Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMERIKA SERIKAT
File Rahasia Pembunuhan Kennedy Dibuka
AMERIKA Serikat merilis 2.800 dokumen rahasia yang berkaitan dengan pembunuhan John F. Kennedy, Kamis pekan lalu. Tapi Presiden Donald Trump masih menunda dibukanya sebagian dokumen itu atas permintaan dinas rahasia CIA, Biro Penyelidik Federal (FBI), dan agen federal lain karena alasan keamanan nasional.
Banyak dari dokumen tersebut menyoroti pencarian hubungan Lee Harvey Oswald yang mungkin dilakukan dengan orang-orang komunis, pemerintah Kuba, atau keduanya, pada bulan-bulan sebelum dia menembak Kennedy pada 22 November 1963 di Dallas.
Oswald, mantan marinir bermasalah yang sempat membelot ke Uni Soviet, kemudian dibunuh oleh Jack Ruby di markas besar polisi Dallas. Pembunuhan Oswald ini memicu lahirnya sejumlah teori konspirasi soal siapa sebenarnya pembunuh Kennedy.
Menurut Washington Post, beberapa dokumen meringkas diskusi internal dalam pertemuan Partai Komunis setelah pembunuhan tersebut mendiskusikan apakah Oswald tidak bersalah dan apakah komunis akan disalahkan atas kematian Kennedy.
MALAYSIA
Empat Pria di Balik Tewasnya Jong-nam
PERSIDANGAN kasus pembunuhan Kim Jong-nam mengungkap fakta baru. Saksi penyelidik polisi Wan Azirul Nizam mengatakan ada empat tersangka lain yang terlibat dalam kematian kakak tiri pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, itu.
Polisi mengidentifikasi empat pria itu sebagai Mr. Chang, Mr. Y, James, dan Hanamori, yang juga dikenal dengan sebutan "Kakek" atau "Paman". Keempatnya warga negara Korea Utara dan diyakini telah kabur ke negara asal mereka setelah peristiwa itu.
Nizam memperlihatkan rekaman kamera pengawas yang menunjukkan pergerakan empat orang itu di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur 2. Dari rekaman itu terlihat bahwa dua pria telah berganti pakaian dan mencukur jenggot agar tak dikenali. "Tersangka Hanamori berperan sebagai dalang peristiwa itu," katanya dalam persidangan di Pengadilan Shah Alam, Malaysia, seperti diberitakan Channel News Asia, Kamis pekan lalu.
Jong-nam tewas akibat terpapar racun VX saat ia melakukan transit di Kuala Lumpur pada 13 Februari lalu. Polisi menetapkan Siti Aisyah, warga negara Indonesia, dan Doan Thi Huong, warga Vietnam, sebagai pelaku. Keterangan Nizam menunjukkan bahwa Siti dan Doan tidak bekerja sendiri.
SURIAH
Assad Dituding Memakai Senjata Kimia
SEBUAH panel investigasi internasional telah menetapkan bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan gas sarin yang mematikan pada 4 April lalu. Serangan terhadap kota pemberontak Khan Sheikhoun tersebut membunuh atau membuat sejumlah warga sipil terluka.
Dalam laporan 33 halaman yang dibagikan kepada anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis pekan lalu, penyidik mengatakan bahwa mereka memeriksa delapan kemungkinan skenario bagaimana gas dilepaskan. Setelah meninjau bukti, mereka yakin gas dilepaskan dengan "bom dari udara". Suriah dan Rusia sebelumnya menyatakan gas tersebut dilepaskan dari bom di darat, bukan di udara.
Duta Besar Amerika Nikki Haley mengecam penggunaan senjata kimia oleh Assad. "Dewan Keamanan harus mengirim pesan yang jelas bahwa penggunaan senjata kimia oleh siapa pun tidak akan diterima," katanya, seperti dikutip Voice of America.
ARAB SAUDI
Ambisi Besar Putra Mahkota
PUTRA Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman memiliki seabrek ambisi besar. Calon penerus Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini mengatakan akan menjadikan negaranya lebih "moderat". Ia juga berjanji membasmi ideologi Islam radikal.
"Kami kembali ke posisi kami sebelumnya. Sebuah negara dengan Islam moderat yang terbuka untuk semua agama dan dunia," kata Pangeran Salman dalam sebuah konferensi tentang investasi di Riyadh, seperti dikutip Reuters, Selasa pekan lalu.
Pangeran Salman juga mencanangkan megaproyek NEOM, kota senilai Rp 6.800 triliun yang akan dibangun di tepi Laut Merah. Untuk mewujudkan ambisinya itu, putra kandung Raja Salman ini menjajaki pembicaraan dengan sejumlah perusahaan raksasa dunia, seperti Amazon.com, Alibaba Group, dan Airbus.
Upaya Pangeran Salman menjadikan Saudi lebih moderat diperkirakan menghadapi tentangan dari kelompok ulama tradisional. "Dari sejarahnya, keluarga Kerajaan tidak akan memiliki kekuatan apa pun tanpa dukungan para ulama Wahabi," ujar Sebastian Sons dari German Council on Foreign Relations.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo