Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Arab Saudi, dua eksportir minyak terbesar dunia, menyerukan pada Kamis, 7 Desember 2023 kepada semua anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC+) untuk bergabung dalam kesepakatan pengurangan produksi minyak demi kebaikan perekonomian global.
Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis Kremlin tentang kesimpulan diskusi Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam pertemuan mereka di Riyadh.
Beberapa negara OPEC+ pekan lalu mengumumkan pemotongan sukarela produksi minyak sekitar 2,2 juta barel per hari (bph). Pemangkasan ini “bertujuan untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak”, menurut rilis OPEC+ tertanggal 30 November lalu. Arab Saudi mengumumkan pemotongan sukarela tambahan sebanyak 1 juta bph dan Rusia 500 ribu bph, dimulai dari 1 Januari sampai akhir Maret 2024, berdasarkan rilis OPEC+.
“Di bidang energi, kedua belah pihak (Rusia dan Arab Saudi) memuji kerja sama yang erat di antara mereka dan keberhasilan upaya negara-negara OPEC+ dalam meningkatkan stabilitas pasar minyak global,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Berdasarkan pernyataan berbahasa Rusia tersebut, Putin dan putra mahkota yang akrab disapa MbS menekankan pentingnya melanjutkan kerja sama ini, dan perlunya semua negara peserta untuk bergabung dalam perjanjian OPEC+ dengan cara yang melayani kepentingan produsen dan konsumen serta mendukung pertumbuhan ekonomi global.
Kantor berita negara Saudi, SPA, melaporkan bahwa Putin dan MbS dalam pertemuan mereka menekankan perlunya anggota OPEC+ berkomitmen terhadap perjanjian kelompok tersebut.
Sumber pasar minyak, seperti dikutip kantor berita Reuters, mengatakan bahwa pernyataan publik yang eksplisit dari Kremlin dan kerajaan Saudi tentang ajakan pemangkasan ini tampaknya merupakan upaya untuk mengirim pesan kepada anggota kelompok OPEC+ yang belum melakukan pemotongan sama sekali atau belum melakukannya dalam jumlah yang cukup.
Anggota terbesar OPEC yang dikecualikan dari pemotongan ini adalah Iran, yang perekonomiannya telah berada di bawah berbagai sanksi Amerika Serikat sejak 1979 setelah penyitaan kedutaan AS di Teheran. Negara Asia Barat itu meningkatkan produksi minyak dan berharap mencapai produksi sebesar 3,6 juta bph pada 20 Maret 2024.
Setelah kembali ke Moskow dari Arab Saudi, Putin pada Kamis mengadakan pembicaraan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Kremlin, bersama dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.
REUTERS
Pilihan editor: Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini