PRESIDEN Soeharto memukul gong, yang disambut tepuk tangan gemuruh, dan mulailah penataran 120 orang calon manggala P4 yang berasal dari berbagai orgamsasi masyarakat dan organisasi profesi. Upacara yang berlangsung di Istana Bogor Senin pekan ini disebut Ketua BP7 Hari Suharto sebagai "langkah maju". "Sebelumnya, yang ditatar sebagai manggala hanya yang berasal dari pegawai negeri dan ABRI," katanya. Para calon manggala, yang akan ditatar dan diasramakan di Istana Bogor selama dua pekan itu, disaring dari lulusan terbaik penataran tingkat nasional. Peserta dari Golkar yang terbanyak, 23 orang, antara lain Sarwono Kusumaatmadja, David Napitupulu Moerdopo, dan Rachmat Witoelar. Dari PDI tampak Suryadi dan Bambang Haryanto. Sedangkan PPP diwakili antara lain oleh Sudardji, Zamroni, Husni Thamrin, dan Abdurrahman Wahid. Hampir semua organisasi profesi diwakili, termasuk PGRI, MUI PWI, Perdin, Kadin, dan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mengapa kini dianggap perlu adanya manggala dari ormas dan organisasi profesi? Menurut Hari Suharto, penataran P4 ini dicanangkan Presiden sebagai gerakan nasional, hingga menjadi kewajiban seluruh masyarakat untuk melaksanakannya. Selain itu MPR juga mengamanatkan agar pelaksanaannya dilakukan dengan prinsip kebersamaan. "Dalam Pelita III, inisiatif penyelenggaraan penataran hampir seluruhnya dari pemerintah. Diharapkan dalam Pelita IV ini inisiatif dan penyelenggaraan akan datang juga dari masyarakat luas," ujarnya. Pemasyarakatan P4, kata Hari Suharto, bukan melulu harus berbentuk penataran, tapi juga dalam bentuk permainan simulasi yang murah sekali. Dalam Pelita V nanti masyarakat diharapkan sudah mampu memasyarakatkan P4, hingga peranan BP7 nantinya hanya mendukung dan memantapkan. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan, BP7 akan melakukan pembinaan dan pengawasan. Selama sekitar lima tahun ini, kurang lebih enam juta orang Indonesia telah ditatar P4 dalam berbagai pola penataran. Mungkin karena itulah Presiden Soeharto dalam sambutannya di Istana Bogor, Senin pekan ini, mencatat cukupnya tanda-tanda bahwa "Pancasila telah mengakar secara lebih luas secara lebih sadar, jujur, dan lebih yakin" di kalangan masyarakat. Tujuan penataran, kata Presiden, agar seluruh lapisan, golongan, kalangan, dan generasi bangsa mempunyai keteguhan ideologi nasional, mempunyai keyakinan terhadap Pancasila yang tidak tergoyahkan dan tahu jelas ke mana bergerak bersama dalam perjalanan panjang melaksanakan pembangunan. Dan pembangunan itu memerlukan usaha yang tekun. "Hanya bangsa yang mampu menjamin adanya kesinambungan, peningkatan, koreksi, dan pembaharuan akan dapat mencapai hal-hal yang besar dalam sejarahnya," kata Presiden. Menurut Presiden, untuk itu perlu ditempuh dua jalan sekaligus. Pertama, mempertahankan Pancasila dan sekaligus menutup kemungkinan selama-lamanya perubahan terhadap Pancasila. Kedua, memahami Pancasila secara kreatif dinamis, tidak secara kaku dogmatis. Sejauh mana penataran P4 selama ini berhasil menumbuhkan nilai-nilai Pancasila? Pernahkah dilakukan penilaian atas hasilnya? Menurut Hari Suharto, penilaian hendaknya tidak diartikan secara perorangan. "Evaluasi selama ini ditujukan pada hasil dari lembaga yang telah ditatar dalam melakukan tugas kewajibannya," katanya. Lembaga itu bisa juga berupa lingkungan. "Contohnya Sidang Umum MPR 1983 lalu, yang jelas jauh lebih lancar dari tahun 1978," kata Hari Suharto. Terhadap kecaman bahwa penataran P4 selama ini terlalu banyak menghabiskan biaya, Hari Suharto membantah. "Ini masalah sosial kenegaraan. Penataran jangan dilihat sebagal cost accounting business," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini