membawakan humor segar, menyambut HUT majalah TEMPO ke-15, di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta. "Di Padang, lain lagi. Saya dipanggil neta - nenek gatal," ger . . . sambut penonton, yang tak lain tak bukan sanak keluarga majalah ini. Seloroh Titiek yang lain, dituding anak-anak kecil yang bergerombol di tepi panggung. "Pasti, anak-anak ini hasil ketikan." Wah! Yang kena tentunya orangtua mereka, yang notabene kuli-berita-ketikan. Semakin hot Titiek membadut, lalu dipanggilnya Kasino dari Warkop Prambors, diajak berduet. Mungkin ini pasalnya Titiek pantas mendapat gelar satu lagi: nenit -- nenek genit -- melihat gayanya membawakan lagu Romo Ono Maling (bapak ada maling). Tampil mengawali acara ini, Chicha Koeswojo, penyanyi yang sedang meningkat remaja. Maka, baru kali ini terjadi, Grace Simon, berduet dengan Chicha mengumandangkan lagu yang tengah pop, Madu dan Racun. Tentunya pula, personil Warung Kopi dilengkapi dengan pasukan orkes Pengantar Minum Racun. Titiek tak kalah lengkap. Mus Mualim, sang suami, ikut tampil bergabung dengan band pengiring dari Nada Jaya. Lagu terakhir, dari lima yang didendangkan Titiek, adalah medley, yang buntutnya berbunyi: tempo, tempo, . . . aku iki dibayar piro. Tempo, tempo . . . saya ini berapa dibayar. Tak berarti ia neal, nenek komersial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini