Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Resolusi no.242 teringat kembali

Delegasi kuwait mengusulkan resolusi baru/merubah resolusi 242 lewat dk pbb utk menyelesaikan soal palestina. carter akan memveto usul tersebut, andrew young yang bertemu dengan plo meletakkan jabatan. (ln)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH perang Mesir-Israel 1967, Dewan Keamanan PBB menelorkan resolusi no. 242 yang belum sempat dilaksanakan. Resolusi itu mengharuskan Israel keluar dari wilayah yang didudukinya. Dengan persetujuan Camp David 1978, pasukan Israel akhirnya harus mundur juga dari wilayah Mesir di Sinai. Penarikan mundur secara bertahap memang akan dijalankannya. Namun soalnya belum selesai di situ. Soal Palestina masih menjadi tanda tanya besar, yang menyebabkan amarah dunia Arab terhadap persetujuan Mesir-Israel yang diusahakan Presiden Carter di Camp David. Demi penyelesaian soal Palestina itu belakangan ini orang teringat kembali pada Resolusi 242, berarti kembali ke DK PBB. Delegasi Kuwait tampil dengan usul resolusi baru yang bertujuan merobah Resolusi 242 dan sekaligus meminta pengakuan atas rakyat Palestina untuk menentukan nasib dan kemerdekaannya. Inisiatif Kuwait itu diduga akan menjadi bahan perdebatan yang sengit dalam sidang DK PBB 25 Agustus ini. Bahwa Amerika Serikat menganggapnya serius, dutabesar Andrew Young yang kebetulan selama Agustus menjadi ktua DK PBB melangkah. Young bahkan bertemu dengan peninjau PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) untuk PBB, Zehdi Labib Terzi, atas prakarsa delegasi Kuwait. Pertemuan 20 menit itu akhirnya menggegerkan. Terutama Israel marah sekali. Menlu AS Cyrus Vance menegor Young yang dianggap sudah salah melangkah. Pertemuan Young-Terzi menimbulkan kesan seolah-olah AS mulai berobah politik Timur Tengahnya, dan akan mengakui PLO. Secara terbuka Washington kemudian menyalahkan Young karena tidak melaporkan sejujurnya tentang pertemuan tadi. "Tak betul kalau saya berdusta." tangkis Young, menjawab pertanyaan pers. Dia mengatakan langkahnya itu bisa dibenarkan sebagai ketua DK PBB, apalagi maksud semula hanya ingin bertemu dengan dutabesar Kuwait, Abdullah Yakub Bishara. Namun wakil PLO di situ hadir. Karena terlalu ricuh, Presiden Carter pun mengulang kembali sikapnya: "Saya menentang pembentukan negara Palestina." Seorang pejabat Gedung Putih lantas meyakinkan Israel bahwa AS akan memveto setiap rencana amendemen terhadap Resolusi 242 itu. Israel tenang kembali. Namun sebagian anggota Congrcss AS, terutama mereka yang pro Israel menuntut supaya Young dipecat saja. Young, tokoh kulit hitam, sejak jadi dulabesar di PBB memang sudah sering membikin rusuh kalangan Congress sebagai akibat berbagai keterangannya yang kontroversial. Dia kebetulan teman akrab Carter, ikut berjasa pada Jimmy menuju Gedung Putih. Kali ini serangan terhadap Young berarti juga memukul Carter. Melihat gejala ini, Young pekan lalu akhirnya menulis surat minta berhenti saja. Tiada pilihan lain, Carter mengabulkan permintaan itu sambil menulis surat "dengan rasa sangat menyesal" pada Young. Sekretaris pers Gedung Putih, Jody Powell, meneteskan air mata waktu membacakan surat itu. Mesir tampaknya punya sikap lain dalam menghadapi usul yang diajukan Kuwait itu. Menurut Menteri Negara Urusan Luar Negeri Mesir, Dr. Boutros Ghali, resolusi 242 itu tidak dapat dirobah, tapi perlu diberi keterangan tambahan atau pelengkap dengan sebuah resolusi baru yang menjamin pemulihan hak syah rakyat Palestina. "Kami ingin agar kepada rakyat Palestina diberi kesempatan menentukan masa depan mereka sendiri. Apakah mereka akan membentuk suatu federasi dengan Jordania ataukah dengan Israel, atau akan membentuk suatu negara merdeka sendiri," ujar Ghali. Sementara itu pertemuan Majelis Pusat PLO di Beirut pekan lalu secara tegas menolak setiap bentuk amendemen terhadap resolusi tersebut. Mereka hanya akan menerima sebuah resolusi baru yang menandaskan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dan pembentukan suatu negara Palestina merdeka. Namun karena sikap AS yang akan memveto, mungkin tak akan keluar sualu resolusi baru. Tapi mungkin pula dunia Arab sekali lagi menggunakan minyak sebagai senjatanya dalam hal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus