Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) Roy Soemirat memastikan Indonesia terus berkomitmen dan masih menjadi bagian dari Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBB melalui Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Indonesia bahkan merupakan kontributor pasukan terbesar di UNIFIL dengan menerjunkan sebanyak 1.230 personel. Bukan hanya Indonesia, PBB pun tetap mempertahankan keberadaan pasukan penjaga perdamaian di Lebanon hingga saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pasukan penjaga penjaga perdamaian dari Indonesia tetap melaksanakan tugasnya sesuai arahan Force Commander UNIFIL, dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan diri. Saat ini mereka dalam keadaan sehat,” kata Roy dalam keterangan tertulis pada Jumat, 22 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih lanjut, Roy juga menyebut Indonesia terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan keamanan dan keselamatan personel di Lebanon.
Sebelumnya, dua prajurit TNI yang bertugas di UNIFIL terkena tembakan tentara Israel atau IDF di Lebanon selatan pada Kamis, 10 Oktober 2024. Menurut Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI Mayor Jenderal Hariyanto, peristiwa itu terjadi di Tower Pengamatan Naquora, ketika IDF terlibat kontak tembak dengan Hizbullah.
Naquora merupakan salah satu titik pos yang dijaga oleh TNI. Di pos itu, ada personil pengamat situasi dari militer Indonesia yang bertugas di Lebanon. Dalam kontak tembak antara IDF dan Hizbullah itu, dia menyebut dua prajurit TNI terkena tembakan salah sasaran dari militer Israel. Peluru itu mengenai tower pengamatan yang dihuni oleh prajurit TNI.
Dalam sebuah pernyataan, UNIFIL mengatakan setiap serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional. Organisasi penjaga perdamaian, yang terdiri dari sekitar 10 ribu pasukan penjaga perdamaian dari 50 negara dan didirikan pada 1978. Pasukan Israel sengaja menembaki posisinya di sepanjang perbatasan.
Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan serangan itu merupakan perkembangan yang sangat serius. Israel sebelumnya telah meminta pasukan penjaga perdamaian untuk pindah dari “posisi tertentu” di dekat perbatasan.
"Tetapi kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk berkibar di selatan Lebanon,” ujar Tenenti.
“Jika situasi menjadi tidak memungkinkan bagi misi untuk beroperasi di Lebanon selatan, Dewan Keamanan akan memutuskan bagaimana cara melanjutkannya,” katanya. “Saat ini, kami bertahan, kami berusaha melakukan apa pun yang kami bisa untuk memantau dan memberikan bantuan,” ujarnya.
Pilihan editor: Relawan dan Tenaga Kesehatan Tewas dalam Serangan Israel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini