Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 43 orang tewas dalam kekerasan di Gaza, termasuk 15 korban adalah anak-anak. Korban tewas akibat serangan Israel terhadap kelompok Jihad Islam Palestina sejak Jumat lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pejabat di Gaza menyatakan hampir separuh dari korban tewas adalah warga sipil. Selain itu ada ratusan orang lainnya terluka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Minggu malam, serangan berakhir setelah Israel dan militan Jihad Islam Palestina sepakat melakukan gencatan senjata. Kantor Perdana Menteri Israel Yair Lapid kemudian mengkonfirmasi gencatan senjata, yang dimediasi oleh Mesir pada hari Minggu.
Pertempuran itu menandai gejolak terbesar di perbatasan Gaza lebih dari setahun terakhir. Hamas, yang menguasai jalur Gaza berperang 11 hari dengan Israel pada Mei 2021. Konflik dikhawatirkan meningkat antara lain karena Israel dituduh mempersulit izin kerja penduduk Gaza.
Israel mengklaim pada Jumat bahwa mereka telah menggerakkan operasi pencegahan menjelang serangan Jihad Islam Palestina sebagai tanggapan atas penangkapan anggota senior Bassam al-Saadi. Perang pecah diawali dengan serangan pada Jumat yang membunuh Tayseer Jabari, seorang komandan senior Jihad Islam.
Khaled Mansour, seorang pemimpin terkemuka dalam kelompok yang sama, kemudian tewas pada hari berikutnya dalam serangan udara di sebuah gedung apartemen di kamp pengungsi Rafah di Gaza selatan. Rudal itu melenyapkan gedung tiga lantai dan membuat rumah-rumah di dekatnya rusak parah.
Gambar-gambar menyedihkan menunjukkan orang-orang Palestina berkabung atas banyaknya korban yang tewas. Sementara banyak orang Israel melarikan diri ke tempat perlindungan ketika terjadi ledakan dan raungan sirine.
Baca: Komandan Jihad Islam Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Gaza
METRO.CO.UK | REUTERS