PAKISTAN, kata Presiden Zia ul-Haq, bersedia makan crumbs
(remah-remah) jika perlu asalkan mendapat teknologi nuklir.
Berbicara ketika menyambut bulan Ramadhan, Jenderal Zia menyebut
teknologi nuklir untuk keperluan damai. Tapi sebagian
pendengarnya tetap curiga bahwa Pakistan akan membikin bom
nuklir.
Kecurigaan itu pekan lalu terdengar dari New Delhi. "Kami tidak
ingin ikut berlomba membuat bom atom, tapi jika Pakistan tetap
bersikeras pada putusannya membuat bom atom, mungkin kita harus
meninjau kembali seluruh persoalan ini," kata PM Charan Singh
dalam pidato menyambut Hari Nasional India ke-32.
Paling curiga adalah Amerika Serikat. Sejak awal tahun ini AS
mengurangi bantuan ekonominya pada Pakistan dari $ 120 juta ke $
40 juta setahun. Ini hanya karena AS takut kalau dana itu
dipakainya untuk membangun senjata nuklir.
Pakistan memulai program nuklirnya sejak zaman pemerintahan
Zulfikar Ali Bhutto. Ketika itu Bhutto yang April lalu menemui
ajalnya di penjara pernah mengatakan: "Sekarang terdapat bom
Hindu, bom Yahudi dan bom Nasrani. Karena itu sekarang harus ada
juga bom Islam."
Sejak itu betapapun seringkali Pakistan membantah, tetap saja
orang luar curiga. Bahkan laporan CBS, jaringan teve Amerika,
Juni lalu menuduh Pakistan menerima dana Libya untuk membikin
senjata nuklir.
Perancis hampir saja menjual suatu instalasi nuklir pada
Pakistan. Rencana penjualan itu dibatalkan Perancis atas dcsakan
AS setahun lalu.
Suatu Intimidasi
New York Times memberitakan bahwa Washington sedang
mempertimbangkan suatu cara untuk melumpuhkan proyek nuklir
Pakistan itu. Disebutnya malah tentang kemungkinan AS mengirim
satuan komando untuk menghancurkannya.
Deplu Pakistan kontan pekan lalu memanggil dutabesar AS Arthur
J. Hummel Jr. karena berita NYT itu yang dianggapnya suatu
"intimidasi" Washington. Juru bicara Deplu AS mengakui bahwa
pemerintah AS pernah membicarakan soal proyek nuklir Pakistan
tapi tiada maksud untuk melakukan aksi penghancuran.
Namun kampanye urat saraf AS itu sempat memancing reaksi PM
Charan Singh. Sebelumnya, 10 Agustus, senator Charles Percy
(Republik, Illinois) berbicara di Kalkutta. Pakistan, demikian
Percy, sedang mengembangkan suatu bom nuklir yang sanggup
mencapai New Delhi, Bombay dan Kalkutta. Pernyataan semacam itu
jelas suatu "hasutan" terhadap India, protes pihak Deplu
Pakistan pada dutabesar Hummel.
PM Singh dalam pidatonya memang menilai rencana Pakistan itu
ditujukan terhadap India. India pernah tahun 1974 mencoba
ledakan nuklirnya tapi telah berjanji untuk tidak membuat bom
atom. Entahlah nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini