Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAUH sebelum isu referendum mengguncang Catalunya dan memanaskan politik Spanyol, Carles Puigdemont telah mengibarkan Estelada di luar negeri. Pada 1982, di usia 20 tahun, ia dengan percaya diri mengibarkan bendera gerakan separatis Catalan itu saat berada di Jenewa, Swiss. "Banyak orang bertanya dari mana asalnya," kata Vador Clara, kawan Puigdemont, mengenang peristiwa itu.
Carles Puigdemont kala itu tengah mengikuti konferensi pertukaran mahasiswa internasional. Di sela acara, ia dan beberapa temannya memutuskan berjalan-jalan keliling kota. Alih-alih pamer bendera Spanyol, dia justru membawa Estelada, yang ia jahit sejak di kampung halamannya, Amer. "Beberapa orang bingung dan mengira itu bendera Kuba," ujar Salvador Clara, kawan Puigdemont.
Keputusan Carles Puigdemont memamerkan Estelada bukan tanpa alasan. Jami Matamala, teman dekatnya, menilai sohibnya itu melek politik sejak belia. Bukan hal mengagetkan jika pria berkacamata itu mempromosikan Catalan di negeri orang. "Semangat kemerdekaan ada dalam lubuk hatinya," kata Matamala kepada CNN.
Hingga dua tahun lalu nama Carles Puigdemont belum tenar. Rakyat Spanyol baru mengenalnya setelah ia menggantikan Artur Mas sebagai Presiden Catalunya pada awal 2016. Puigdemont dan Mas adalah tokoh gerakan kemerdekaan Catalan. Mas, yang moderat, tak lagi populer di kalangan kaum separatis. "Ini bukan waktunya bagi pengecut," ujar Puigdemont saat dilantik dan menjanjikan kemerdekaan Catalunya.
Ia memenuhi janjinya. Pada 1 Oktober lalu, wilayah otonom Spanyol itu menggelar referendum kemerdekaan. Referendum bersejarah yang hasilnya dimenangi pendukung kemerdekaan itu menyulut amarah pemerintah Kerajaan Spanyol, yang menuding tindakan Carles Puigdemont sebagai bentuk pembangkangan dan ilegal. Puigdemont bergeming. Ia berkukuh akan mewujudkan daerah berpenduduk 7,5 juta dan menopang seperlima ekonomi Spanyol itu sebagai republik baru.
CARLES Puigdemont lahir pada 29 Desember 1962 di Amer, desa mungil di kawasan pegunungan, 120 kilometer di timur laut Barcelona. Di kalangan keluarga dan kawan dekatnya, anak kedua dari delapan bersaudara ini kerap dipanggil "Puigdi". "Dia dulu tozudo, seperti keledai," kata paman Carles, Josep Puigdemont. Tozudo adalah kata bahasa Spanyol yang berarti keras kepala.
Orang tua Carles, Javier Puigdemont dan Nuria Casamajo, bekerja sebagai tukang roti. Mereka punya toko roti Pastisseria Puigdemont di tengah Amer. Keluarga Puigdemont menjual roti, croissant, dan permen sejak 1928. "Terkadang dia membantu saya di sini saat dia masih kecil," ujar Ana Puigdemont, kakak perempuan Carles yang kini menggantikan ayah mereka mengelola toko ini.
Javier, yang tiap hari masih terlihat menyambangi toko rotinya, punya sejarah panjang untuk melawan Madrid. Ia adalah independentista alias pendukung kemerdekaan Catalan. Kakeknya, pendiri toko roti yang bertempur selama perang saudara dan melarikan diri ke Prancis, juga independentista. "Kemerdekaan mengalir dalam darah kami," kata Javier, 89 tahun, kepada The Daily Beast.
Paman Carles, Josep, pemimpin pertama Amer setelah rezim fasis Jenderal Francisco Franco tumbang, bukan hanya seorang independentista. "Josep adalah mentor politik Carles," ujar Joan Guell, 52 tahun, bekas Kepala Desa Amer.
Guell pernah satu sekolah dengan Carles. "Sebagai pelajar, dia biasa saja, bukan nomor satu di kelasnya," katanya. "Tapi pamannya telah membuat dia melek politik sejak kecil."
Di Amer, semangat untuk mendukung kemerdekaan Catalan terlihat di mana-mana. Selama Perang Sipil Spanyol, yang meletus selama tiga tahun sejak 1936, Amer adalah wilayah Catalanista sejati. Penduduknya menganut gagasan Catalunya sebagai sebuah negara di Republik Spanyol. Hingga kini Estelada terus berkibar di desa berpenduduk 2.600 orang itu. Amer bahkan tercatat sebagai wilayah dengan dukungan pro-kemerdekaan mencapai 90 persen saat referendum Oktober lalu.
Sikap keras Carles Puigdemont tertempa sejak berumur 9 tahun. "Ia belajar menjadi ’pejuang’ saat dikirim ke sekolah berasrama," ujar penulis biografi Carles Porta.
Karakter itu berpadu dengan kecintaannya terhadap Catalunya. "Dia selalu membela apa pun yang berhubungan dengan budaya, sejarah, dan bahasa Catalan," kata Xevi Xirgo, rekan Carles semasa menjadi jurnalis di El Punt. Kecintaan itu pula yang mendorong Carles bergabung dengan Partai Nasionalis Catalan sejak usianya belum genap kepala dua.
Mantan guru sejarah Carles, Merce Vila Coll, masih menyimpan tulisan bekas muridnya itu di majalah dinding sekolah, Tema A Debat. Di tulisan itulah Carles pertama kali menuangkan pandangan politiknya tentang Catalan. "Dia tidak suka cara sejarah Spanyol diajarkan dalam buku pelajaran karena sangat sedikit menyinggung Catalunya," ujar Coll.
Tumbuh di era rezim fasis Jenderal Franco, Carles sempat mencicipi kediktatoran yang menindas negerinya. Franco melarang pemakaian bahasa dan tradisi Catalan di ruang publik dan menjadikan Spanyol satu-satunya bahasa yang sah. Setelah rezim Franco ambruk, negara itu terbagi menjadi 17 daerah otonomi, termasuk Catalunya.
Pandangan politik Carles Puigdemont tentang Catalunya mengeras sejak awal 1980-an. Ia terlibat dalam berbagai kampanye pemisahan diri. Saat itu, pemisahan diri merupakan gerakan marginal di Catalunya. Salvador Clara mengatakan ia dan Carles kerap ikut unjuk rasa. "Garda Sipil kerap menangkap dan mengurung kami karena berbicara dengan bahasa Catalan," kata pria 55 tahun tersebut.
Clara mengatakan Carles Puigdemont sejak dulu selalu ingin Catalan merdeka. "Sewaktu sekolah, saya adalah anggota partai sayap kiri," ujar Clara, yang kini menjadi Wakil Kepala Desa Amer. "Tapi Carles berada dalam kelompok yang tujuannya satu: melepaskan diri dari Spanyol." Setelah lulus, keduanya berpisah. Clara kuliah di Barcelona, Carles merantau ke Girona, kota tetangga Amer, untuk belajar filsafat dan menjadi wartawan.
Pada 2011, Carles Puigdemont terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai Wali Kota Girona. Karier politik pria bergaya rambut mop-top ala The Beatles ini melejit saat ia menjadi Presiden Catalunya. Sebagai poliglot yang fasih berbicara dalam bahasa Catalan, Spanyol, Prancis, Inggris, dan Rumania, "Dia sangat komunikatif," tulis France 24. Carles Puigdemont juga melek media sosial, yang berperan penting dalam mengkampanyekan referendum.
Di tangan Carles Puigdemont, hasrat sebagian besar rakyat Catalunya untuk merdeka kian membara. "Kami sangat bangga kepadanya," kata Dominique, penduduk Amer. Bersama puluhan warga lain, Dominique tengah berkumpul di kantor balai desa untuk menyaksikan pidato Carles Puigdemont, dua pekan lalu. "Dia presiden kami," ujar seorang perempuan paruh baya sambil mengibarkan Estelada.
Kini, lebih dari 35 tahun setelah pamer Estelada di Jenewa, Carles Puigdemont benar-benar memimpin perjuangan kemerdekaan Catalunya. Menurut Jose Antich, Direktur El Nacional, koran online Catalan, Carles Puigdemont tidak terlalu khawatir tentang masalah ekonomi atau sosial Catalunya. "Prioritasnya adalah kemerdekaan, kemerdekaan, kemandirian," ucapnya.
Mahardika Satria Hadi (politico, France 24, The New York Times, Cnn)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo