Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tagar "All Eyes on Rafah" bergema di pengguna media seluruh dunia. Sejumlah selebritas, olahragawan dan jutaan pengguna media sosial lainnya membagikan tagar ini untuk memprotes serangan udara Israel di Rafah, kota di selatan Gaza yang dilanda perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setidaknya 45 warga sipil, termasuk anak-anak, tewas di kamp pengungsi di Rafah dalam serangan udara Israel untuk menghancurkan Hamas pada hari Minggu, 26 Mei 2024. Insiden tersebut telah memicu kemarahan internasional, memperdalam isolasi global yang dihadapi Israel atas perang di Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai tandingan dari tagar "All Eyes on Rafah," Israel membagikan gambar mereka sendiri yang menanyakan kepada orang-orang mengapa mereka tidak memposting tentang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2024. Serangan itu mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil.
Para militan juga menyandera sekitar 250 sandera, puluhan di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November. Israel yakin 99 sandera yang masih berada di tangan militan masih hidup dan 31 orang tewas.
Serangan balasan militer Israel ke Gaza telah menewaskan sedikitnya 31.112 orang, menurut kementerian kesehatan di Gaza. Di tengah kecaman yang meluas, Israel juga membantah menargetkan kamp Rafah dan mengatakan bahwa kerusakan tersebut disebabkan oleh tembakan sekunder yang disebabkan oleh roket yang menghantam fasilitas senjata Hamas.
Dalam postingan di X (sebelumnya Twitter), pemerintahan pimpinan Benjamin Netanyahu membagikan gambar dengan teks "Where Were Your Eyes On October 7." Gambar tersebut berisi seorang militan Hamas berdiri di depan seorang bayi.
Tanggapan ini muncul beberapa jam setelah "All Eyes On Rafah" menjadi viral dengan hampir 45 juta pengguna membagikannya di Instagram. Gambar "All Eyes On Rafah" berisi barisan tenda padat yang membentang tanpa henti melintasi lanskap gurun yang dibayangi pegunungan, mengacu pada ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri ke sana selama serangan militer Israel melawan Hamas.
NDTV