Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

India "terhasut"

India dan as curiga terhadap proyek nuklir pakistan. pakistan memulai program nuklirnya sejak zaman pemerintahan zulfikar ali bhutto. as mengurangi bantuan ekonominya ke pakistan. (ln)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAKISTAN, kata Presiden Zia ul-Haq, bersedia makan crumbs (remah-remah) jika perlu asalkan mendapat teknologi nuklir. Berbicara ketika menyambut bulan Ramadhan, Jenderal Zia menyebut teknologi nuklir untuk keperluan damai. Tapi sebagian pendengarnya tetap curiga bahwa Pakistan akan membikin bom nuklir. Kecurigaan itu pekan lalu terdengar dari New Delhi. "Kami tidak ingin ikut berlomba membuat bom atom, tapi jika Pakistan tetap bersikeras pada putusannya membuat bom atom, mungkin kita harus meninjau kembali seluruh persoalan ini," kata PM Charan Singh dalam pidato menyambut Hari Nasional India ke-32. Paling curiga adalah Amerika Serikat. Sejak awal tahun ini AS mengurangi bantuan ekonominya pada Pakistan dari $ 120 juta ke $ 40 juta setahun. Ini hanya karena AS takut kalau dana itu dipakainya untuk membangun senjata nuklir. Pakistan memulai program nuklirnya sejak zaman pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto. Ketika itu Bhutto yang April lalu menemui ajalnya di penjara pernah mengatakan: "Sekarang terdapat bom Hindu, bom Yahudi dan bom Nasrani. Karena itu sekarang harus ada juga bom Islam." Sejak itu betapapun seringkali Pakistan membantah, tetap saja orang luar curiga. Bahkan laporan CBS, jaringan teve Amerika, Juni lalu menuduh Pakistan menerima dana Libya untuk membikin senjata nuklir. Perancis hampir saja menjual suatu instalasi nuklir pada Pakistan. Rencana penjualan itu dibatalkan Perancis atas dcsakan AS setahun lalu. Suatu Intimidasi New York Times memberitakan bahwa Washington sedang mempertimbangkan suatu cara untuk melumpuhkan proyek nuklir Pakistan itu. Disebutnya malah tentang kemungkinan AS mengirim satuan komando untuk menghancurkannya. Deplu Pakistan kontan pekan lalu memanggil dutabesar AS Arthur J. Hummel Jr. karena berita NYT itu yang dianggapnya suatu "intimidasi" Washington. Juru bicara Deplu AS mengakui bahwa pemerintah AS pernah membicarakan soal proyek nuklir Pakistan tapi tiada maksud untuk melakukan aksi penghancuran. Namun kampanye urat saraf AS itu sempat memancing reaksi PM Charan Singh. Sebelumnya, 10 Agustus, senator Charles Percy (Republik, Illinois) berbicara di Kalkutta. Pakistan, demikian Percy, sedang mengembangkan suatu bom nuklir yang sanggup mencapai New Delhi, Bombay dan Kalkutta. Pernyataan semacam itu jelas suatu "hasutan" terhadap India, protes pihak Deplu Pakistan pada dutabesar Hummel. PM Singh dalam pidatonya memang menilai rencana Pakistan itu ditujukan terhadap India. India pernah tahun 1974 mencoba ledakan nuklirnya tapi telah berjanji untuk tidak membuat bom atom. Entahlah nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus